Alee :Hi. I'm going back to Abu Dhabi. And Im waiting for ur answer.
Ninda membaca pesan dari Ale. Membuat dia teringat pertanyaan Alee kemarin. Laki-laki itu, menyatakan tertarik untuk melanjutkan perkenalan mereka ketahap-tahap berikutnya. Dan seperti yang dijelaskan Ale kemarin, dia tidak sedang bermain-main. Dia mencari pendamping hidup. Jika Ninda tertarik, mereka akan mencoba saling mengenal lebih jauh. Jika tidak, maka Ale akan mundur. Tentu saja ini hal yang sulit untuk Ninda. Mereka baru bertemu sekali, dan bagaimana dia bisa mempertimbangkannya. Ale memberi pilihan yang sangat sulit, 'take it or leave it', dan sekarang keputusan sepenuhnya ada di tangan Ninda.
Ninda : Ya, safe flight ya Le. I really need more time.
Ale : Karena kita baru aja kenal?
Ninda : Ya.
Ale : Kita masih punya waktu seumur hidup buat saling mengenal
Ninda : Kalo gak cocok?
Ale : Ask Allah. Manusia bisa aja salah pilih, Just ask Him, and believe pilihan Allah gak akan pernah salah.
Ninda hanya terdiam, dia tidak tahu harus membalas apa. Ale memang ajaib, di pertemuan pertama mereka, dia bahkan sudah memutuskan tertarik untuk menikahi Ninda. Bukannya Ninda tidak percaya niat baik Ale, tapi ini bukan sekedar ajakkan untuk saling mengenal lebih jauh, ini bukan pula ajakan untuk berpacaran. Ale mengajaknya menikah, bukan perkara yang bisa dia putuskan sendiri. Ninda masih sibuk dengan pikirannya sendiri saat pesan dari Ale kembali datang.
Ale : Aku bukan mendesak kamu buat nikah besok kok. I just wanna ask you, apa kamu siap untuk hubungan yang serius.Karena aku gak punya waktu buat main-main.
Ninda membaca pesan itu sekali lagi. Kenapa kalau berhubungan dengan Ale semuanya serba serius. Percakapan yang serius, chat yang serius, bahkan tawaran untuk hubungan yang serius. Ninda memang tidak pengalaman dengan yang namanya pacaran. Tapi selama ini, orang-orang yang mendekatinya akan memulai dengan pembicaraan-pembicaraan yang ringan,dan tak jarang hanya membicarakan omong kosong. Tapi berbeda dengan Ale, Ninda bahkan harus berfikir keras untuk menjawab pesannya.
Ninda : Aku bahkan tidak pernah berfikir untuk sekedar main-main dalam sebuah hubungan.
Ale : That's good. Why don't we try?
===========
Ale sudah berada di villa nya di Abu Dhabi, dan saat menyalakan handphonenya Ale mendesah kecewa karena tidak ada balasan dari Ninda. Ale menghempaskan tubuhnya ke kasur. Ada sedikit kecewa dihatinya, tapi dia mencoba mengerti. Ninda pasti terkejut dengan pertanyaannya. Wanita mana yang dengan mudah mengiyakan ajakan berhubungan serius dengan orang yang baru dikenalnya sehari, apalagi setelah itu mereka tepisahkan oleh jarak. Ale mencoba memahami situasi ini, dia hanya bisa berdoa dan pasrah.
Kunjungannya ke Jakarta kemarin sebenarnya tak lebih hanya urusan pekerjaan. Dan tanpa sengaja pula dia bertemu dengan Sakti, seniornya semasa SMA, saat sedang makan siang. Percakapan merekapun akhirnya mengalir, hingga niatan Sakti yang ingin mencoba mengenalkan Ale pada Ninda. Sakti menunjukan poto Ninda pada Ale, dan Ale hanya tertawa.
"Tapi sayang, orangnya sedang melanglang buana, gue gak tau dimana posisi dia sekarang, tapi lu coba hubungi aja, tar gue kasih nomor nya" Lagi-lagi saat itu Ale hanya tertawa, dia tidak menanggapi serius tawaran Sakti.
"Kalo dibilang cantik banget sih gak Le, tapi yah, ini cewek high quality banget. Calon istri idaman lah. Karir oke, humble, tinggi, putih, pinter, mandiri lagi. Gue sih gak bakal nyemplungin elu lah."
"Gue percaya sama lo Mas, Cuma ya, liat nanti aja deh. Gue udah mau balik minggu depan"
"Ke UEA? Cepet banget Le"
"Ya, disini juga Cuma urusan kerjaan Mas"
Setelah percakapan mereka siang itu, Ale bahkan sudah tidak lagi ingat dengan tawaran Sakti. Namun berselang beberapa hari Sakti menghubunginya, dan mengatakan gadis yang ingin di kenalkan dengannya sedang berada di Jakarta. Suatu kebetulan yang luar biasa bukan. Meski ragu, Ale akhirnya mengiyakan ajakan Sakti untuk bertemu dengan Ninda. Ale tidak mengharapkan apa-apa, baginya pertemuan ini hanya sekedar menyambut niat baik Sakti, toh dia juga akan segera kembali ke Adu Dhabi lusa. Tapi siapa sangka, one move lead to each other. Semuanya jadi mengalir begitu saja. Tapi Ale yakin, sepertinya Allah memang membuka jalan untuk dia dan Ninda.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Love Really Means
RomanceBukan hanya menyatukan dua hati. Bukan persoalan menyatukan dua keluarga. Tapi bagaimana menyelaraskan banyaknya perbedaan antara Ale dan Ninda. Tentang pilihan-pilihan yang mereka ambil, tentang peluang-peluang yang mereka lewatkan. Tentang salin...