Flashback

17 3 0
                                    

Auryn' POV

Saat aku melihat matanya. Ingatan itu kembali muncul.

Flashback On

"Ivore, are you sure? You'll go?"

"Yes"

"Then, how about our relationship? So, everything has to end up here?"

"I'm sorry Auryn. I can't resist my family again...But listen to me Auryn...Please believe me now....I'll always love you, no matter how far we apart...My heart is yours...forever..."

"Ivore...."

"I must go now, lovey"

"No..."

Flashback off

Tak disangka air mataku mulai turun mengingat semua itu. Kenangan pahit yang menjadi faktor berakhirnya hubunganku dengan Ivore. Tidak tidak...apakah waktu itu kami resmi putus? Aku rasa tidak...semoga saja begitu.

"Kamu pindah?" Tanya Ivore padaku.

"I-iya" Jawabku terbata-bata

"Hn"

"..."

"..."

"..."

"Dimana kelasmu?" Dia bertanya lagi.

"D-di ke-kelas ruby"

"Aku antar"

Ivore langsung menggenggam tanganku erat dan menuntunku entah kemana, mungkin dia akan mengantarku ke kelas baruku.

Tapi hey...kenapa semua anak di sini menatapku begitu? Sebagian besar anak perempuan menatapku dengan tatapan iri. Tapi untuk apa mereka iri padaku? Dasar.

○○○○○○○

"Sampai"

"A-ah terimah kasih"

"Hn"

"Emm...kalau begitu aku masuk dulu" ucapku sambil memasang senyum manisku padanya.

Dia tak bergeming dan malah menatapku dengan tatapan nanar.

Setelah memasuki kelas dan memperkenalkan diri kepada teman-teman baruku. Aku langsung duduk di tempat paling pojok dekat dengan jendela.

'Tempat yang sempurna' fikirku.

Aku duduk sendirian. Tapi sepertinya kursi di sebelahku ada yang menempati. Karena di atas mejaku terdapat sebuah laptop berwarna dark blue.

"Anak baru?" Tanya seseorang padaku. Oh tuhan...dia sangat tampan.

"I-iya" jawabku

"Namamu?" Tanyanya singkat sambil duduk di bangku kosong sebelahku. Rupanya dia teman sebangkuku.

"Namaku Aurynca Aulive. Kau bisa memanggilku Auryn...emm siapa namamu?"

"Adrian"

Yaampun....dia itu sangat dingin dan irit bicara. Eh? Dia mengingatkanku pada Ivore...ah sudahlah lupakan.

"Semoga kita bisa berteman ya" ucapku sambil tersenyum manis padanya.

Dia tak menanggapiku. Tapi sekilas aku melihat dia tersenyum tipis, sangaaat tipis. Aku bisa melihatnya karena aku terbiasa melihat segala jenis senyum laki-laki yang sangat dingin. Siapa lagi kalau bukan Ivore.

Tapi dia tersenyum pada siapa? Saat tersenyum pandangannya lurus kedepan. Apakah dia tersenyum pada papan tulis? Aku yakin dia tidak gila. Lantas siapa? Aku? Entahlah.

×××××××

Yup yup yup....maafin author ya readers...author niatnya mau update cerita ini dua hari sekali...tapi yaaa, rintangan itu pasti ada kan..

Yasudah deh...

See you♥

Can I ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang