Junhoe tersentak kaget mendengar sebuah suara yang baru saja membangunkan tidurnya. Di membuka matanya. Tapi tetap gelap. Hanya sedikit sinar redup saja yang ia lihat dari sela-sela pintu kamar Chanwoo yang menyeroti ruangan.
"Aaarrgghh sudah berapa kali ku bilang jangan pernah matikan lampu kalau aku belum pulang."
Junhoe mengenali suara itu. Itu adalah suara hyung tertuanya, Jinhwan.
BRUK.
Jinhwan jatuh ke lantai, Junhoe samar-samar dapat melihat tubuh Jinhwan di lantai. Dia lalu bangun dari posisi tidurnya di atas sofa panjang. Baru saja dia ingin bangun mendekati Jinhwan, tapi ia mengurungkan niatnya. Dia lalu duduk di atas sofa.
"Hikss hikss.. aku benci kau Hanbin! Aku benci kau." Suara lirih Jinhwan terdengar ditelinga Junhoe.
Suara itu tak sekeras saat Jinhwan memaki waktu pertama dia masuk tadi. Kali ini suaranya benar-benar lirih. Dan suara isak tangis yang sangat sendu juga terdengar bersamaan dengan itu. Junhoe masih diam dalam duduknya. Dia melihat ke arah Jinhwan yang duduk memeluk kakinya. Meskipun lampu tidak menyala, tapi dia masih bisa melihat tubuh mungil hyungnya itu dari sinar redup lampu kamar Chanwoo.
"Aku rindu padamu. Kenapa kau tak pernah peka ? Hikss hikss.. hikss.. Hanbin aahh,, dimana perasaanmu itu.? Yaa.!"
Junhoe masih terus menatap Jinhwan. Dia melihat hyungnya itu tengah memukul-mukul lantai dengan tangan mungilnya.
"Tapi kau juga bodoh Jinanie.. bukankah semua sudah berakhir ? Tapi kenapa rasa sakit ini terasa sakit sekali ? Kenapa kau harus cemburu melihat mereka.. hikss hiksss hikss.. kau bodoh Jinanie ! kau bodoh."
Kali ini Junhoe melihat tangan mungil Jinhwan memukul kepalanya sendiri. Junhoe bangun dari duduknya. Dia hendak mendekati hyungnya itu. Dia harus menghentikan hyung itu melukai dirinya sendiri. Tapi Junhoe mengurungkan niatnya lagi. Dia tak mau Jinhwan tau keberadaannya.
Suara isak tangis Jinhwan semakin kencang. Junhoe yang mendengar isak tangis itu merasa sangat kasihan. Hyung nya itu tak seharusnya menangis seperti itu hanya untuk menangisi seorang namja. Hati Junhoe mulai bersimpati. Ahh ingin sekali dia memeluk hyung nya itu. Mendekapnya kedalam pelukannya, agar Jinhwan bisa merasakan sebuah sandaran.
Hyung, kau memang bodoh. Sangat bodoh.
Seru Junhoe dalam hatinya.
Tak lama setelah itu sudah tak terdengar lagi suara lirih Jinhwan. Isak tangisnya juga sudah tak terdengar. Dan Junhoe masih diam duduk mematung sambil menatap namja mungil yang masih tertunduk itu. Sampai akhirnya tubuh mungil Jinhwan terjatuh.
Junhoe langsung segera bangkit dari duduknya. Dia mendekati tubuh Jinhwan yang sudah tertidur di lantai.
"Jinan hyung! Kau tak apa ?" Junhoe megoyangkan tubuh Jinhwan. Dia tak tau apakah hyungnya itu tertidur ataukah pingsan. Tapi tak ada respon apa-apa dari Jinhwan.
Junhoe menggendong tubuh mungil Jinhwan. Ia memindahkannya ke atas sofa yang tadi ia tempati itu.
"Hyung. Apa kau tertidur ?"
Jinhwan tetap tak merespon.
"Aahh mungkin kau sudah tidur hyung." Seru Junhoe pelan. Tangannya lalu memegang dahi Jinhwan. Hangat. Suhu tubuh Jinhwan terasa hangat.
"Apa kau demam hyung ?" Junhoe mulai tampak panik. Dia langsung berlari menuju kamarnya.
Tak lama kemudian ia sudah kembali membawa selimut tebal miliknya. Dia lalu menyelimuti tubuh Jinhwan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Between Me And You
Fanfiction"Jika mencintaimu akan membuat hati orang lain terluka, maka meninggalkanmu adalah hal yang paling membuatku tersiksa." _Kim Hanbin_ "Ketika semua sudah berlalu dan berganti oleh hal yang baru, ingatlah selalu bahwa diantara kita pernah ada sebuah k...