*Bruukk..
"Hey, Salvina sadarlah" tangan Meli terus menepuk pipiku agar aku tetap terjaga
"Hmmmhhh... Mel.."
"Sal, pasti kamu belum makan. Penyakit kamu kambuh lagi kan"
"Iya mel, aku gak sarapan tadi pagi"
"Yaudah, aku antar ke kantin"
Yah, dia Meliana, sahabat terbaikku sejak aku kecil. Aku sendiri Salvina, salah satu mahasiswi di Harvard University. Akhir-akhir ini penyakitku memang sering kambuh. Telat sarapan sedikit, pingsan, bentar-bentar mimisan, aduhhhh apakabar kalau aku terus seperti ini.
Makanan dikantin juga itu-itu aja, burger, salad, sereal, yah gak enak-enak bangetlah. Mau bawa bekal, cuman dikasih sandwich, tiap hari makan-makanan begitu lama-kelamaan juga bakal bosan.
Lagi asik pilih menu, aku liat bayangan seseorang dibelakangku. Belum sempat aku menoleh...
"SALVINA!!!!!!" teriak Robert dengan sangat nyaring hingga terdengar diseluruh kantin
"AMPUNN DAHHH NIH ANAK!!! BIKIN KAGET AJA!!!" sontak aku terkejut setengah mati
"Hahaa, gitu aja kaget lu"
"Ngapain lu kesini? Pergi sana"
"Ehh, denger yah, gue kesini cuman mau ngajakin lu"
"Ngajakin kemana? Tumben lu"
"Ini karena disuruh Mr. Benjamin, kita mau pergi ke halaman kosong di jalan st. Lusiana"
"Oh jadi ceritanya petualangan gitu?"
"Iyaapp cantikkk" ucap Robert sembari mencubit kedua pipi tembem ku
"Ehh!! Jangan pegang-pegang" elak ku
"Entar deh, tadi lu bilang ke st. Lusiana?" tanya Meliana dengan penuh curiga membuat ku enggan untuk ikut
"Iya mel, memang kenapa? Seru loh, asik gilaa!!" jawab Robert dengan yakin tanpa menghiraukan kecurigaan dari Meliana
"Lu gak tahu? Halaman disana gak pernah dilewatin siapa-siapa lagi sejak dulu" balas Meliana dengan wajah ketakutan
"Iya memang sih, katanya disana bekas medan perang antara manusia sama jin gitu" sahut Robert dengan sok pintar
"Jin? Lu sok tau ah. Bukan jin, tapi elf. Dan aku gak tau alasan mengapa perang itu bisa terjadi"
Kami bertiga hanya terdiam dengan bertatap muka. Meliana segera mengajakku dan Robert keperpustakaan Harvard untuk mencari informasi mengenai perang itu.
Kami menemukan sebuah buku Agenda tua yang telah usang, kertasnya lepasan, dan banyak jamur buku disekitar tulisan yang menghalangi pandangan kami. Hanya beberapa kalimat yang dapat terbaca, karena tulisan lainnya menggunakan bahasa yang tak kami kenal.
Kalimat pertama yang terlihat jelas terdapat dihalaman 7, yaitu "jejak langkah penuh darah menunjukan...."
Lalu, kalimat kedua yang terlihat jelas berada dihalaman 13, yaitu "pedoman rahasia bangsa kami..."
Dan yang terakhir berada dihalaman 37, yaitu "MALINO 704..."Aku bertanya-tanya, siapa itu MALINO? apakah agenda ini miliknya? Atau itu adalah nama tempat? Yang jelas buku ini akan kami bawa, dan aku akan ikut pergi ke st. Lusiana.
Mr. Benjamin mendatangi kami diperpustakaan saat kami ingin beranjak dari kursi. Ia menanyakan apakah kami siap untuk pergi sepulang dari kampus, jawaban kami "IYA."
Kami langsung pulang kerumah masing-masing, aku membawa perlengkapan pramuka ku dan persediaan lainnya. Beberapa puluh menit setelah aku menyiapkan perlengkapan, seseorang mengetuk pintu rumahku.
Dan ternyata Meliana dan Robert telah datang menjemputku, kami bergegas pergi karena Mr. Benjamin telah menunggu di st. Lusiana.
Firasatku mulai memburuk, langkah ku semakin mengecil, aku rasa aku tak ingin pergi kesana. Tapi, Meliana meyakinkan ku, begitu pula dengan Robert yang terus membangkitkan rasa penasaranku, langkah kami semakin cepat dan terus melaju hingga kami sampai di st. Lusiana.
Tanpa basa-basi, Mr. Benjamin menuntun kami masuk kehalaman kosong tersebut. Suasana yang berbeda dari biasanya. Selang beberapa langkah, suara semak-semak bergoyang dari arah jam 10.
Robert membuka semak-semak tersebut dengan ranting yang tak lebih dari satu meter. Saat dibuka, ternyata suara tersebut adalah Alta. Alta adalah anjing peliharaan temanku bernama Sierra. Sierra seorang mahasiswi yang tak jelas asal-usulnya. Bahkan aku tak tahu tempat tinggalnya. Dia merupakan seseorang yang misterius.
Alta mengejar sesuatu yang tak dapat kulihat dengan jelas, benda itu hanya melewati bayangan untuk menghindari sinar matahari. Mr. Benjamin memanggil kami dan menyuruh kami menggali tanah disekitar 15 meter dari jalan masuk.
Dengan semangat, Robert menggali tanah sedalam mungkin, begitu pula dengan ku dan Meliana, kami tak tahu alasan Mr. Benjamin menyuruh kami menggali tempat ini.
Beberapa menit setelah kami menggali, terdapat sesuatu yang mengganjal sekop kami. Seperti batu yang sangat keras, hanya aja benda ini terlihat seperti peti kayu.
Mr. Benjamin segera menggambil peti itu dan menghancurkan gembok yang telah terkorosi tersebut. Saat ia membukanya, terdapat rantai yang terbuat dari perunggu, pisau perak, dan sebuah cermin dari akar pohon.
Ia berterimakasih pada kami, dan menyuruh kami pulang begitu saja. Tapi, kami tak langsung pulang. Kami bertiga menyelinap dibalik pohon sembari menunggu Mr. Benjamin pulang.
Menjelang malam, Mr. Benjamin baru mengangkatkan kaki dari tempat tersebut. Ia telah mengubur kembali peti tua itu. Robert langsung menggali kembali peti yang telah dikubur oleh Mr. Benjamin. Saat kami mengangkat peti tersebut, Meliana membuka peti, dan isinya telah dibawa oleh Mr. Benjamin.
Kami masih penasaran dan terus menggali tanah itu sedalam mungkin, bahkan hingga malam, bintang-bintang terlihat jelas dari bawah tanah yang telah kami gali.
Saat Robert ingin menghempaskan sekop untuk kesekian kalinya, tanah mulai melunak dan longsor hingga menyeret kami kedalam perut bumi.
Aku mulai tak sadarkan diri, aku tak tahu bagaimana keadaan Meliana dan Robert saat ini. Sebuah cahaya mendekatiku, lama-kelamaan cahaya tersebut menyilaukanku. Terdengar suara Meliana memanggilku berulang kali, dan saat aku membuka mata....
Oh yah!! Kurasa petualangan baru dimulai...
KAMU SEDANG MEMBACA
MALINO 704 [COMPLETED]
FantasyBuku adalah jendela dunia? Kurasa tak semua buku seperti itu. Ada saatnya buku tersebut menjadi perusak dunia. Buku rahasia yang hanya dimiliki para peri atau biasa kami memanggilnya dengan sebutan Elf. Dahulu kala kaum elf sangat bersahabat dengan...