Distance

649 57 4
                                    


Tuk.

Tuk.

"Pssst!"

Tuk.

Yoongi akhirnya menyerah. Ia segera bangkit dari ranjangnya sebelum bocah tengil yang sedari tadi melempari batu ke arah jendela kamarnya memecahkan kaca jendelanya dengan batu besar.

"Apa yang kau lakuka-"

"Ayo main sepeda denganku!" lelaki di bawah sana tersenyum sangat percaya diri, begitu manis dan kekanakan. Yoongi menggerutu, bergumam sesuatu sebagai penolakan, namun tak diindahkan olehnya.

"Hyung turun dalam tiga detik, jika tidak aku akan menciummu."

"Dalam mimpimu, keparat!"

Senyum di wajah Jimin tak sirnah bahkan saat Yoongi mengumpat untuknya. Ia menunggu dengan taat karena tahu jika Yoongi pasti datang menghampirinya.

"Aku tidak akan main denganmu, jadi pulanglah!" itu yang dikatakan Yoongi setelah membuka pintu pagar untuk Jimin.

"Cuaca hari ini cerah hyung, sangat baik untuk kulitmu yang pucat." Sekali lagi, Jimin tersenyum penuh percaya diri.

"Aku benci berkeringat."

"Kau akan menyukainya jika bersamaku." Yoongi menangkap makna lain dari kalimat dan senyum Jimin. Keparat!

"Jangan ganggu aku!" Yoongi baru akan menutup kembali pintu pagarnya saat tangan Jimin menahannya dengan kuat.

"Ayolah, hyung~"

"Tidak."

"Kita akan berboncengan dan berkeliling kompleks. Bukankah sangat romantis, hyung?" Jimin menopang dagunya di atas stang sepeda. Tak lupa kerlingan mata yang membuat Yoongi mulas-mulas.

"Kau menjijikan, Jim!"

.

.

Kau tak pernah memberiku jarak..

HitchedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang