Part 3

4.1K 231 8
                                    

Usai Sholat Ashar dikamar, aku masih memilih untuk duduk diatas sajadahku. Seperti biasa aku selelau mendoakan Roman dalam setiap sujudku. Meski tiga belas tahun sudah berlalu, aku selalu meminta pada Allah agar Ia selalu menjaga kakaku, aku tahu saat terakhir kali aku melihat wajahnya, dihari itu ia sangat membenciku. Masih teringat juga semua ucapan kebencian yang terlontar dari mulutnya untuku. Namun aku yakin, hari itu Roman tak benar-benar marah dan membenciku. Ia terbakar emosi sesaat, dan tak pernah kuduga emosi sesaat itu ternyata memisahkanku bertahun-tahun tahun denganya. Lagi-Lagi lamunanku kembali pada masa dihari lalu.

**

Hari silih berganti, bulan pun demikian. Arjuna kecil kini sudah menginjak kelas 5 SD. Ya.. delapan bulan sudah aku tinggal bersama Roman dan Ibunya, Ummi Salmah. Hari mengajarkanku untuk menganggap Ummi Salmah seperti ibu kandungku sendiri, dan bulan memberitahuku pada sebuah kenyataan menyakitkan bagiku. Walau Ayah, Roman dan Ummi Salmah terus menutupinya dariku namun pada akhirnya akan ada hari dimana aku tau semuanya. Dan tibalah aku dihari itu, dimana Ayah memberitahuku bahwa Ibu sudah pergi untuk selamanya didunia ini. Ibu meninggal karena kangker Rahim, Rumahku dipandeglang Ayah jual untuk membayar hutang kerumah sakit, karena itulah Ayah membawaku kebandung. Menetap dirumah Ummi Salmah dan Roman yang tak lain bagian dari hidup Ayah.

Dan tak terasa, dua tahun sudah berlalu. Arjuna kecil kini mulai memasuki masa-masa remajanya. Aku kini sudah duduk dikelas VII disebuah SMP yang cukup favorite dikota bandung sementara Roman baru saja naik ke kelas XI. Sekolah Roman persis disamping sekolahku, karena itu setiap istirahat ia selalu mengunjungiku, entah itu sekedar mengajaku bergurau atau membawakan es lilin kesukaanku. Dan kini aku memanggilnya dengan Panggilan Aa, itu sebagai tanda hormatku karena usianya lebih tua dariku sekaligus ia adalah saudaraku.

Aku selalu pulang pergi kesekolah diantar menggunakan motor bebek milik Roman. Meski kami bukan saudara kandung, dari cara Roman memperlakukanku, aku tahu Roman sangat menyayangiku walau terkadang Ayah selalu membanding-bandingkanya denganku. Roman adalah anak lelaki yang tak mudah bergaul, namun bukan berarti Aa-ku itu kuper, ia cukup mengikuti perkembangan jaman. Hanya saja ia tak mudah bersosialisasi dengan sembarangan orang. Setelah pulang sekolah Roman hanya mempunyaiku sebagai temanya. Entahlah kenapa Roman jarang keluar rumah usai sekolah. Sementara aku lebih suka menghabiskan sore hariku bermain bola dilapangan belakang Pasar Kemuning. Aku sering mengajak Aa-ku itu untuk ikut bersamaku bermain bola, karena dilapangan banyak juga teman teman sekolah Roman yang ikut bermain, tapi entahlah ada apa denganya. Ia selalu menolak jika aku ajak bermain. Ia lebih suka bermain didepan layar komputernya.

Memang.. Aa-ku sangat hobi menulis, sudah banyak cerpen dan cerbung yang sudah ia buat. Bahkan, aku adalah orang pertama yang harus membaca karya-karya terbarunya. Jujur aku sendiri tak begitu tertarik membaca cerpen dan cerbung yang membuat mataku pusing. Aku lebih suka komik bergambar, itupun aku pilih-pilih. Beberapa komik favoriteku yaitu. Detektive Conan, Hunter X Hunter, One Piece dan masih banyak lagi. Coba Aa-ku membuat komik seperti itu. Pasti tak usah disuruh aku akan langsung membacanya.

**

--Tid-tidd---

Bunyi klakson motor bebek milik Roman menyambut kedatanganku setelah baru saja aku keluar dari gerbang sekolah. Kali ini aku tak seorang diri, aku bersama Fakis teman kelasku. Sore ini aku dan Fakis berencana menonton sebuah konser musik salah satu band yang cukup terkenal, niatnya pulang sekolah aku akan langsung kerumah Fakis, kebetulan Tempat konser dan Rumah Fakis searah, jadi aku tak perlu bulak balik kerumah hanya untuk mengganti pakaian. Tapi entahlah ada apa dengan Roman, Ia melihatku sinis ketika aku bersama Fakis menghampirinya.

"Ayok Pulang...!!" Kata Roman padaku, nadanya kali ini jutek. Tak seperti biasanya

"Ayok...!! Kok bengong?" Lanjut roman masih dengan nada yang sama.

ROMAN ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang