Part 10

4.1K 294 59
                                    

Cahaya kilat yang disertai dengan suara petir dan disusul oleh tetesan air dari langit hadir secara bersamaan disore ini. Fikiranku sekarang benar-benar kacau, Otaku sudah tak mampu berfikir jernih lagi. Kalut dan kalut, aku tak tau mana yang benar dan mana yang salah. Sungguh masih sebuah tanda tanya besar bagiku kenapa Paman Faruq bisa menyimpan beberapa lembar foto-fotoku. Apakah ia, Paman Faruq itu adalah Roman, tapi bagaimana bisa?

"Sekarang juga kita cari Paman Faruq Jay. Saya harus mendapatkan penjelasan darinya tentang semua ini!"

"Tapi cari kemana Mas? Diluar sedang hujan deras. Kita baru sampai Rumah. Mas Juna istirahat dulu, Kita tak bisa mencari Paman Faruq dengan keadaan seperti ini. Mas dinginkan dulu fikiran Mas. Biar Jay buatkan Jeruk panas untuk Mas..!!" Ucap Vijay yang lalu berlalu kedapur untuk membuatkan Jeruk panas untuku. Tak lama Vijay kembali dengan membawa dua cangkir jeruk panas buatnya.

"Diminum dulu mas.."

"Makasih ya Jay...!!"

Aku meraih gagang cangkir yang berisi jeruk panas itu. Lalu sambil berdiri memandang kearah luar dari balik jendela, akupun mulai menyeruput jeruk panas buatan Vijay. Beberapa waktu kemudian ponselku berdering, ada panggilan masuk dari Alena. Segera aku mengangkat panggilan itu dengan sekali usap di layar ponselku.

"Hallo Juna?" Suara Alena diujung sana terdengar lebih dulu

"Ia Hallo Alena, ada apa?"

"Aku ingin memberi tahumu.. Lelaki tua yang ada dirumah-mu itu. Sekarang ada di Rumah sakit."

"Apa? Paman faruq maksud kamu...?"

Alena memberi tahu alamat lengkap Rumah sakit tempat dimana Paman Faruq dirawat. Kata Alena, ia juga tak tahu pasti kejadianya seperti apa. Asumsi warga yang menemukan Paman Faruq di Jalan depan komplek, mengira Paman Faruq menjadi korban tabrak lari. Warga yang melihatnya langsung membawa kerumahku karena ada beberapa warga yang mengenali Paman Faruq. Namun dirumah dalam keadaan kosong, sedang aku dan Vijay sedang berada di Cianjur. Alena yang melihatnya langsung sesegera mungkin membawa Paman Faruq kerumah sakit.

Tanpa menunggu hujan reda, aku dan Vijay langsung mengunjungi Rumah sakit tersebut. Disana sudah Ada Alena dan Rosy, yang duduk didepan ruangan Paman Faruq yang sedang ditangani oleh dokter.

"Alena.. Terima kasih atas pertolonganya, makasih juga Mbak Rosy" Aku melirik Rosy

"Sama sama Jun!" Ucap Alena, Rosy hanya tersenyum padaku.

"Kenapa warga itu tak langsung membawanya kerumah sakit len?"

"Mungkin mereka panik Jun. Kebetulan TKP nya kan tak jauh dari rumahmu? Lagipula kamu dari mana sih, kenapa membiarkanya sendirian dirumah?" Tanya Alena heran.

"Ia, Ini semua keteledoran saya len. Tak seharusnya saya meninggalkanya seorang diri dirumah. Kemarin saya sedang ada urusan di Cianjur. Baru tadi datang kerumah. Saya juga kaget ketika mendapati Paman Faruq tak ada dirumah. Tak lama kamu memberi kabar saya tentang ini.."

"Juna.. Kalo saya boleh tau, dia itu siapa kamu?" Kali ini Rosy bertanya padaku. Setelah incident kemarin pagi, sikap Rosy memang berubah padaku. Ia jauh lebih ramah dan baru kali ini ia seakan peduli pada kehidupanku.

"Dia.. saya juga gak tau Mbak. Saya belum tau Paman Faruq itu sebenarnya siapa? Awalnya dia hanya seorang yang luntang lantung di jalanan, sampai akhirnya saya membawanya kerumah. Namun semakin kesini sikapnya sedikit aneh. Apalagi saya menemukan beberapa lembar foto ketika saya kecil di ransel miliknya. Ini aneh bukan?"

"Apa mungkin dia ada kaitan saudara denganmu jun?" Ucap Alena

"Selama ini dia tak mau menceritakan masa lalunya. Dan jika memang dia ada kaitan persaudaraan dengan saya. Satu satunya orang yang memiliki foto itu adalah kakak Saya. Roman."

ROMAN ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang