These four lonely walls have changed the way I feel
The way I feel, I'm standing still
And nothing else matters now, you're not here
So where are you? I've been calling you, I'm missing youWhere else can I go? Where else can I go?
Chasing you, chasing you
Memories turn to dust, please don't bury us
I got you, I got you----------------------------------------
Kevin's POV
"AKU TIDAK PEDULI, TEMUKAN DIA SECEPATNYA BAGAIMANAPUN CARANYA!" sambar Kevin penuh amarah. Tubuhnya serasa sedang dikobarkan oleh api jahanam.
Semua pekerja suruhannya hanya bisa tertunduk lesu dan takut melihat dan mendengar amarah tuannya yang menggema di telinga mereka.
Kevin dengan gusar membuang semua barang yang ada di mejanya, termasuk kedua laptop mahalnya. Tidak ada yang berani untuk menenangkan tuannya.
"Kevin tenangkan dirimu!" Pekik Zak.
Kedatangan Zak membuat mereka sedikit bernafas lega. Setidaknya nyawa mereka tidak terancam karena kemarahan tuannya yang membabi buta.
Zak memberi aba-aba pada mereka untuk meninggalkannya berdua saja.
Setelah mereka pergi. Kevin menatap nanar ke arah Zak, ia menarik kera baju Zak ingin menghantam wajahnya sampai hancur, "kau suruh aku tenang? Dia menghilang brengsek!!!"
"Marah tidak ada gunanya bodoh!! Memangnya dengan kau marah Luna akan muncul?!!!" balas Zak, menepis kedua tangan Kevin dari kera bajunya. Ia ikut menjadi tempramental karena ulah bosnya.
Kevin menggertak giginya, menggeram frustasi.
"Luna juga tidak bersama Adam Roig," terang Zak, emosinya perlahan terkendalikan.
Ini sudah hampir seminggu Luna hilang. Bukan hilang, ia melarikan diri, pergi meninggalkan Kevin. Kevin sudah mencari Luna kemana-mana, mulai dari teman terdekat Luna sampai seluruh mahasiswa kampusnya Kevin tanyakan mereka satu persatu. Kevin tidak peduli jika mereka menganggapnya gila. Ia memang gila sejak hilangnya Luna tanpa jejak sedikit pun. Ia tidak ingin kehilangan Luna untuk yang sekian kalinya. Kevin sudah tidak sanggup jika benar-benar kehilangan Luna.
Kevin tidak percaya bahwa malam di saat Luna mengatakan cintanya adalah malam terakhir melihat Luna. Seharusnya ia tidak mengizinkan Luna pergi dengan alasan apapun.
"Aku mencintaimu."
Kevin diam saat mendengarnya. Kalimat itu seolah air menyirami tubuh Kevin yang selama ini berkobar api. Rasanya dingin bercampur hangat.
Tapi, ia ragu. Pantaskah ia mendapatkan cinta dari Luna setelah ia menyakiti Luna berulang kali?
Kevin ingin sekali berkata dia mencintainya juga. Tapi Kevin merasa tidak pantas mengucapkan kalimat itu mengingat perlakuan Kevin pada Luna.
*****
"Aku mohon. Di kampus ada ujian. Jangan menghancurkan kuliahku lagi," Luna merengek-rengek menarik lengan Kevin agar Kevin mengizinkannya untuk pergi ke kampus.
Saat itu Kevin merasa kebahagian dulunya bersama Luna kembali, di mana Luna selalu merengek manja padanya.
"Kevinnnn," rengek Luna, mengerucutkan bibirnya yang kenyal.
Sebenarnya jauh di lubuk hati terdalamnya, Kevin sedikit bingung. Sikap Luna berubah drastis menjadi manja setelah malam panas mereka seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Seolah-olah Luna tidak pernah mendapatkan perlakuan kasar dari Kevin. Padahal Kevin belum sempat meminta maaf pada Luna atas apa yang ia lakukan terhadap Luna. Tapi tidak bisa di pungkiri, ia senang karena Luna tidak membencinya sama sekali dan tidak takut lagi padanya. Kevin senang karena Luna sudah bisa mencintainya seperti dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness of Marriage : RETURN [Completed]
Storie d'amore[Beberapa part dalam cerita di PRIVATE] Do Not Copy My Story Ini tentang kisah dua insan. Kisah cinta yang pelik. Terlupakan, memperjuangkan, kesalah pahaman, saling menyakiti, pengkhianatan, trauma, tertipu, dan kebahagian yang terenggut oleh takd...