Mikado dan sang gadis bertopeng itu terjun dari lantai empat gedung tersebut. Mereka mendarat dengan mulus.
"Apa yang kau tunggu disana? Ayo kita pergi." ucap Mikado pada seorang gadis yang bersandar pada tiang telepon, earphone terpasang di kedua telinganya. Memakai hoodie berwarna ungu pucat dengan hiasan nekomimi diatasnya.
"Ya, baiklah." jawabnya singkat kemudian berjalan dengan sedikit malas kearah Mikado. Mikado hanya menatapnya sebentar, kemudian ia terduduk. Berlutut lebih tepatnya. Suara batuk kembali terdengar dari mulutnya.
"Sial." gumam Mikado sembari mengusap bibirnya dengan blazer hitam miliknya.
***
"A-apa yang tadi dia bilang? Oni-san? A-apakah dia..?" ucap Mahiru sedikit tergagap.
Guren menepuk punggung sang kepala sekolah.
"Tidak usah dipikirkan. Kita harus memikirkan rencana untuk me-
Guren terhuyung tiba-tiba. Tangannya berusaha untuk meraih dinding didekatnya.
"Eh? Apa kau baik-baik saja?" tanya Mahiru sedikit khawatir.Melihat hal itu, Guren hanya tertawa garing. "Ini sudah biasa. Maksudku, ini tidak separah milik-nya. Sudahlah, yang paling penting sekarang, kau urus mereka dulu,"-Guren menunjuk kearah Shinya, Mikaela, Yuichiro yang telentang menghadap langit langit ruangan-"Dan aku akan mencari Goshi dan Mito." ujar Guren kemudian berlari menjauhi Mahiru yang menatap punggungnya hingga hilang dari pandangan.
"Yare-yare, kalian sangat merepotkan, tahu?" Mahiru berbalik, menatap ketiga orang yang seenaknya tiduran di lorong yang sudah hampir tak berbentuk.
"Maafkan aku one-sama. Tapi aku benar-benar kewalahan kali ini. Aku terlalu fokus pada death schyte miliknya." Shinya berujar sembari mengusap wajahnya dengan kasar.
Melihatnya, Mahiru hanya dapat menahan tawa. Ah, ayolah, dia keluarga Hiiragi. Tapi dia masih sangat labil, dan bahkan belum bisa menunjukkan kekuatannya yang sebenarnya. Bahkan pistol dikedua sakunya tidak ia gunakan. Bukan karena tidak bisa atau tidak sempat. Dia hanya malas, karena keahliannya yang sebenarnya adalah menjadi seorang sniper.
"Kami, sangat kelelahan, Shinya-sensei, Mahiru-sensei." celetuk Yuichiro mewakili Mikaela dan dirinya.
Mahiru kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Yuu dan Mika. Mahiru punya hadiah untuk mereka~.
"Ngomong-ngomong, sekolah akan diliburkan selama dua minggu untuk renovasi. Dan khusus untuk kalian berdua, aku memberi kalian tambahan waktu satu minggu untuk memulihkan tubuh kalian. Aku akan meminta Narumi untuk meliburkan kalian untuk sementara." Mahiru mengatakannya sambil tersenyum.
Mika dan Yuu bertatapan. Mereka tersenyum, lalu tertawa bersama sama.
"Terima kasih Mahiru-sensei." ucap Mika.
"Hah? Ngomong-ngomong kemana Shinya-sensei?" sela Yuu. Ya, mereka tak sadar kalau Shinya menghilang. Shinya sangat ingin untuk bertemu dengan Mikado. Saudara yang paling dekat dengannya. Meskipun dia seorang pengkhianat, Shinya tidak peduli.
"Di kondisinya yang seperti itu? Sial!" Mahiru menggigit bibirnya, kemudian berlari menjauh meninggalkan Mika dan Yuu.
***
"Goshi, Mito! Darimana saja kalian?" ujar Guren setengah berteriak.
"Yahh, kami kebingungan mencari lokasi bertarungnya~" Goshi menjawab tanpa rasa bersalah. Bodoh memang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Student War
FantasyMenjadi seorang guru dengan terpaksa. Menjalani kehidupan yang membosankan. Hingga akhirnya, semua itu berubah. Sekarang kenyataan pahit berada didepan mereka. Jalan mana yang mereka pilih? Pilihan apa yang harus mereka pilih? Pihak mana yang harus...