"Audina tungguin dong, lo jalan cepet banget." kataku kesal. Aku dan Leoni mengejar Audina karena hari ini kami ingin menebeng mobil nya."Gak tau nih, jahat banget ninggalin." tambah Leoni.
"Lo bedua lebih jahat, gue gak dibolehin ikut ke kantor guru masa." jawab nya.
"Yaampun Din, cuma ga ikut ke kantor guru aja pakek ngambek segala."
"Yaudah yuk lah balik." kataku mengalihkan pembicaraan.
Saat kami jalan melewati koridor, ntah ada angin apa Leoni berhenti tiba-tiba.
"Lo ngapa berenti mendadak sih Le?" tanya Audina.
"Eh Sa, liat tuh Kevin sama temen-temen nya dijemur di lapangan, pasti gara-gara tadi cabut jam pelajaran deh." kata Leoni.
"Ya bagus deh, biar dia sama temen-temen nya yang songong itu gak seenak nya keluar masuk kelas pas jam pelajaran." ucapku tenang.
"Yaampun itu kasian my bunny Nico kepanasan, gue mau samperin dia dulu." kata Audina yang langsung jalan menuju tempat kekasih nya yang sesang di hukum. Ya Audina dan Renico Firnando atau yang biasa dipanggil Nico emang pacaran, yaa kira-kira baru sekitar 3bulan mereka menjalin kasih tsahh.
"Nico my bunny, kenapa kamu berdiri disini sih?kan panas." tanya Audina pada Nico.
"Ini nih gara-gara si Kevin ngajakin makan di kantin terus bu Indira dateng sambil marah-marah dan ujungnya kita semua dijemur deh."
"Yaampun, nih lap dulu keringet kamu." Audina memberi beberapa lembar tisu.
"Kita-kita juga mau kali Din dikasih tisu." ucap Rino. Audina pun memberi tisu kepada mereka. Aku dan Leoni hanya diam melihat mereka.
"Din balik yuk lah, gue udah laper banget." kataku memkasa Audina untuk cepat-cepat pulang.
"Iya iya, Nico my bunny aku pulang duluan yaa. Kamu jangan tebar-tebar pesona disini."
"Gausah tebar pesona juga cewek-cewek disini udah pada terpesona kali Din sama kita-kita. Cuma temen lo aja tuh yang sok-sok gak terpesona." kata Kevin sambil menunjuku dengan dagu nya.
"Terpesona sama lo?you wish." balasku cepat langsung menarik tangan Leoni dan berjalan menuju parkiran yang disusul dengan Audina.
Kami gak langsung pulang ke rumah, karena kami belum makan siang jadi kami memutuskan untuk singgah ke Purple Cafe terlebih dulu. Purple Cafe adalah tempat makan+tempat nongkrong favorite kami, dalam seminggu setidaknya kami datang minimal satu kali. Alasan nya bukan hanya karena tempat nya yang nyaman, tetapi makanan disini enak+murah disini juga jadi tempat nongkrong nya para remaja-remaja keren, ya lumayan lah buat cuci mata hehehe.
•••
Keesokan harinya, aku datang ke sekolah lebih pagi. Tidak mau kejadian kemarin terulang lagi, karena sampai tetes darah penghabisanpun Pak Kus gak bakal bukain gerbang. Dan Kevin gak mungkin menolongku buat kedua kalinya. Aku berjalan santai melewati koridor sekolah yang masih sangat sepi, jelas saja sepi toh sekarang baru pukul setengah 7 kurang 5 menit jadi wajar belum banyak murid yang datang.
Baru saja aku ingin menginjakan kakiku di anak tangga, tiba-tiba aku mendengar seperti ada suara yang memanggil namaku. Aku berhenti dan mencari siapa yang memanggilku, tapi aku tidak menemukan siapa-siapa disekitarku. Detak jantungku menjadi cepat aku jadi merasa takut.
Saat aku ingin berlari menuju kelas, aku mendengar suara orang tertawa dibelakangku, aku menoleh dan melihat Kevin sedang tertawa dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconditional Boyfriend
Teen Fiction[Natasha Alvira-Kevin Abianca] Kevin pria berperawakan Arab-Indonesia itu mencintai seorang gadis bernama Natasha, gadis yang benar-benar membencinya. Namun, Kevin tidak pantang menyerah walaupun dia tahu bahwa Natasha yang dicintai nya, menyukai pr...