First Meet

906 135 27
                                    

Neisha POV

'Kenapa anak itu? Kasian sekali'

'Iya kasian, sampe nangis gitu'

'Masih kecil udah bolos sekolah, gimana udah gedenya'

'Dasar anak zaman sekarang, bukannya sekolah malah bolos'

Ya, aku samar - samar mendengar orang - orang besar itu berbicara. Kenapa aku memanggilnya Orang - Orang Besar? Ya tentu, karena aku masih berumur 6 tahun dan mereka semua lebih besar dariku.

Aku sedang duduk di bangku taman, lalu melihat ke arah sebelum aku berlari tadi, 'Ahh sepertinya aku sudah lumayan jauh dari sekolah' pikirku. Ya, aku masih memakai seragamku dan aku kabur dari sekolah, bukan berarti aku bolos. Aku hanya merasa tidak ada gunanya lagi dan tersadar saat kata - kata Virly saat disekolah tadi

'Kamu harusnya tau Sha. Kamu itu ga disukain sama semua orang, semua orang Benci sama kamu!' Katanya penuh penekanan pada kata 'Benci'

'Maksud kamu apa Vir? Ko ngomongnya gitu sih'

'Gausah sok polos Sha. Kamu juga pasti ngerasa kalo temen - temen, Rafa bahkan orang tua kamu aja gasuka sama kamu! Mereka tuh lebih peduli sama Neilla ketimbang kamu! Daripada sakit hati nantinya, aku saranin sama kamu ya mending kamu pergi deh sekarang dan jangan balik lagi kesini.'

'Tapi Vir...'

'Apa? Kamu ga sadar - sadar juga hah?! Dasar gatau diri!' Lalu ia pun pergi meninggalkanku begitu saja.

Ahh.. kenapa hidupku begitu rumit? Ya, aku tau semua orang lebih menyukai adikku sekaligus kembaranku Neilla El Virgo. Aku sadar itu, bahkan orangtuaku pun lebih peduli padanya. Sakit? Tentu saja. Coba kalian bayangkan berada disisi orang - orang yang tidak mempedulikanmu dan tidak menginginkanmu disaat bersamaan. Seperti tak ada ruang bagiku disana. Awalnya aku tidak peduli akan hal itu, tapi kata - kata Virly tadi membuatku mengingat semuanya dan merasa ingin pergi dari kehidupan mereka semua. Walaupun aku dan Neilla kembar, tetapi kami tidak kembar identik. Hanya mata dan hidung kami mirip, itulah keuntunganku untuk kabur. Jadi tidak ada yang mengetahui bahwa kami kembar kecuali Orangtua, Neilla dan teman - temanku tentunya.

Aku menyeka air mataku dengan sapu tangan, satu - satunya benda yang ku bawa karena tasku kutinggalkan di kelas. Sapu tangan itu bertuliskan 'Dad&Mom♥2N'. Itu inisialku dan Neilla. Kami memilikinya masing - masing satu.

Tiba - tiba aku melihat anak lelaki, sepertinya seumuran denganku, dia duduk disebelahku dengan sikunya yang luka dan dia sedikit meringis. Sepertinya dia tidak menyadari ada aku disebelahnya. Aku pun memberanikan diri bertanya padanya

"Hei, kamu kenapa? Siku kamu luka gitu" Dia sedikit kaget dan melihat ke arahku lalu menjawab

"Gapapa ko, cuma luka kecil" katanya dingin. Huh. Kenapa sih jutek banget

"Kata mamah aku kalo ga diobatin nanti kalo kena debu bisa infeksi lho, trus kalo infeksi nanti lukanya nyebar kemana mana trus nanti bisa diamputasi. Kamu mau cuma punya tangan sebelah?" Cerocosku panjang × lebar.

Dia hanya melihat ku dengan muka sulit terbaca dan berkata

"Mana ada luka kecil gini diamputasi" katanya protes. Aku tidak menghiraukan perkataannya dan mengambil plester disaku ku dan menempelkannya disikunya. Aku selalu membawa benda kecil itu kemana mana, hanya untuk jaga jaga saja jika aku terjatuh atau tergores sesuatu.

"Nah, selesai" kataku sambil tersenyum tulus. Dia pun menatap plester yang ku pasang lalu menatapku sekilas dan membuang muka ke arah lain. Huh dasar batu es, bukannya bilang makasih malah buang muka. Nyebelin!

Tiba - tiba dia beranjak dan memakai jaketnya lalu meninggalkanku begitu saja. Baru beberapa langkah, dia berbalik ke arahku lalu menarik tanganku hingga aku pun berdiri kehadapannya dan aku pun menatap ke manik mata dark brown miliknya. Lalu tanpa ku duga dia berbisik tepat ditelinga ku

"Terima kasih, dan.. ini untukmu" katanya sedikit memundurkan diri dan melepaskan tangannya dari tanganku lalu memberikan jepit rambut pita berwarna biru tua dengan aksen jangkar ditengahnya. Hmm.. Cantik. Sebelum aku menanyakan maksudnya ia pun sudah berkata lagi

"Itu sebagai tanda terima kasihku karna plestermu ini aku tidak jadi diamputasi" katanya sambil tersenyum. Hangat. Padahal tadi dia bersikap dingin tapi entah kenapa saat ia tersenyum aku merasa kehangatan disekujur tubuhku. Selain itu, dia juga terlihat err... tampan. Aduh apa yang aku pikirkan sih? Tapi.. memang iya sih dia tampan dan.. berkarisma.

"Ini. Aku mau kamu nyimpen gelangku" kataku, aku memberikan gelangku yang berwarna biru tua yang sederhana. Sebenarnya itu pemberian Papaku yang memberikannya sepasang padaku dan pada Neilla hanya berbeda warna.

'Ini adalah gelang Mate. Gelang ini suatu saat nanti kalian berikan pada seseorang yang kalian anggap spesial'

Kata - kata Papa waktu itu terngiang dibenakku.
Yaa walaupun aku tau aku baru bertemu dengannya hari ini tapi aku merasa gelang ini harus ku berikan padanya, tanpa alasan tertentu.

"Hmm.. Dengan begini, saat besar nanti kita akan dengan mudah bertemu" katanya sambil tersenyum (lagi).

"Ya. Semoga saat besar nanti kita bisa bertemu lagi" kataku ikut tersenyum

Dia memakai gelang yang ku berikan, ya walau masih sedikit kebesaran dilengannya. Tapi sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih.

"Aku harus pergi sekarang. Dadah"

Dia melambaikan tangannya dan pergi sampai aku tak bisa melihatnya lagi.
Oiya aku lupa menanyakan namanya, aduh dasar bodoh, rutukku dalam hati. Aku pun melihat jepit rambut pita pemberiannya. Ahh semoga saja perkataannya tadi bahwa saat kita besar bisa bertemu lagi.

Ya. Jika aku bisa.

Semoga saja.

----------°----------

Its my first story, jadi maaf kalo typo bertebaran dan ceritanya aneh atau semacamnya.

Semoga cerita ini ada readers nya. Amin..

Maaf kalo ada kesamaan cerita, alur, tokoh dan lain lain yang mirip atau sama. Jujur ini real hasil imajinasi saya sendiri. Semoga ada yang suka^^

Warning! Typo bertebaran~

Foto di atas itu ceritanya Neisha sama Al

_M_

My First Love (Who Are You?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang