Bagian 1

383 12 2
                                    

Aku duduk di teras rumah sembari menikmati sejuknya angin sore. Di depanku ada sebuah lapangan sepoak bola. Anak-anak berusia sepantaran adik laki-lakiku yang kini menempati bangku SMA. Asik bermain bola di tanah lapang yang luas. Adikku, Adam, pun ikut serta bersama teman barunya. Melihat wajah tamapannya yang berbaur keringat dan keceriannya. Membuatku bersyukur bisa menempati rumah ini. Aku berserta Ibu dan Adam, baru 3 hari pindah ke rumah yang letaknya di daerah Sawah Jero, kabupaten Tegal. Rumah sebelunya sudah kami jual untuk biaya berobat almarhumah Papah. Dan saat aku bisa bekerja membantu perekonomian keluarga serta menyekolahkan Adam. Aku punya tabungan yang cukup. Aku tak sengaja bertemu dengan pak Mulyono dijalan. Saat itu motoku mogok dan pak Mulyono dengan berbaik hati memperbaiki motorku. Saat itu hari sudah menjelang malam. Pak Mulyono tidak bisa pulang kerumahnya sendiri, dengan alasan kuncinya ketingalan di kator. Ahirnya aku menawarkan dia menginap di rumahku yang saat itu masih menumpang dengang budhe. Aku dan keluarga sudah mengenal baik pak Mulyono. Sampai ahirnya pak Mulyono menawarkan rumahnya yang akan di jual kepadaku dengan harga murah. Aku sungguh tergiur akan tawaran pak Mulyono itu. Ahirnya kami pun sepakat menjual belikan rumah besar itu. Walau pun letaknya terpencil dengan rumah perkampungan sekitar, karna terletak di dataran tinggi dan di tengah sawah serta perkebunan. Aku dan keluarga tidak keberatan dengan posisi rumah tersebut. Walau letaknya agak jauh dari tempatku bekerja, tempat sekolah Adam, dan jauh dari pasar yang biasanya menjadi aktifitas ibuku. Tapi kami punya 2 motor dan satu sepeda yang bisa menjadi alat transportasi kami untuk mengapai tujuan. Motor Mio berwarna silfer yang biasanya di gunakan olehku untuk bekerja. Motor Ninja yang aku belikan untuk adikku yang pada saat itu dia mendapat juara kelas. Serta sepeda butut miliku dulu saat duduk di SMA, yang kini sudah di ambil alih untuk ibu yang suka berbelanja kepasar.

Biasanya setiap sore aku sendirian di rumah. Adam selalu keluar rumah untuk bermain bersama temanya yang masih sedaerah sini. Sedangkan ibu yang hobinya ngobrol, merasa jenuh di rumah dan memilih main di rumah tetangga jauh. Aku tidak merasa keberatan dengan ketidak hadirnya mereka di sore hari. Karna kegiatanku jalan-jalan menyelusuri daerah luar rumah, sekedar menikmati pemandangan asri dan sejuknya angin sore. Jika menjelang azan mahrib. Ibu dan Adam sudah pulang ke rumah. Kami pun tak pernah ketingalan solat berjamaah di musolah terdekat.

Untungnya jalanan menujuh rumahku sudah di pasang lampu sebagai penerangan kami. Walau kami harus melewati sawah dan kebun yang gelap gulita di tengah malam. Tapi niat kami tak pernah goyah untuk beribadan menghadap kepadaNya. Biasanya saat solat Mahrib selesai. Kami tidak langsung pulang. Banyak kegiatan di musolah yang bisa kami lakukan untuk menunggu azan Isya. Seperti mengaji dan sebaginya. Oh ya, masalah mengajadi yang paling jago yaitu Adam. Baru sekali solat dan mengaji di situ. Dia sudah di tawarkan Pak Hj.Mursolin untuk menjadi guru ngaji anak-anak. Dengan senang hati Adam menerimanya. Dia pun sangat senang bisa mengajar anak-anak lucu untuk belajar ayat Al-Qur'an. Walau di antara mereka semua banyak yang memiliki karakter berbeda-beda. Ada yang cepat tanggap saat diajar, ada juga yang masih sulit membaca lafal Al-Qur'an. Namun Adam selalu bersabar mengajari mereka. Aku bangga mempunyai adik kandung sepintar dan semulia dia. Semakin hari murid adikku semakin banyak. Musolah pun ramai dengan ibu-ibu yang mengantar dan menemani anaknya. Sebelum-sebelumnya yang aku lihat, anak-anak berangkat dan pulang sendiri. Aku yakin karna karisma adikku lah motifnya. Tak mengherankan jika ibu-ibu itu mengagumi ketampanan Adam. Dia bertubuh tinggi di antar aku dan ibuku. Kulitnya putih bersih sepertiku. Matanya agak sipit seperti kakeknya yang  keturunan Cina. Sedangkan mataku bulat tajam seperti Ayah yang asli peri bumi. Alis adiku tebal dan hidungnya yang mancung. Apa lagi saat bibirnya membaca ayat suci Al-Qur'an dengan suara yang merdu.  Mata dan telinga siapa saja yang melihat dan mendengar akan segera terpesona.

Saat menjelang azan Isya. Adam selalu menjadi muazin. Dan melaksanakan solat berjamakah. Setelah itu kami pulang bersama. Kadang kala lampu jalan selalu mati tiba-tiba. Hingga kami tidak lupa membawa masing-masing senter untuk berjaga-jaga. Selama perjalanan, Alhamdulillah tidak pernah ada ganguan. Hanya suara kodok dan jangkrik yang meramaikan langkah kami.

Saat itu aku dan Adam sedang menonton TV di ruang tengah. Sedangkan ibu membuat cemilan untuk kami di dapur, ruang paling belakang. Saat tengah asik menonton horor. Tiba-tiba aku mendengar bunyi ketukan pintu 3 kali. Aku menghampiri ruang tamu depan. Saat aku buka ternyata tidak ada siapa-siapa. Aku mencari orang yang mengetuk, namun sekitar rumah nampak sepi. Tiba-tiba bulu romaku berdiri semua. Aku segera berlari masuk dan mengampiri Adam yang masik asik dengan TVnya.

"Siapa kak?" tanya Adam saat aku sudah duduk di sampingnya. Aku masih merinding dan tubuhku pun serasa lemas. Adam mulai curiga akan keadaanku.

"Kak. Tadi yang ketuk pintu siapa?" ulangnya.

Aku pun mulai bisa menjawab, "gak ada dek." ucapku sedikit gemetar.

"Ah masa sih gak ada!"

"Kaka serius. Di luar sepi."

Kami berdua diam sesaat. Ibu datang dengan membawa pisang goreng dan tea panas. Ibu pun heran melihat kami diam dan saling adu pandang. Karna penasaran ibu pun bertanya.

"Hey! kalian kenapa."

"Ah gak papa kok, Bu." kali ini aku yang menjawab.

Sedangkan Adam menatapku penuh arti. Kami pun menyantap makanan dan minuman sambil memonton TV. Adam menganti acaranya dengan sinetron. Walau aku tidak suka dengan sinetrion, terutama Adam. Namun masih baik dari pada menonton horor yang membuat bulu roma berdiri karna kejadian tamu yang tak di undang tadi. Aku dan Adam bersikap seperti tidak terjadi apa-apa di depan ibu. Aku pun mencoba melupakan apa yang tadi terjadi. Semua itu biarlah jadi misteri. Tapi aku yakin bahwa suara itu benar-benar ketukan pintu, bukan samacam bunyi tikus atau hewan lainnya yang bermain-main di sekitar sini. Diluar rumah pun nampak sepi.

......................

Bagimana? Anda menikmati?
Tunggu cerita seru yang lainnya yah...
Aku tingal kerja dulu. Huft.... Capek juga. Tapi sampai jumpa

Ehhhh.... Jangan lupa vote dan komen yah??

Menempati Rumah HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang