chapter 1

75 4 3
                                    

Sinar matahari menyeruak dan memaksa masuk lewat sela-sela tirai putih itu. Namun si pemilik kamar dengan dominan warna biru langit itu masih terlelap dengan tenang di pelukan selimut kesayangannya. Ia tak sadar bahwa bulan telah berganti matahari.

"JOOYEON-AH! IREONNA PALLIWA!" Teriak seseorang dari luar.

Pagi cerah di hari sabtunya rusak seketika karena seseorang dengan suara bassnya terus saja berteriak di depan pintu kamarnya sambil menggedornya dengan kejam.

"Cepat buka pintumu, atau aku akan mendobraknya! YEONIEEE!!" Tambahnya kemudian.

Jooyeon hanya menggeliat di balik hangatnya selimut yang membalut tubuh kecilnya. Tangan rampingnya meraba sekitarnya mencari sebuah bantal untuk menutup telinganya. Meredam kebisingan di luar sana.

Namun suara yang memanggil namanya tadi, kini sudah tidak terdengar lagi di gendang telinganya. Jooyeon pun memilih untuk kembali tertidur, meneruskan durasi tidur paginya sedikit lebih lama.

Tiba-tiba seseorang menyibakkan selimut yang dipakainya dengan kasar. Dan dua buah lengan kekar membopongnya disela leher dan lututnya. Mengangkat tubuh mungilnya dengan paksa.

"OPPAAAA!!!" lengking Jooyeon ketika menyadari dirinya tidak lagi di tempat tidur.

Seseorang yang ia sebut dengan oppa itu hanya menatap mata Jooyeon singkat dan membawa tubuhnya keluar kamar tanpa perduli.

"Oppaa... aku masih mengantuk! Biarkan aku tidur setengah jam lagi, Uh?"

Seakan berbicara pada orang yang tuli, orang yang mengangkatnya itu tetap bungkam. Tidak keluar sepatah katapun dari mulutnya.

"Oppa! Kau mengacuhkanku? Kau tau kan ini hari libur? Kenapa tidak membiarkan saja aku tidur sebentar lagi? Kau ini pelit sekali! Cepat turunkan aku oppa!!" Ujar Jooyeon sambil menggoyangkan kedua kakinya diudara seperti anak kecil.

"Tae oppaaa!! Please," rengek Jooyeon dengan nada memelas.

"Kau bisa diam tidak? Atau kau mau kulemparkan dari sini?" Ancamnya.

Barisan anak tangga nampak menakutkan dari biasanya. Diujung teratas ia bersama oppanya tengah berdiri. Jooyeon menggeleng cepat ketika ia tahu dimana ia berada saat ini. Kedua tangannya pun dengan segera ia pautkan di leher oppanya lebih erat. Ia menyandarkan kepalanya pada dada bidang oppanya dengan was-was.

Alasan mengapa Jooyeon mengalah pada oppanya karna ia tahu benar bahwa Taehyung adalah orang yang selalu menepati apa yang ia ucapkan. Contohnya beberapa hari yang lalu saat dirinya meminta diturunkan di tengah jalan karna kesal dan oppanya benar-benar melakukannya tanpa belas kasih. Ia terpaksa menggunakan taksi untuk kembali kerumahnya. 

Kini barisan tangga terakhir telah usai dipijak. Taehyung membawa tubuhnya menuju pantry yang tidak jauh dari pandangannya. Mendudukannya pada salah satu kursi kayu yang ada di meja makan.

Didepan pantry, seorang dengan celemek bermotif kartun yang melekat dibadannya  tengah asik bertaut dengan alat masaknya. Wangi harum dari masakannya menusuk tajam ke hidung Jooyeon, membuat perutnya tiba-tiba merasa lapar.

"Bangun dan basuh wajahmu dulu Yeonie," kata namja bercelemek dengan lemah lembut tanpa melihat kearah lawan bicaranya.

Jooyeon mendengar samar apa yang dikatakan oleh oppanya itu. Namun rasa ngantuknya lebih memaksanya untuk terpejam sebentar lagi. Jadi ia memilih mengacuhkannya. Ia makin menenggelamkan kepalanya ditengah lekukan tangannya.

- LOVELINE -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang