Chapter 12

900 91 11
                                    

Disinilah Jinhwan sekarang. Di dalam kamar dorm apartemen. Ruangan yang paling bisa membuatnya nyaman. Bebas untuk melakukan apa saja sesuai keinginannya. Seperti kali ini, saat hatinya sedang terasa berantakan. Mood nya yang sedang buruk. Dia hanya ingin menyendiri. Menenangkan fikirannya dalam kesendirian.

Jinhwan duduk di atas tempat tidur. Kepalanya bertengker di tangan mungilnya yang berada di atas kedua lutut kaki yang ia lipat di depan badannya. Wajahnya ia sembunyikan. Diam. Ia berkutat dalam diam. Fikiran di kepalanya terasa sangat penuh.

Aku benci keadaan ku sekarang. Kenapa aku sangat lemah ? Untuk melawan diriku sendiri saja aku tak bisa. Menetapkan satu keputusan saja rasanya terlalu sulit. Seharusnya aku lebih pintar lagi mengatur perasaan ini. Harusnya sekarang aku sudah tak perlu memikirkan hal itu. Hubunganku dengan Hanbin sudah berakhir, jadi aku tak perlu memikirkan hal-hal yang berkaitan dengannya. Sudah saatnya aku lepas dari semua ini.

Suara hatinya mulai bergemuruh menguasai dirinya. Mencoba beradu dengan jalan fikirannya. Dia tak boleh terpaku pada rasa sakitnya selama ini. Toh akhir-akhir ini dia sudah bisa tertawa setiap harinya. Dia juga sudah sedikit merasakan bahagia menyirami kehidupannya saat ini. Dan semua itu berkat seseorang yang selalu berusaha membantunya lepas dari ini semua.

"June-yaa.."

Suara lirih Jinhwan terdengar dari bibirnya. Wajahnya lalu bangkit dari persembunyiannya. Kali ini ia menopang dagunya di atas lututnya.

"Seharusnya tadi kau tak mengabaikanku. Seharusnya tadi kau mengejarku saat aku pergi begitu saja. Hhhuufff." Jinhwan menghebuskan nafasnya panjang. Raut wajahnya tampak terlihat menyedihkan.

"Yaa! Bukankah tadi aku sempat mendengar ada yang memanggil namaku ?"

Jinhwan langsung menegakkan kepalanya. Ia mulai berfikir keras.

"Tapi aku tak tau suara siapa tadi, aku tak begitu jelas mendengarnya. Bodohnya aku juga tak menoleh melihat siapa yang memanggilku."

Rasa kecewa kembali hadir dalam dirinya. Ia kembali meletakkan dagunya di atas lutut. Wajahnya kembali murung.

"Mana mungkin itu suara June. Dia kan sedang asik mengobrol dengan Sunbin, untuk apa dia mengejarku. Tapii.. mana mungkin juga itu suara Hanbin. Untuk apa juga dia mengejarku ? Toh dia sedang bersama kekasih barunya itu."

Jinhwan kembali mendengus kesal.

"Aaisshh mungkin aku saja yang salah mendengar." Ucapnya berusaha untuk menepis rasa penasaran di hatinya. Ia hanya mencoba agar tak membuat fikirannya semakin penuh dengan hal-hal yang membuatnya pusing.

Lama Jinhwan terdiam dalam lamunannya. Wajahnya masih tampak murung. Dagu mungilnya masih berada di atas lututnya. Sampai akhirnya ia menolehkan wajahnya ke arah pintu kamar. Ketika knop pintu kamarnya itu bergerak-gerak. Seseorang di luar sana sepertinya sedang mencoba untuk membukanya. Tapi pintu tak kunjung terbuka, karena tadi Jinhwan mengunci pintu tersebut. Jika sedang ingin menyendiri seperti ini, dia selalu mengunci pintu itu. Hanya karena ia tak mau orang lain mengusiknya.

Between Me And YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang