Yang Bukan Cowok Ganteng

93 2 0
                                    

Setelah setengah jam menunggu akhirnya seorang laki-laki keluar dengan baju oranye dan senyum nakalnya. Ia berjalan santai ke arah Bryana dan duduk di seberangnya.

Bryana memandangi orang itu dari kepala hingga kaki. Mengamati orang yang benar-benar memainkan perasaannya saat ini.

Senang, sedih, cemas, kecewa, bingung.

Semua jadi satu saat melihat wajah ini.

"Takoyakinya enak", ujar Mario.

Bryana menganga kecewa. Itukah kalimat pertamanya? Setelah semua ini?

"Aku beli di Harrods", jawab Bryana bete.

"Ya aku tahu", Mario mengangguk-angguk,  "Ada logo Harrods di kantung belanjaannya"

Bryana menggebuk Mario dengan tasnya, "Apa-apaansih kok jadi bahas takoyaki?! ", gebuknya kesal.

"Wah ada yang mau jadi narapidana juga ya? ", goda Mario sambil mentamengi dirinya.

Bryana duduk kembali dan menatap Mario kesal. Tapi lambat laun ekspresinya berubah sedih. Wajahnya tak terbaca. Seakan semua warna di campur menjadi satu.

"Aku sudah dengar semuanya", ujarnya.

Mario menopang dagunya. Bermain-main dengan meja tamu. "Dengar apa?"

"Masa lalumu", Bryana menggigit bibirnya sambil mendongak sedikit.

Sekujur tubuh Mario tiba-tiba membeku. Ia menurunkan tangannya dan menegakkan badannya. Wajahnya benar-benar menyedihkan. "Percayalah. Itu bukan aku--", ia berhenti lalu memejamkan matanya, "Walaupun aku pernah tidak jujur padamu tapi kali ini aku jujur. Nggak apa kalau kamu tidak percaya", Wajah Mario melembut. Ia masih menunduk.

"Aku percaya"

Mario mendongak. Wajahnya terheran-heran. Lihatlah dia. Sudah berapa kali disakiti pria tapi ia masih dengan mudah menaruh percaya.

"Kau tidak perlu. Aku bukan cowok baik-baik. Kumohon jangan terlalu mudah percaya. Itu akan membuatmu terus sakit hati", Mario menggapai tangan Bryana dan menangkupnya. "Jangan buat aku gelisah dengan sikapmu itu. Aku gak mau kamu disakiti cowok lagi"

Bryana menggeleng pelan lalu tersenyum. "Aku sudah selesai dengan Ashton", ujarnya.

Mario mendongak dengan cepat. "Semudah itu?", tanyanya heran.

"Apanya yang mudah?", balas Bryana, "Itu hanya status saja. Tapi tetap saja aku terus memikirkannya. Kadang suka menyesal sendiri. Tapi kan Ashton juga sepertinya tidak ada usaha untuk berbaikan--jadi sudahlah", Bryana menggarut meja tamu dengan sedih.

Mario mengangkat tangan Bryana. "Aku boleh minta sesuatu?", tanya Mario dengan senyum lebarnya.

Bryana mendecak kecewa. "Mario! Aku ini sedang patah hati! Selalu tidak pernah nyambung sama topik deh!", dumel Bryana.

"Ah kali ini nyambung kok", ujar Mario sambil nyengir.

"Apa? ", tanya Bryana galak.

"Meskipun aku di penjara seperti ini, jangan kapok sama aku ya! Kalau kamu jatuh cinta lagi atau sesuatu terjadi, cerita sama aku tolong. Aku sadar kalau ternyata rasa sayang aku ke kamu tuh bukan kayak Adam ke Hawa tapi lebih ke--", Mario berhenti. Ia tampak berpikir keras.

Bryana tertawa keras. Ia sempat terpana dengan kata-kata Mario yang benar-benar rapi. Tapi tidak lagi saat sepertinya si pujangga lupa lirik selanjutnya.

"Yah intinya aku mau jadi bagian dari kamu. Aku nggak punya perempuan penting lagi selain kamu. Aku mau jadi salah satu orang yang kamu cari saat kamu sedih. Singkatnya anggap saja aku kakakmu", Mario melipat bibirnya. Tidak percaya dengan kalimat-kalimat yang diucapkannya.

Will You? [ brashton ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang