'Alangkah bahagianya seorang wanita jika ada pria yang melamarnya. Itu semua impian para wanita, dilamar oleh seorang pria, sorang pria yang kita cintai. Tapi bagaimana jika pria yang melamarmu bukan pria yang kau cintai, melainkan pria asing yang baru kau kenal."
"Menikahlah denganku."
Kata-kata itu terus terngiang dalam pikiranku setiap saat. Tak malukah dia setelah kejadian itu esok harinya dia datang menemuiku dan memintaku untuk menikah dengannya?
Aku tak habis pikir apa yang ada dipikirannya. Secepat itu dia memintaku untuk menikah dengannya padahal kami baru bertemu dua kali. Kevin sudah gila. Otaknya sudah tidak waras lagi. Tapi dari suaranya, tersirat jelas bahwa ia bersungguh-sungguh. Ia tak sedang bermain-main ataupun bercanda. Raut wajahnya pun pada saat itu terlihat jelas ia sedang serius mengatakan hal itu. Tetapi, tetap saja aku menganggapnya pria gila.
Bayangan wajahnya terus mengelilingi otakku. Aku berdecak kesal. Aku tak akan sudi menikah dengan pria yang sudah melecehkan diriku. Ditambah lagi, Joe tak berkomentar apapun saat aku menceritakan hal itu. Ini semakin membuatku kesal.
Belum lagi tentang pria yang bernama Lucas melintas di benakku. Dia pernah mengatakan pada Joe bahwa dia menginginkanku. Sebenarnya ada apa dengan dua pria ini? Kejadian akhir-akhir ini cukup membuat benang kusut di otakku.
Hari sudah malam. Aku memang sengaja pulang malam, bayangan-bayangan itu membuatku gila dan aku membutuhkan udara segar untuk menghilangkan rasa pusingku.
"Nona, kita sudah sampai," ujar supir taksi membuyarkan lamunanku.
Ketika sampai di depan rumah, aku dibingungkan dengan beberapa mobil polisi yang terpakir di depan. Ada garis polisi yang melingkari pagar rumah. Kemudian mataku menelusuri pintu depan, ada sebuah tulisan yang cukup besar. Jantung dan otakku seperti tak dapat berfungsi ketika membaca tulisan itu. "RUMAH INI DISITA"
Astaga! Kedua kakiku langsung berlari mencari Joe. Tapi apa yang aku temukan. Aku menemukan polisi membawa Joe dengan kedua tangan di borgol ke depan.
"Mengapa anda membawa paman saya? Saya kira anda salah tangkap," ujarku pada polisi yang membawa Joe.
"Paman anda telah melakukan pembunuhan terhadap wanita beberapa hari lalu dan terbukti telah menggelapkan uang sebesar 1.2 Triliun."
Mendengar semua itu, tubuhku menjadi lemas seketika. Aku tak bisa merasakan apapun. Kakiku sudah tak kuat menopang berat badanku tapi kupaksakan untuk tetap berdiri tegak. Aku tak percaya jika Joe yang melakukan semua itu, tak mungkin. Rasanya tak mungkin. Joe bukanlah orang yang sejahat itu, aku mengenalnya dengan baik.
Dan kini mereka hilang dari pandanganku.
Sekarang aku tidak tahu harus pergi kemana. Rumah telah disita. Dan ketika aku memesan kamar di Hotel dengan kartu kredit atas nama Joe, resepsionis bilang kartuku di blokir bahkan ATM atas namaku juga ikut di blokirnya.
Dingin mulai menusuk tulangku. Hujan datang tanpa permisi. Di mana aku akan tinggal? Aku bahkan tak punya uang sepeser pun.
Aku duduk di halte bus, berlindung dari hujan yang menerjang kota Seattle. Semua bayangan yang tak ingin kuingat berkali-kali muncul di pikiranku. Joe menyuruhku untuk menemui Kevin dan mempercayainya, itu yang ia katakan sebelum para polisi itu membawanya masuk ke jeruji besi.
Aku tak ingin bertemu dengan Kevin. Untuk apa aku harus mempercayai orang yang telah melecehkanku? Lagipula aku tak ingin menelan ludahku sendiri, meminta bantuannya setelah kumaki-maki dia.
Kutatap ke depan menatap hujan yang turun rombongan dengan pasukannya. Angin kencang membuat hujan menciprat diriku yang sedang berlindung. Halte ini tak berguna untuk berlindung dari hujan. Alhasil cipratan itu membasahi tubuhku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness of Marriage : RETURN [Completed]
Romance[Beberapa part dalam cerita di PRIVATE] Do Not Copy My Story Ini tentang kisah dua insan. Kisah cinta yang pelik. Terlupakan, memperjuangkan, kesalah pahaman, saling menyakiti, pengkhianatan, trauma, tertipu, dan kebahagian yang terenggut oleh takd...