Too Late

830 12 1
                                    




Aku terbaring di rerumputan hijau. Dengan rasa kantuk yang teramat dalam. Kumelihat langit sore dengan sisa-sisa napasku. Mata sayuku sulit melebar lagi dan mulai tertutup. Dan aku pun tersenyum untuk terakhir kalinya. Melepas nafas terakhirku dengan lapang dada.

*****

Kring... Kring... Kring...

"Yaela udah masuk aja nih," ucapku.

"Emang yang ada di otak lo itu hanya main aja Daf," balas Dara.

"Biarin napa Ra. Kan gue hanya ingin berlama-lamaan sama lo."

"Gak ada alasan lain ya bang? Itu mulu alasannya," balas Dara ketus.

"Ya emang cuma lo Ra alasan gue."

"Terserah lo. Gue masuk kelas dulu."

"Hati-hati sayang.."

***

Author's POV

Darin memasuki kelasnya dan langsung mendapat sapaan dari teman sebangkunya, Dara.

"Darin.."

Darin tersenyum ceria membalasnya dan berlari menuju bangku mereka.

"Kelihatannya seneng banget nih?" tanya Dara seraya menaikkan satu alisnya.

Darin pun menganggukkan kepalanya dengan senyuman yang ia tahan.

"Cerita dong cerita..." desak Dara.

"Gue.., habis disapa sama Daffa!! Uhh, hati gue gak karuan banget tadi yawla. Sumpah, rasa-rasanya jantung gue kayak mau copot, Ra. Seneng banget gue.." ucap Darin 'bahagia'.

Dara yang mendengar dan melihat teman sebangkunya yang sedang bahagia hanya turut menyalurkan 'kebahagiaan' dengan sebuah senyuman simpul.

"Ra, lo kenapa?" tanya Darin yang melihat Dara seperti melamun.

"Gak kenapa napa. Gue turut bahagia. Semoga lo disapa terus ya, biar lo bahagia terus," balas Dara seraya tersenyum.

"Lahh., lo mau gue mati ya Ra? Pertama kali disapa aja jantung gue rasanya mau copot. Lah kalo terus-terusan gue bisa mati dong."

"Alay lo."

"Gue serius kali Ra!"

"Rin., lo gak papa ?" tanya Dara serius.

"Tau!! Gue kesel sama lo," ucap Darin seraya membelakangi Dara.

"Rin gue serius!" bentak Dara sambil membalikkan tubuh Darin kasar.

"Kok lo yang jadi marah sama gue?!"

Setetes darah pun jatuh di rok abu-abu Darin. Membuat Darin menundukkan pandangannya melihat itu.

"Hidung lo.. berdarah lagi."

Setelah Dara berkata, Darin kembali menolehkan wajahnya menghadap Dara yang sedang khawatir.

Sebenarnya Dara sangat tak menyangka jika hidung Darin akan mengeluarkan darah lagi.

"Gue anterin lo ke UKS. Ayok.." ajak Dara.

Mereka pun berjalan beriringan dengan Dara yang menopang lengan Darin. Di tengah perjalanan, Darin tak sanggup lagi untuk berjalan. Dan seketika itu dia terjatuh dengan Dara yang mencoba menahan tetapi tak bisa.

"Rin, Darin.. Bangun dong.. Darin!!" teriak Dara membangunkan Darin, tetapi Darin tak kunjung membuka matanya.

Dara pun tak menyerah, dan mencoba untuk mengangkat tubuh Darin. Tetapi tubuh kecil Dara tak sanggup untuk mengangkat tubuh Darin yang lebih tinggi darinya.

One Shot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang