PART. III

84 12 0
                                    


~♡~♡~FAT(iya)~♡~♡~

Pagi ini aku sudah siap dengan kemaja putih dan celana bahan yang melekat ditubuhku. Memandangi diriku dicermin bukan kepercayaan diri yang kudapat, sebaliknya kepercayaan diriku semakin hilang, lantaran terlalu bangak lipatan-lipatan diperut. ‘clek’ pintu kamarku terbuka lalu nyembulah kepala Bunda, dipagi hari ini guratan lelah sudah terlihat diwajah Bunda. Bukan hanya hari ini saja guratan lelah itu ada, tapi sejak kepergian Ayah, bukan Bunda tidak ikhlas akan kepergian Ayah, tapi Bunda selalu merasa ‘baru kemarin perasaan Bunda nikah sama Ayah kamu Ya’.

Diusia yang menginjak 43 tahun Bunda terlihat sangat rapuh. Tidak seperti Ibunya Lena yang bahkan hampir mencakup usia Lima Puluh tahun masih terlihat pancaran wajahnya. Bunda terlalu larut akan kepergian Ayah, Padahal jikalau Bunda berencana untuk menikah kembali aku mendukungnya. Asal itu bisa buat Bunda bahagia, tapi bagi Bunda. Cintanya, hanya untuk Ayah. Sekalipun Ayah sudah pergi getaran itu masih ada menurut Bunda.

“Udah rapi Dek? Ayo makan dulu." Aku menggumam mengiyakan ajakan Bunda. Mengambil tasku dan berjalan mengekori Bunda, menatap Bunda dari belakang seperti ini membuat ku bingung terkadang.

Bunda dan Ayah, mereka tidak gendut sama sekali, herannya aku bisa memilikki badan besar seperti ini. Bukan, aku bukan anak angkat. Aku seratus persen anak kandung Bunda dan Ayah, wajahku juga mewarisi garis peraduan Ayah dan Bunda, hanya memang besarnya badan inilah yang kadang dipertanyakan. “Bonyok lo kurus kok lo gendut sendiri Fat” kalimat itu pasti yang kudengar kala teman-temanku datang kerumah. “Takdir” cuma itu jawabanku.


Bukannya aku ngga usaha buat kurus, diet OCD-nya Deddy Corbuzier pernah aku coba, jangankan turun berat badannya aku pingsan dadakan disekolah karena makan sehari sekali doang, Diet Lemon pernah kucoba, bukannya turun juga berat badan yang ada asam lambung naik dan duit jajan tekor buat beli Lemon yang harganya lumayan, Puasa Senin-Kamis dijalanin tapi tetap aja nihil. Lemak ditubuh benar-benar melekat erat. 98 Kg diusia Sembilas Belas Tahun bayangin, ngga salah di SMA aku dijulukin Babon, Boboho.

“Iya! Kok malah bengong?" Bunda menyentakku dari lamunan. Aku terkekeh menanggapinya. Dan melanjutkan sarapanku.

“Nanti siang Bunda mau kerumah pelanggan Kue Bunda yah. Kunci rumah Bunda titip dirumah Lena ya, Ya”.

“Oke Bun!”

“Kalau kali ini ngga berhasil juga, Iya bantuin Bunda aja yah buat kue, Bunda ngga tega liat kamu capek-capekan terus”.

Aku hanya tersenyum mengiyakan kalimat Bunda. Berdoa sajalah Bun, supaya anakmu ini keterima kerja. Jadi, Bunda ngga perlu lagi banting tulang.

~♡~♡~FAT(iya)~♡~♡~

Aku melihat gedung tinggi didepanku, lagi perasaan minder itu datang saat melihat karyawan wanita yang keluar masuk gedung ini, cantik-cantik, kurus-kurus.

Aku men-scan tampilanku dari atas kebawah. Berbeda jauh dengan mereka batinku menyahut. Kuteguhkan langkahku, melangkah memasuki bangun tinggi ini RAMALASKA HOTEL.

“Permisi Mbak, saya mau ketemu Mbak Rara Kepala HRD." Aku berkata kepada Resepsionis Ramalaska Hotel ini. Aku berpikir wanita cantik dihadapanku ini akan memberikan tatapan yang menjengahkan. Namun salah, mungkin ini yang disebut Bunda bonus Tuhan.Wajah dan hati sinkron cantiknya.

Resepsionis itu tersenyum. “Ada keperluan apa Mbak? Sudah buat janji?” Tuhan, benar-benar kasih bonus besar-besaran buat Mbak Fira ini -nama siresepsionis- wajahnya cantik, senyumnya cantik, suaranya lembut bisa dibaca dari gesturnya dia baik hati. Aku yang wanita saja mengaguminya sedemikian rupa bagaimana kaum pria?.

FAT(iya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang