"Ya, kita memang membutuhkan sejumlah pegawai saat ini," begitu kata wanita yang pertama mereka temui di Miraculous Wedding. "Dan kalian ingin melamar pekerjaan? Bertiga?"
"Ya," jawab Genma. Ia tidak ingin bicara banyak sekarang—ia tidak ingin wanita ini bertanya macam-macam kepada mereka.
"Oke, bicara saja kepada Bu Direktur. Ruangannya ada di lantai dua. Ngomong-ngomong, kalian terlihat..."
"Terlalu muda? Terima kasih," sambar Tabitha cepat. "Kami... err, jauh lebih dewasa dari yang Anda kira. Terima kasih lagi, Yoko-san!" serunya, sementara ia sudah lebih dulu menaiki tangga ke lantai dua dan menoleh ke belakang, memanggil-manggil Rira dan Genma.
Pegawai wanita di depan pintu masuk tersebut hanya menggeleng-geleng ketika tiga orang itu menghilang dari pandangannya. "Minimal umur 22 tahun agar bisa melamar pekerjaan di sini. Mereka... ah, paling hanya pikiranku saja."
***
"Nih," seorang pelayan yang sudah lebih dulu bekerja—gadis remaja berlipstik ungu—menjawab ketus sambil mengangsurkan seragam maid bercelemek kepada Ayumi, yang hanya memandangnya dengan bingung. "Ganti baju di ruang pegawai. Kau bisa mulai bekerja sekarang."
Ayumi menerima seragam barunya dengan ragu-ragu. Menjadi pelayan lumayan mudah. Ia dididik layaknya seorang putri oleh pengendali ilusi terdahulu. Ia juga dididik bagaimana caranya berjalan anggun dengan sepuluh kamus di atas kepala, lima di masing-masing tangan, dan berjalan anggun dalam kecepatan konstan; tidak terlalu lambat, tidak terlalu cepat. Pelayan-pelayan di kafe ini biasa membawa tiga nampan kopi dengan kedua tangan dan kepalanya. Tidak ada bedanya dengan sepuluh kamus.
"Terima kasih, Waitress-san," jawab Ayumi—melirik "nama" yang tersemat di seragam si wanita dan terburu-buru menuju kamar ganti di ruang pegawai. Si wanita yang dipanggil "Waitress-san" tersebut hanya tercengang.
"Hei, dia tidak tahu artinya waitress, ya?"
***
"Kami-sama! Bagaimana bisa? Lima belas pesanan terkirim dalam kurang dari setengah jam?" pria pemilik franchise usaha pizza tersebut memandang muatan belakang sepeda yang kini kosong dengan mata terpana. "Pegawaiku yang lain mengantarkan sepuluh pizza dalam 45 menit... Ya ampun, pasti ada yang salah di sepedanya, Sayang... Apa remnya rusak atau pelumas rantainya terlalu banyak?"
"Jangan terkejut, Shino-sama, aku hanya mengemudikannya dengan cepat, itu saja," jelas Sakura dengan senyum bangga. Meskipun tanpa tambahan sayap di kedua kakinya, Sakura masih bisa berlari secepat angin seperti biasa. Itu berarti, ia bisa mengayuh pedal sepedanya lebih cepat dari kemampuan manusia normal. "Sepeda ini tidak rusak. Kalau tidak, aku tidak akan ada di sini."
"Fantastis!" seru pria yang dipanggil Shino-sama tersebut sambil mengacak-acak rambut keemasan Sakura. Pria setengah baya berwatak humoris ini agak... kemayu. "Kau bisa menjadi contoh bagi teman-teman barumu di sini, Hayai-san. Rasanya energi Yin memang mengaliri darahmu Nak!"
Energi Yin.
Sesaat, tubuh Sakura membeku. Yin dan Yang... bukannya itu salah satu lambang...? Jangan-jangan Shino mengetahui keberadaan Evaliot sekaligus tahu cara menuju ke sana.
"M-maaf?" tegur Sakura terbata-bata.
"Oh, bukan apa-apa, Sayang. Keluargaku memang sarangnya para filsuf." Pria itu tertawa berat. "Kau bisa istirahat di belakang. Minum teh sebentar atau apalah. Silahkan!" katanya ramah.
Huh. Kupikir dia mata-mata dari Evaliot tadi, pikirnya.
***
Higina berjalan santai menyusuri pinggiran kota yang penuh dengan mobil dan pejalan kaki. Ia mencari florist—atau rumah bunga—tersebut. Hana's Florist. Seharusnya tidak jauh dari sini.
Ah, itu dia! Matanya menangkap sebuah bangunan apik yang bersatu dengan toko kue di ujung jalan. Bangunan itu bercat merah muda pucat, etalasenya dipenuhi bunga-bunga berbagai jenis, dan bau roti panggang, pendingin ruangan, serta parfum aroma lavender sudah tercium.
Diliriknya sekeliling. Sebelum memasuki florist, ia perlu mengingat-ingat jalanan ini, agar besok bisa kembali ke tempat ini dengan mudah.
Tidak banyak yang menarik di sini. Warna-warna cerah kebanyakan mendominasi jalanan, jadi ia mudah menghafalnya. Selain Hana's Florist, bangunan lain yang menarik perhatiannya adalah bangunan megah berwarna abu-abu di dekatnya. Dari plang bangunan tersebut, tertulis "Therapy and Personal Treatment: by Helen Fagworth".
"Terapi dan pengobatan pribadi? Tempat ini punya rumah terapi?" gumam Higina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elementbender
FantasySeorang pangeran amnesia, percobaan pembunuhan yang gagal, dunia yang sekarat, dan enam pengendali elemen sinting. ~ Ketika Pangeran Takumi menghilang tanpa jejak di tempat tidurnya, dan pencarian ke sepenjuru Evaliot tidak mebuahkan hasil, para pen...