Cinta.
Buatku itu adalah hal yang mustahil.
Tentang pernah atau tidaknya aku jatuh cinta, aku sendiri tidak tahu. Aku tidak mengerti perasaan macam apa yang dapat kau labeli dengan cinta.
Selama dua puluh tiga tahun aku menghirup udara tak berbayar, aku rasa aku belum mengerti soal cinta. Soal perasaan. Bahkan bagaimana mengungkapkannya.
Apakah cinta hal yang mudah? Apakah itu hak kita? Ataukah sebuah kewajiban?
Aku tidak tahu.
Buatku kata cinta sama saja seperti kata-kata yang lain, kata yang sarat makna bagi mereka yang mengerti, bagi mereka yang paham.
Dan kata yang tak bermakna bagi mereka, orang-orang yang sama sekali tidak memahaminya, atau tidak ingin sekedar belajar untuk memahaminya.
Soal cinta.
Aku jelas, mengerti perasaan kasih sayang. Aku tidak sedingin itu. Tidak sekejam itu.
Aku mencintai orangtuaku, adik dan kakakku--mungkin.
Namun soal rasa cinta itu, aku khawatir aku belum memahaminya. Ya, memang belum.
Soal cinta itu. Cinta diantara sepasang manusia yang saling mengasihi, atau entah apalah namanya. Sebagian dari mereka ingin menikahi satu sama lain, namun tidak sedikit yang kerap berdekatan tanpa ada ikatan yang jelas.
Cinta itu bias.
Setidaknya itu menurutku.
Mungkin jika kau berbaik hati dan ingin membantuku, kau boleh menceritakan padaku apa itu jatuh cinta, aku akan dengan senang hati mendengarnya.
Beberapa temanku sudah jatuh cinta. Namun, sebagian dari mereka menutup rapat-rapat perihal cintanya dariku.
Entah mengapa.
Ah. Persetan soal cinta.
Lama kelamaan satu kata kecil itu membuatku muak. Membuat isi perutku seakan membuncah keluar. Aku tidak mengerti mengapa mereka mengagungkan satu kata itu.
Kata yang bodoh menurutku.
Lagu-lagu yang terputar di radio. Lagu-lagu yang seakan mengemis cinta.
Ah.
Benar-benar tak ada habisnya jika aku mengumpat soal kata itu.
Tidak.
Aku bukanlah wanita yang pernah begitu parah patah hati. Atau wanita yang kerap kali ditinggalkan kekasihnya. Aku juga bukan wanita yang telah beribu kali jatuh dalam cinta, lalu gagal.
Aku hanyalah seorang wanita yang belum pernah mempercayai siapapun, sehingga hati ini belum pernah aku titipkan kepada orang lain.
Cukup hanya dengan diriku yang merawatnya.
Cukup hanya dengan diriku, aku membaginya.
Aku pernah, sekali.
Dekat dengan seorang lelaki. Bisa kau katakan sampai detik ini.
Yah.
Dia kerap kali berkata bahwa dia mencintaiku. Walau, aku belum sama sekali mengatakan bahwa aku mencintainya.
Dan aku tidak tahu, aku mencintainya atau tidak.
Namun nyatanya kami bersama sekarang. Aku menjaga hatinya, dan dia 'katanya' menjaga hatiku. Walau aku tidak memercayainya.
Aku tidak akan memberikan hatiku kepada siapapun.
Nyatanya, aku akan menikahinya. Cepat atau lambat.
Aku percaya cinta adalah pilihan. Itu adalah sebuah proses.
Mungkin nanti aku akan jatuh cinta padanya. Mungkin saja.
Dan mungkin nanti aku tidak akan keberatan untuk jatuh cinta. Aku hanya tidak ingin terjatuh, lalu tidak ada yang menangkap.
Bagian terburuk dari jatuh cinta, adalah ketika kau rela terjatuh, tanpa berharap ada seseorang yang akan menopamgmu.
Oh, tidak. Aku tidak sebodoh itu.
Karena dulu, dengan lelaki ini, aku pernah jatuh.
Aku jatuh dalam keheningan, dan kebisingan tidak bisa menghantarkanku untuk naik ke permukaan.
Aku jatuh, sementara ia sedang sibuk menggali lubang yang lain.