Part 6

3.3K 184 3
                                    

"Biarkan saya pergi, saya mohon!"

Lelaki lusuh itu masih keras kepala meminta padaku dan Vijay untuk mengizinkanya pergi. Padahal dokter menyarankan agar ia menjalani rawat inap beberapa hari sampai luka di kakinya sembuh betul. Tapi entahlah apa yang terjadi padanya, setelah ia sadar ia malah terus berteriak ingin pergi dari ruangan ini.

"Paman mau pergi kemana memangnya? Siapa nama paman, dan dimana tempat tinggal Paman, biar saya antarakan pulang jika memang Paman benar-benar ingin pulang!"

Lelaki lusuh itu diam dan menunduk setelah mendengar ucapanku. Aku memperhatikan jelas bagaimana kulit-kulit di wajahnya seperti hendak mengelupas, pasti ia amat merasakan rasa nyeri akibat luka di wajahnya, belum lagi kaki kirinya juga mengalami luka cukup serius. Apa yang telah terjadi pada lelaki ini. Sampai kondisi tubuhnya terluka. Aku berdzikir dalam hati.

"Saya tidak punya tempat tinggal. Tempat tinggal saya di jalanan. Tapi tolong, izinkan saya untuk pergi dari sini. Saya tak punya uang untuk membayar rumah sakit ini!" Suara serak lelaki lusuh itu menjelaskan.

"Paman, Jangan memikirkan soal biaya.! Saya yang membawa Paman ke rumah sakit ini, tentu saya yang akan membiayai semuanya. Siapa nama Paman?"

"Faruq.!!"

"Baiklah Paman Faruq, tadi paman bilang Paman tidak punya tempat tinggal, dan paman tinggal di jalanan?"

"Ia betul. Karena itu ijinkan saya pulang dari rumah sakit ini. Saya hanya Pengemis buruk rupa. Kenapa anda sudi menolong saya?"

"Astaghfirullah. Paman Faruq, dengarkan saya. Dimata Allah derajat manusia itu sama, kulit, penampilan, status, itu bukanlah suatu perbedaan dimata Allah , paman! Yang membedakan saya dengan Paman, atau dengan manusia lainya hanyalah Taqwa dan Iman kita pada Allah, Tuhan semesta Alam!"

"Tapi tolong ijinkan saya pulang!"

"Yasudah pulang sana!" Vijay yang dari tadi geram dan mencoba menahan emosinya akhrinya menumpahkan kekesalanya. "Paman tau, selama ini orang-orang yang majikan saya tolong, tidak ada yang seperti anda, mereka semua tahu diri dan akan mengucapkan terima kasih pada majikan saya. Tapi Paman, sungguh tak tau diri, saya baru kali ini melihat orang angkuh seperti anda. Majikan saya ini berniat baik pada anda Paman!" Sambung Vijay dengan nada berteriak.

"Tapi saya tidak pernah meminta kamu dan majikan-mu menolong saya!" Lelaki lusuh itu menimpali ucapan Vijay. Tentu saja itu membuat Vijay semakin naik darah.

"Dasar.! Tak tahu diri!!" Vijay berteriak

"Jay.. Sudah. Sabar. Lebih baik kamu keluar, biar saya bicara dengan Paman Faruq berdua" Kataku mencoba menahan agar Vijay tak melanjutkan kata-kata amarahnya.

"Tapi mas?"

"Sudah.! Tolong keluar Jay. Percaya sama saya"

Sebelum keluar dari ruangan dimana Paman Faruq di rawat, Vijay sempat memandang tajam Paman Faruq, sepertinya Paman Faruq sudah benar benar membuat seorang Vijay murka.

Suasana hening sesaat setelah Vijay keluar dari ruangan. Paman Faruq masih menundukan wajahnya, sama sekali ia tak berani menatap wajahku apalagi berteriak seperti tadi.

"Paman..." Kataku dengan pelan, dan perlahan Paman Faruq mulai melihat ke arahku. Aku sempat memandang kedua bola mata-nya yang berwarna sedikit cokelat. Kejadian apa sebenarnya yang pernah ia alami sehingga membuat matanya terluka, bukan hanya mata. Wajah, tangan semua kulitnya mengering, ia sudah seperti mumi yang ditelanjangi.

"Saya akan membiarkan Paman Faruq pergi. Tapi jika Paman mempunyai tempat tinggal, maksud saya, Paman tidak tinggal d Jalanan lagi. Paman bisa mengatakan dimana tempat tinggal Paman, saya akan mengantarkanya. Dan jika Paman memang merasa terganggu dengan keberadaan saya. Saya janji, saya takan menemui Paman lagi. Bagaimana?" Penjelasanku membuat Paman Faruq sedikit memelototkan matanya.

ROMAN ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang