Prolog

217 40 21
                                    

Aku hanya bisa diam mematung. Aku benar-benar tidak bisa berkutat dari apa yang kulihat di depan ku saat ini.

Perlahan-lahan air mata ku yang sedari tadi ku tahan mulai meleleh dan keluar dari mata ku.

Aku hanya bisa diam melihat namja chingu ku berciuman dengan wanita lain. Aku sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa.

Melihat hal itu membuat hati ku sangat tersakiti. Hati ku seperti ditusuk ribuan pisau yang sangat tajam.

Yeoja mana yang tidak sakit hati jika melihat namja chingunya berciuman dengan wanita lain? Terlebih lagi yang berciuman dengan namja chingu ku adalah sahabat ku sendiri.

Dua orang yang paling ku sayang dan ku percaya telah mengkhianati ku.
Aku hanya bisa menahan perasaan yang bercampur aduk ini, antara sedih, kecewa dan marah.

Isakan tangisku mulai pecah. Aku menutup mulutku agar isakan ku tidak terdengar oleh mereka, tapi usahaku sia-sia. Mereka menoleh ke arah ku dengan ekspresi kaget.

Aku mulai berlari sejauh mungkin, menghindari semua kenyataan pahit yang telah ku lihat dengan mata kepalaku sendiri.

"Hyerin! Tolong dengarkan penjelasan ku dulu, ini semua salah paham!"

Hanya itu kata-kata terakhir yang dapat kudengar dari namja chingu ku. Aku menghiraukannya dan tetap berlari.

Semenjak kejadian itu, mendengar kata cinta sangat membuatku muak! Cinta itu tidak ada!

Cinta, sesuatu yang manis dan yang bisa membuat mu merasa bahagia walaupun bentuknya tak terlihat.

Kurasa tidak.

Untuk ku cinta hanya ilusi semata saja yang membuat kita hanya bisa melihat sesuatu yang baik dan indah tapi tidak dengan kenyataannya yang pahit.

Mungkin banyak orang akan mengatakan aku adalah manusia yang sangat beruntung karena aku memiliki keluarga yang lengkap dan kaya raya, bahkan aku memiliki paras yang bisa dikatakan cukup cantik yang membuat ku cukup populer di sekolah.

Tapi semua itu hanya pandangan orang-orang yang tidak tau rasanya jika berada di posisiku.

Aku tak bisa merasakan kasih sayang yang cukup dari orangtua ku. Kasih sayang dari mereka hanya berupa uang yang mereka berikan. Tak ada yang namanya perhatian atau kepedulian yang lebih dari itu.

Orangtua ku sangat sibuk dengan pekerjaan mereka. Mereka bekerja di Amerika dan jarang pulang ke rumah. Mereka hanya mengunjungiku setahun sekali.

Kupikir walaupun orangtuaku tidak memperdulikan aku, aku masih memiliki orang-orang yang menyayangiku. Tapi pemikiran ku itu musnah mengingat kejadian pahit itu.

---TBC---

No Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang