Bukan berarti Dia tak bisa mengundangmu

82 8 0
                                    

PICT : ASHTON IRWIN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PICT : ASHTON IRWIN


Bel berdering nyaring. Bryana memasukkan segala buku tulisnya ke ranselnya. Pikirannya menuju ke gitar Michael yang hilang. Ia merasa tidak enak pada Ashton. Ia harus mencari pelakunya kalau tak mau menjadi tertuduh dan akan dimusuhi Ashton selamanya.

"Jadi, apartemenmu dimana?", Tanya Margo.

Bryana menoleh. "Tak jauh dari sini. Di dekat Harrods. Kira-kira 3 blok sebelum Harrods."

"Rumahku masih 5 blok lagi dari Harrods.", ujar Margo. "Bagaimana kalau naik bus bersama?"

Bryana bangkit dari kursinya dan mengangguk. Mereka berdua berjalan berdampingan keluar kelas. Margo mengenalkan Bryana secara singkat pada teman-teman yang lewat. Marie, si cewek seksi idaman cowok-cowok, Gaby, si kutu buku favorit para guru, Lala, cewek culun yang selalu menjadi bahan bully cewek-cewek popular, Jamie, kapten sepakbola, Harry, cowok rusuh yang terkenal playboy, termasuk Clara, sahabat Marie, salah satu cewek popular yang tadi menghampiri Bryana.

"Kau harus hati-hati dengan Clara! Dia itu tipe wanita yang pengecut banget dalam persaingan! Pasti dia bakalan curang", ujar Margo pelan ke telinga Bryana.

"Aku nggak mau jadi populer kok", Bryana terkekeh.

"Bukannya memang sudah populer?", Tanya Margo dengan menggoda.

Bryana mengingat foto-fotonya yang tersebar dengan cepat. Padahal hanya karena ia kenal Ashton.

"Aku nggak ada hubungan special apa-apa kok sama Ashton", ujar Bryana pelan.

"Itu kan katamu. Kalau kata satu sekolah kamu— Shit", Margo membalik badannya dan menarik Bryana agar ikut memutar.

"HEYY!!!!!", terdengar jeritan seseorang. Membuat Margo semakin berjalan cepat.

Orang itu menarik bahu Margo dan memutarnya. Tampaklah cowok berambut merah dengan tindik di alisnya. Ia tersenyum lebar sambil menunjukkan dua gigi kelincinya.

"HAII MARGO!!", serunya tepat di depan muka Margo.

Bryana tertawa. Cowok ini sudah pasti Michael. Cowok yang menyukai Margo. Cowok yang kata Margo gila dan hiperaktif. Cowok yang ... kehilangan gitarnya. Tawa Bryana sekejap hilang. Ia menunduk. Bryana merasa bersalah dengannya. Apa dia tahu kalau ia lah yang saat itu di studio saat gitar kesayangannya hilang?

"Michael, jangan bertingkah bodoh. Aku mau pulang dengannya sekarang", Margo menyingkirkan tangan Michael dari bahunya. Michael menurut. Ia menyingkirkan tangannya.

"Ayo pulang bareng saja! Naik mobilku!", serunya.

Margo menghela nafas panjang. "Itu bukan mobilmu, Mike. Mobil Ashton.", ujar Margo bete.

"Heh! Itu mobilku juga! Aku kan ikut berkontribusi!"

"Kontribusi apa?"

"Aku selalu bantu Ashton buat nyuci mobil kok!", kata Michael dengan santai.

Will You? [ brashton ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang