Part 2

3K 110 4
                                    

2 Januari

Hari ini, aku terbangun dari tidurku. Tidur yang cukup lama, dari pukul 8 malam hingga pukul 11 siang. Hingar bingar perayaan tahun baru masih terngiang di telinga ku. Aku masih bisa mencium aroma asap barbeque dari bajuku yang belum ku ganti selama sehari penuh. Aku dan teman-teman SMA ku disini merayakan pesta pergantian tahun baru ini cukup meriah. Yah, pestanya memang terkesan mewah. Daging bakar, jagung bakar, bakso, minuman bersoda, air mineral, beberapa kaleng bir serta dentuman musik yang sangat keras diatas teras rumah temanku. Namun aku jarang sekali bertemu dengan mereka dan akhirnya aku menyempatkan waktu untuk menghabiskan malam tahun baru bersama mereka.

Aku bangkit dari tempat tidurku. Sinar matahri menerpa wajahku dengan terik ketika aku membuka kaca jendela kamar kos ku. Suara burung terdengar sangat merdu, entah siapa yang memelihara. Dibawah hanya terdengar suara gesekan sapu lidi dengan aspal, yang menandakan Pak Mamat, sang penjaga kos, sedang menjalankan tugasnya. Pak Mamat orang yang ramah, meskipun aku baru beberapa hari mengenalnya. Ya, benar, aku baru saja datang kesini, ke kota kecil ini. Aku tertarik datang kemari karena suatu pekerjaan yang menurutku sangat memberikan tantangan. Aku menghabiskan banyak waktu kuliah desain ku dengan belajar berbagai media editing. Cukup melelahkan, namun hasilnya sekarang aku merasa cukup punya bekal ilmu.

Perutkumulai lapar. Aku membuka kulkas, kemudian menemukan beberapa butir telur dansawi, serta sekaleng kornet. Aku memang terbiasa memasak dari dulu. Singkatnya,aku sudah duduk didepan televisi yang menayangkan gosip terhangat dari artislokal sembari menyantap makanan yang tadi ku masak.    

Setelah makan, aku mempersiapkan tas kerja ku. Mengisinya dengan beberapa alat tulis serta sebuah notebook yang biasa ku gunakan untuk mencatat hal-hal penting. Tidak lupa laptop kesayangan ku yang berisi proyek-proyek penting di luar pekerjaan yang sedang pending dan rencananya, akan aku selesaikan akhir bulan ini.

Tak terasa, hari sudah sore. Matahari terbenam, lalu ku tutup tirai kamar ku. Kemudian aku keluar kamar, seraya mengunci pintu, memakai sendal dan hendak ke warung untuk membeli air mineral. Dibawah, aku bertemu dengan pak Mamat. "Mau kemana, lex?", tanya pak Mamat. "Ah, ini pak, saya mau ke warung, bapak mau titip apa?". Pak Mamat membalas dengan senyuman, "hmm, tidak lex, tidak perlu". Lalu aku bergegas ke warung, membeli beberapa makanan dan air meneral galon dan kembali ke tempat kos. Aku tidak menemukan pak Mamat ketika kembali, mungkin dia sudah masuk ke kamarnya.

Adzan maghrib berkumandang, tak terasa hari semakin menjelang malam. Lalu aku bergegas ke mesjid untuk menunaikan shalat. Setelah shalat, aku kembali ke kamar kos ku. Aku menyalakan tv, dan menonton channel pengetahuan tentang beberapa hewan yang terancam punah. Aku sangat tertarik menjadi ilmuwan biologi, khususnya hewan dan tumbuhan. Namun apa daya, aku malah menjadi seorang visual designer. Menurutku, menyatu dengan alam merupakan suatu kenikmatan yang tidak bisa diukur. Tanpa kusadari, mataku tertutup, lalu tanpa aku sadari, aku tertidur.

Malam-Malam Yang MengancamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang