Hyung

258 36 7
                                    

Ketika Yoongi lulus dari sekolah menengah pertama, kehidupan Jimin turut berubah drastis. Tidak ada lagi ia yang mengantar Yoongi sampai depan pintu kelasnya. Tidak ada lagi ia yang menarik paksa Yoongi untuk makan siang bersama di atap sekolah. Tidak ada lagi Yoongi yang menunggunya selesai ekskul sambil mengantuk, membawakan handuk ketika Jimin selesai dengan latihan dancenya, meski gerutuan kesal tak henti diucapkan si manis sampai membuat kupingnya panas. Tidak ada lagi berangkat dan pulang bersama. Tidak ada lagi Yoongi hyungnya. Tidak bisa lagi mengintip kelas Yoongi dari depan kelasnya di lantai tiga. Tidak ada lagi Min Yoongi dalam teritori hidupnya di tiap sudut sekolah. Lebih parahnya, intensitas mereka bertemu bahkan di luar sekolah pun menjadi semakin berkurang. Yoongi terlalu sibuk dengan urusan sekolahnya. Kalau mengganggu, Jimin bisa-bisa akan dihabisi oleh Yoongi.

Seperti sekarang, pukul sembilan malam saja, Yoongi baru menunjukkan batang hidungnya di depan pagar.

"Jimin?" suaranya serak sekali seperti orang yang tidak minum berhari-hari. wajahnya pun juga kusut.

"Kenapa jam segini baru pulang?" Jimin masih bersandar di pagar rumah Yoongi dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Tadi ada latihan basket untuk-"
"Kemarikan ponselmu!"

Helaan napas panjang diembuskan Yoongi. Ia menuruti Jimin, mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya-yang langsung dirampas oleh yang lebih muda.

"Mau apa?"

Jimin tidak menggubris, hanya menunjukkan layar ponsel Yoongi ke hadapan empunya.

"Sekarang aku punya ponsel. Ini nomor ponselku. Kapan pun di mana pun tolong hubungi aku. Kalau ada apa-apa kabari aku. Aku bisa ngebut naik sepeda untuk langsung menjemputmu. Mengerti tidak?"

Yoongi yang tadinya keheranan malah meledak dalam tawa begitu melihat Jimin berbicara panjang dengan wajah tertekuk kesal. Ia maju selangkah sampai bisa meraih kepala Jimin untuk mengacak rambutnya pelan.

"Hei, kau ini kenapa? Aku tidak apa-apa, Jim. Seperti aku hilang ditelan bumi saja."

"Memang! Kau itu hilang, Yoon. Kau..selalu tidak ada. Saat aku berangkat sekolah, saat aku pulang. Mamamu selalu bilang Yoongi hyung belum pulang dari sekolah. Akhir pekan pergi dengan teman sekolah. Lalu, lalu.. Kapan main dengan akunya?"

Yoongi menghela napasnya, kedua tangannya dibawa untuk meremas bahu Jimin lembut.



Akhirnya Jimin bertanya.





"Iya, maafkan aku." senyum manis Yoongi hampir bisa meluluhkan Jimin.

Tetapi kalimat berikutnya adalah bom waktu bagi Jimin.

"Tapi, Jimin. Sekarang aku bukan lagi anak-anak, kita tidak bisa lagi bebas bermain seperti dulu. Aku punya lebih banyak tugas dan tanggung jawab. Aku harap kau bisa mengerti."

Jimin menegang di tempatnya.

Sampai tiba-tiba Yoongi menyodorkan sebatang permen loli ke hadapannya sembari memaksakan senyum, Jimin akhirnya sadar.








Yoongi bukannya tidak sengaja tidak bisa ditemui di mana pun..





Yoongi sengaja menghindarinya.



TBC

lah dilanjut ff nya 🙈

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HitchedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang