Yoongi harap ia bisa merasakan satu hari tenang tanpa Park Jimin dan mulut besarnya suatu hari nanti. Bola mata coklat itu berotasi malas, jemari lentiknya mulai menutup pagar rumah setinggi satu meter di belakangnya. Dan ia dihadapkan langsung oleh cengiran polos Jimin ketika berbalik."Pagi, hyung."
Yoongi hanya bergumam tak jelas lalu membawa langkahnya mendahului Jimin.
"Bagaimana lututmu? Apa kau sudah mengganti plesternya?" Jimin berusaha menunduk mengamati keadaan lutut kiri Yoongi yang tertutup plester.
Itu luka yang didapat Yoongi saat bermain sepeda dengan Jimin kemarin sore."Aku baik-baik saja."
Jimin kembali berjalan dengan normal, mensejajarkan langkahnya di samping Yoongi. Helaan napas lega meluncur dari bibirnya.
"Rasanya aku ingin memukul anak yang bermain skateboard itu." mata sipitnya berapi-api mengingat bagaimana seorang anak remaja dengan skateboard menabrak Yoongi hingga terjatuh dari sepeda.
"Kau mana berani." Yoongi ingin tertawa, sungguh.
Dan jimin hanya menggaruk kepalanya dengan wajah merah yang menggemaskan.
.
.
.
"Hyung kau bisa pulang sendiri 'kan? Aku harus menjenguk Taehyung karena ia tidak masuk sekolah hari ini.""Aku bukan bayi yang mesti kau khawatirkan setiap saat, Jimin."
Bola mata itu kembali berotasi. Oh, ingatkan Jimin kalau ia bahkan lebih tua dari si pipi tembam."Aku tidak mau ada satu lagi luka gores di kulitmu saat kita bertemu, ok?" Jimin mengelus rambut Yoongi dengan sayang.
"Aku akan langsung ke rumahmu, nanti."Mereka berpisah di gerbang sekolah. Yoongi tahu seharusnya ia merasa senang karena dunianya akan terasa sedikit sepi tanpa Jimin-meski hanya untuk beberapa saat. Namun, yang ada malah bibirnya mengerucut dan pipi putihnya menggembung lucu di sepanjang perjalanan menuju rumahnya.
.
.
.Tuk.
Tuk.
Ya Tuhan, Yoongi berani bersumpah jika suatu saat kaca jendelanya pasti benar-benar pecah karena ulah bocah berisik itu.
Dengan malas ia menyeret langkahnya menuju jendela kamarnya yang tertutup tirai putih. Sebuah cengiran khas Park Jimin langsung menusuk matanya ketika ia menyibak tirai jendela. Yoongi hampir mengeluarkan umpatannya lagi sebelum kalimat tulus Jimin meluncur begitu saja."Syukurlah kau sampai dengan selamat."
Jimin lalu melambaikan tangannya dan pamit untuk segera pulang ke rumahnya.
Tanpa sadar senyum Yoongi mengembang.
Ya Tuhan..
Apa anak itu tak tahu ada benda yang disebut ponsel?"Aish, kaca jendelaku."
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitched
FanfictionLelaki itu tak cukup untuk mendampinginya.. Prinsip untuk tidak bermain-main dengan hatinya, tertanam cukup baik hingga hari ini. ...mungkin _"Jangan dekat-dekat!"_ karena aku bisa jatuh cinta.. Cover by @Ariski