Rumah kaca di kediaman keluarga Adama.
Autor pov
Pagi-pagi semua pelayan dikumpulkan untuk di beri beberapa pengumuman karna akan ada tamu spesial di keluarga Adama. pengumuman ini pun di sampaikan langsung oleh sang tuan rumah siapa lagi kalau bukan Alkhafi Al Adama.
" Kalian semua saya kumpulkan karena hari ini akan ada tamu spesial. Kalian harus selalu siap kalau di butuhkan dan jaga kesopanan kalian. Dan satu lagi mereka jangan sampai tahu kalau Rania Zahra Antara punya anak bungsu yang bernama Ziya. Entah kalian harus di sembunyikan di mana anak itu."
Ternyata saat itu Ziya mendengar semua perkataan ayahnya itu. Ia pun meneteskan air mata dan pergi menuju ke kamarnya.
Ziya pov
" Ternyata Rania Zahra Antara adalah nama ibuku. Terima kasih ayah karna sudah memberi tahu nama ibuku walaupun tak langsung."
Walaupun aku pernah mengunjungi makam ibuku tapi untuk mengetahui nama aslinya pun aku tak tahu karena di sana kalau di sana tidak boleh berkunjung malam-malam.
Aku pun langsung mengambil sebuah buku gambar mini dan langsung membuat sebuah rancangan gaun sesuai dengan perasaan ku yang saat ini yaitu gembira bercampur dengan sedih.
" Akhirnya jadi deh." Aku pun menutup buku gambar mini kesayanganku.
Autor pov
Siang pun tiba semua pelayan sibuk menyiapkan makan siang di meja makan yang besar apalagi di tambah adanya tamu spesial yang akan datang hari ini. Tak hanya pelayan tapi juga sang pemilik rumah pun bersiap- siap untuk menyambut tamu spesial hari ini.
" Paman Ahmad, apa pak Mimin sudah berangkat menjemput mereka di Bandara ?"
" Sudah Tuan, Pak Mimin berangkat bersama pak Mamat."
"Baiklah. Terima Kasih."
Adam terlihat sedang berbicara dengan orang kepercayaannya di rumah ini siapa lagi kalau bukan paman Ahmad kepala pelayan di rumah ini.
Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, para pelayan pun bergegas untuk berbaris di ruang tamu untuk menyambut kedatangan tamu spesial yang tak lain adalah orang tua kandung dari istri Adam Tuan Rasyid Antara dan Andina Antana.
Rafa dan Riza pun tak ketinggalan untuk menyambut kakek neneknya yang sudah lama tidak datang kerumah mereka. Sebenarnya Rasyid Antara dan Andina Antana adalah orang Indonesia asli, namun setelah Rania anak perempuan satu-satunya meninggal dunia mereka pun pindah ke Dubai untuk menghabiskan masa tuanya, sedangkan perusahaanya di urus oleh anak pertamanya yakni Afriza Nurif Antara yang tinggal di New York city bersama anak dan istrinya.
"Opa ... oma...." Riza berlari menuruni tangga dan memeluk neneknya. Sementara Rafa dengan gaya yang cool ia menuruni tangga dan menghampiri kakeknya.
"Duh cucu opa udah pada besar."
"Iya opa, umurnya aja yang besar tapi kelakuannya kayak anak kecil." Kata oma.
"Ih oma, aku kan kagen banget sama oma dan opa, udah lama tau kalian gak kesini." Riza pun menjawab.
" Oma juga kangen sama kalian berdua."
-
-
-
Autor pov
Siang itu, kondisi rumah sedang sepi semua orang kecuali hanya ada oma dan opa yang sedang beristirahat di kamarnya. Keadaan seperti inilah yang dimanfaatkan oleh Ziya untuk membantu di dapur.
Tiba-tiba oma datang ke dapur yang akan mengambil minuman di dapur. Kedatangan oma pun mengagetkan Ziya yang saat itu sedang ada di dapur. Ziya pun langsung pergi ke kamarnya. dengan tidak bicara apa-apa Ziya pun melewati oma dengan menunduk. Oma yang melihat Ziya pun terkejut.
" Pak Ahmad, dia itu siapa ?" sambil menunjuk ziya yang pergi menjauh.
"Oh itu ya. (sambil mnggaruk kepalanya yang tak gatal ia pun melihat ke kanan dan ke kiri seperti orang kebingungan). Oh dia itu, anak yang di temukan salah satu pelayan di makam, karena hidup sendirian ia pun di bawa kemari dan di rawat."
" Oh. Ya sudah kalau begitu silahkan kembali bekerja."
Sore itu seperti biasa, Ziya bermain di rumah kaca, karena hanya rumah kaca yang tidak pernah di kunjungi oleh sang tuan rumah. Saat Ziya sedang asik merawat bunga tiba-tiba tanpa sepengetahuan Ziya, oma berada di belakang Ziya.
"Ternyata kamu di sini ya anak manis." Ziya pun kaget dan tubuhnya menegang. Pma yang melihat itupun tersenyum."Anak manis kalau boleh tahu siapa namamu ?" Ziya pun menoleh menghadap oma dan kembali menunduk.
"Ziya nyo..nya." Ziya menjawab sambil tergagap.
" Ngomong- ngomong Ziya, kamu itu kalau dari belakang persis sama anak saya lho Rania."
"Kalu begitu saya permisi dulu nyonya." Ziya pun langsung pergi meninggalkan omanya di rumah kaca sendirian.
Setelah mekan malam, semua keluarga Adama pun berkumpul dan berbincang ringan di ruang keluarga. Tiba-tiba oma pun berkata
" Adam kamu kok nggak pernah bilang kalau di rumah ini ada anak yang masih remaja sih." Adam yang mendengar itu pun menegang.
"Masak kamu lupa sih Adam, itu lho anak yang di temukan pelayan saat di makam."
"Oh, kenapa ma ?" Adam pun enjadi salah tingkah.
" Gimana ya ngomongnya, aku itu kalau melihat dia dari belakang persis seperti aku lihat Rania dari belakang. Anaknya juga kelihatannya baik."
" Masak sih oma, kalau gitu aku harus bertemu dengannya,kalau aku nggak ada kerjaan." timpal opa.
-
-
Adam pov
Sampainya di ruanganku, aku pun langsung mengambil foto Rania dan mengambilnya dari figura.
" Maafin aku Rania, aku sudah gagal menjadi seorang ayah. Aku sudah memisahkan cucu dan oma opanya." Aku pun membalik foto Rania di sana aku menempelkan foto Ziya saat masih bayi. Aku sengaja agar kalau Ziya pergi aku bisa menatap fotonya kalau aku lagi kangen.
"Ziya sayang maafin Papa ya nak sudah memisahkan kamu dengan opa dan oma mu. Papa janji suatu saat papa akan membahagiakan kamu, melindungi kamu, dan tidak melarang kamu pergi." Aku pun meneteskan air mata saat melihat sikapku selama ini yang sangat dingin kepadanya. Sebenarnya aku ingin sekali untuk membuat dia tersenyum, namun apa daya kalau aku belum bisa memaafkan kesalahanku selama ini kepadanya.
TBC.
Maaf kalau gaje .(slow update )