Part 2

4.6K 250 5
                                    

Malam ini, setelah membersihkan diri dan mengganti pakaian, Roman mengumpaniku dengan makanan kesukaanku, yaitu Ayam bakar. Aku sengaja suka dengan Ayam bakar bukan Ayam Goreng, kenapa? Karena aku tak mau disamakan dengan Upin-ipin yang selalu membuat geram Kak Rose.

"Laper banget ya?" Tanya Roman yang keheranan melihatku lahap menyantap menu makan malam.

"Ia.. Apalagi sudah lama Juna gak makan ayam bakar"

"Kenapa?"

"Ibu sering dirawat dirumah sakit. Dirumah, Juna Cuma sama nenek. Nenek gak bisa masak Ayam bakar. Bisanya Cuma masak sayur!!"

"Yaudah. Yang penting kamu sekarang kan udah makan ayam bakar?"

Aku nyengir pada Roman. Usai makan, ia mengajaku untuk tidur dikamarnya. Ransel dan Bola kesayanganku sudah masuk lebih dulu ke kamar Roman yang sangat bagus itu. Beda dengan kamarku yang ada dirumah, ruanganya kecil tidak seperti kamar Roman yang super besar. Aku yakin, Roman pasti anak orang kaya.

"Kamu sekarang tidur ya.!!"

Roman menyelimutiku, aku hanya terus menatapnya. Aku masih belum mengerti dengan semua ini. Sebenarnya anak lelaki yang berada dihadapanku saat ini siapa, kenapa ia begitu baik padaku.

"Kenapa?"

"Juna kangen Ibu. Ibu kok belum dateng ya."

"Nanti.. Nanti Ibu juna pasti dateng nemuin Juna, makanya Juna tidur. Siapa tau nanti ketemunya di mimpi?" Roman mencoba menghiburku.

"Ayah mana?"

"Ayah?"

"Ia.. Ayah Juna. Tadi kan Juna sama Ayah dateng kesini!"

"Ohh.. Ia. Ayah, Ayah Juna lagi keluar. Juna tidur aja duluan. Ayah Juna pulangnya malam"

Aku kembali menggelengkan kepala.

"Juna gak mau tidur. Juna mau nungguin Ibu sama Ayah. Soalnya, hari ini Juna ulang tahun. Dulu Ibu janji mau kasih kado sepatu bola baru, Ayah juga katanya mau beliin kaos M.U buat Juna. Tapi mana? Udah malam gini Ayah dan Ibu kok belum ngasih kado buat juna? Ucapin selamat aja enggak!"

Roman terdiam setelah mendengar ucapanku. Kepalanya yang sedikit lonjong, ia tundukan kebawah. Tapi aku bisa dengan jelas melihat lelehan air matanya yang perlahan jatuh membasahi pipi.

"Roman kok nangis? Roman gak papa?"

Beberapa detik lamanya Roman masih menundukan kepalanya, ia sama sekali tak melihatkan wajahnya. Berarti benar, Roman memang menangis. Tapi kenapa? Apa kata-kataku barusan menyakitkan bagi dia atau menyinggung perasaanya.

"Roman... Roman.. Hei.. Romaaaan...!!" Aku berteriak kecil memanggil namanya.

"Happy Brithdays Juna..!!"

Roman mengangkat kepalanya dan tersenyum sambil mengucapkan ucapan selamat untuku.

"Liatt. Aku udah ngucapin selamat ulang tahun kan? Sekarang kamu tidur ya. Kado nya besok pagi yah.."

"Juna.. Juna mau kado sekarang dan Juna mau di ucapin selamat sama Ayah Ibu. Biasanya mereka selalu bawa kue terus diatasnya itu ada lilin lilin kecilnya.. Juna mau..."

Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan seorang wanita masuk kedalam kamar membawa kue yang diatasnya berhiaskan lilin berbentuk angka satu dan nol. Wanita itu terus masuk kedalam dan mendekatiku yang sekarang sudah dalam posisi duduk.

"Selamat Ulang Tahun Arjuna.. Semoga panjang umur. Sehat selalu dan didekatkan Rizkynya..."

--Cuupp---

ROMAN ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang