Normal' POV
Yup. Hari ini adalah hari dimana sekumpulan remaja puber akan melakukan shooting drama di rumah salah satu anggota dari mereka.
Terlihat jelas masing-masing dari mereka membawa banyak barang yang sudah bisa ditebak bahwa barang itu pasti property dan kostum drama.
"Eh, lo semua nanti harus bener ya drama nya!gaboleh ketawa-ketawa. Ntar kalo gagal repot lagi!" Aya memperingati semua anggota kelompoknya.
"Iya cerewet" kata Raza dengan nada menyebalkan.
"Ih dasar...muka tukang ojek!" Ledek Aya pada Raza
"Biar muka tukang ojek..gini-gini bapa gue juragan becak, juragan soto, juragan duren, juragan..."
"Ah stop...yang jadi juragan itu kan bapa lo, bukan lo gimana sih!"
Ucapan Raza terpotong oleh kekesalan Aya.
Teman-teman lain yang sedari tadi diam dan memperhatikan mereka hanya bisa geleng-geleng kelapa-eh-kepala maksudnya.
○○○○○○○
Semua yang berada di rumah Dira sedang bersiap-siap. Yaaa...setelah perdebatan panjang, mereka memutuskan untuk melakukan shooting drama di ruang bawah tanah di rumah dira.
Tempat itu sengaja dipilih Aya, karena menurut Aya, tempat itu masih mempunyai kesan lama.
"Raza, yaampun, gue ganyangka lo bener-bener mendalami peran lo. Mentang-mentang berperan jadi kakek-kakek, bau lo juga bau kakek-kakek...Bwahahahahahahahaha" Aya terus saja meledek Raza dan tertawa sampai puas. Salahkan Raza yang sekarang ini benar-benar seperti kakek tua yang bau minyak menyan.
"Eh, btw, lo udah hafal semua dialog lo kan?" Tanya Aya yang sudah berhenti dari kegiatan tertawanya kepada Raza.
"Iya selow...tapi baru yang ini" jawab Raza sambil menunjuk bagian mana yang baru dia hafal.
"Iya gapapa, kita bakalan shoot dramanya per adegan, biar bisa tukeran peran sama kelompoknya Dira" kata Aya.
○○○○○○○
Yang pertama kali shoot adegan adalah Aya dan Raza. Mereka terlihat berakting lumayan bagus.
Setelah adegan mereka selesai, giliran adegan dari kelompok Dira yang main.
Kelompok Dira menceritakan tentang drama Cut Nyak Dien. Dan saat ini, mereka sedang shooting adegan dimana Van Den Bosch sedang berbicara pada anak buahnya.
Van Den Bosch sendiri diperankan oleh Bintang. Dan anak buah Van Den Bosch diperankan oleh Arnet.
Terdengar mereka sudah mulai memainkan dramanya.
"Jadi, apa yang harus saya lakukan untuk membuat rakyat Aceh mundur?" Ucap Arnet yang sedang memainkan perannya.
"Rakitlah sebuah bom. Hancurkan mereka. Semuanya kuserahkan padamu" Kata Bintang yang juga sama-sama sedang memainkan perannya.
"Baiklah, saya akan melakukannya sebaik mungkin" kata-kata itu adalah dialog terakhir untuk Arnet.
"Aku yakin kau bisa melakukannya. Dan jika kau berhasil, mereka semua akan tunduk padaku, dan membuatku menjadi orang yang paling hebat bagi mereka. Hahaha" kalimat itu menjadi akhir dialog Bintang dalam adegan ini, dan mengakhiri shoot adegan pertama kelompok Dira.
Dan apa kalian tahu?salah satu yang melihat adegan mereka terlihat merona dan merasa bingung pada dirinya sendiri.
Orang itu adalah Aya.
Sedari tadi, Aya sangat fokus memerhatikan adegan mereka. Namun, saat mendengar dan melihat Bintang tertawa kejam namun terkesan sangat keren. Jantung Aya berdegup sangat kencang disertai wajahnya yang sedikit merona, dan ia yakin, bahwa dirinya saat ini sangat takut...bukan...bukan takut tapi malu untuk menatap mata Bintang.
×××××××
Hai kalian!!!!aduh author sempet kaget. Tadi hampir aja author bener-bener pake nama orang yang waktu itu author suka. Author terlalu menikmati alur ceritanya sih jadi lupa kalo nama-namanya beda di rl, tapi sikapnya sama.
Yahh...maafin kalo kalian para readers merasa author update nya lama. Tapi suer deh...author cuma punya sedikit waktu senggang.
Buat kalian para readers ku tercinta....baca juga story author yang judulnya 'Can I ?' yahh
Bye bye....see you♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Of Love
Random"Iya gapapa ko Ay...harusnya gue yang minta maaf karena gue malah ngediemin lo...maaf gue gapunya perasaan apa-apa sama lo...tenang aja ko gue bisa bersikap netral" Sungguh itu adalah untaian kata yang menyakitkan bagi seorang gadis yang sudah mula...