Satu Alunan Nada

29 0 0
                                    

Suara decitan burung mulai mengisi senyapnya pagi ini.

Aku dapat merasakan heningnya malam walau aku terlelap. Alunan gelombang yang tipis dan tidak dapat tertangkap oleh telinga, entah mengapa dengan mudah ditangkap oleh tubuhku.

Aku yang baru saja terlelap, kini sudah terjaga kembali. Dengan sehat dan segar. Aku mengusap kedua mata dan mengucapkan salam hangat pada dunia.

Salam itu bisa berarti dua. Salam semangat atau salam selamat tinggal.

Dan kali ini aku memberikan salam semangat.

Ya. Aku bersyukur masih tinggal didunia yang sama. Dunia yang bisa kau katakan kejam sekaligus indah dan penuh cinta.

Aku meregangkan badan sekali lagi. Membiarkan peredaran darah ditubuh ini terus lancar dan melemaskan setiap inci dari otot-otot ditubuh mungil ini.

Ya. Mungil.

Semua manusia yang hidup diatas bumi ini mungil.

Kau merasa besar?

Sadarkah kau, jika kita hanyalah setitik debu atau bisa jadi sebuah mikroorganisme bila dibandingkan dengan luasnya alam semesta?

Setidaknya itu pendapatku.

Aku mulai terduduk dan menatap kearah sekitar.

Sama saja.

Burung-burung kecil hinggap didepan jendelaku. Terkadang memaksa masuk lewat ventilasi, yang tentu saja tidak akan bisa.

Namun mereka terus saja mencoba menembus ventilasi kamarku. Membuatku tersenyum melihatnya.

Kamar ini tidak begitu luas. Semenjak kuliah, aku hidup sendiri di negara ini tanpa seorang kerabat. Itu bukan hal yang sulit untukku.

Rumah sewa dimana aku tinggal ini begitu kecil dan murah. Namun, nyaman sekali tinggal disini.

Rumah ini memiliki ruang makan dan dapur yang menyatu, ruang untuk menonton televisi yang lumayan nyaman, kamar mandi seadanya, serta satu kamar tidur yang bisa diisi dengan satu kasur lipat dan lemari pakaian seadanya.

Tinggal sendirian bukan berarti aku akan kesepian.

Burung-burung kecil yang setiap pagi mencoba untuk menerobos ventilasi kamarku adalah salah satu temanku di negara ini.

Irama yang mereka hasilkan dari memukul ventilasi seakan irama alam yang membangunkanku setiap paginya.

Aku melipat kembali kasur yang baru saja aku gunakan. Secepat mungkin mengambil baju untuk kelas hari ini dan bergegas mandi.

Aku orang yang pemilih.

Aku cenderung memilih segala sesuatu. Termasuk pakaian.

Butuh waktu lebih lama bagiku untuk memilih pakaian daripada mandi. Sungguh, kadang aku juga merasa agak aneh akan hal itu.

Kaos hitam dan celana jeans menjadi pilihanku untuk pagi ini. Tidak begitu spesial, kurasa. Hanya pilihan cerdas disaat kau tidak memiliki pakaian modis di lemarimu.

Pagi ini aku akan mencoba sabun mandi yang baru saja kubeli kemarin. Wanginya begitu menggoda bagiku. Entahlah, mungkin wewangian kayu manis atau apa, tapi wanginya begitu menghangatkan juga agak maskulin.

Menggosok tiap inci dari tubuh ini seakan membangunkanku secara utuh. Tiap gosokan yang kurasakan bagaikan sundutan listrik yang menghidupkan kembali sel-sel tubuh ini yang semula terlelap.

Mandi dipagi hari adalah hal yang paling kusukai-setelah memilih pakaian tentu saja.

Selesai membasuh seluruh tubuh dan memakai pakaian, aku berjalan menuju dapur sembari memikirkan menu sarapan.

SatuWhere stories live. Discover now