(1) Awal Pertemuan

3.6K 205 44
                                    

<Revisi>


   Tadinya, aku mengira hiatus kali ini seperti halnya liburan, tapi siapa sangka aku tenggelam dalam bau manis darah?

~~•°•❄❄❄•°•~~

Yui sangat ingin angkat kaki dari sana, tapi mengingat bahwa tindakan itu sangatlah tidak sopan jadi ia mengurungkannya kembali. Enam pasang mata kini memandangnya dengan artian yang beragam.

   Dada gadis itu sedikit berdegup. Kacamata bulatnya sedikit melorot dan titik-titik keringat mulai mengisi anak-anak rambutnya.

   "Nishimori Yui, ya ...."

Yui bisa melihat bahwa laki-laki formal itu tengah menatapnya dari atas sampai bawa dengan tatapan mengintimidasi. Dalam benaknya, Yui justru sangat tidak nyaman jika dipandang seperti itu. Apalagi oleh para laki-laki. Jika kau seorang perempuan, kau pasti merasakan hal yang sama jika berada di posisinya bukan?

    Tunggu, batin Yui mulai sebuah merasakan kejanggalan. Mereka tidak mengenalku? Bukankah sebelum aku datang mereka seharusnya mengenalku? Ini aneh.

   "Baik. Namaku Reyl. Kami enam bersaudara dan aku adalah anak kedua yang mengatur urusan rumah ini. Anak pertama dari keluarga kami bernama Shu, Anak ke tiga adalah Alex. Orang yang tadi mengantarmu ke sini. Anak ke empat adalah Erd, Yang Kelima adalah Christ. Dia yang berada di atas tangga itu. Lalu yang terakhir adalah Dael. Dia adalah bungsu keluarga ini. Selebihnya kau bisa menghafal wajah mereka dalam beberapa hari ke depan. Dan ...," Reyl sengaja menjeda kalimatnya. Mata elangnya menatap lurus kepada Yui.

   Sementara gadis itu menelan saliva sedikit gugup ketika firasat tidak enak menyerangnya, tetapi wajahnya yang tetap berekspresi datar seolah menutupi semua itu. "Dan apa?" Yui memberanikan bertanya.

  "Aku tidak suka jika ada basa basi," lanjut Reyl.

Yui mengerutkan dahi bingung, "Basa basi? Kurasa kau tidak melakukan itu."

  "Ya, kami juga tidak suka. Habis kau terlihat lezat. Bodohnya kau ke sini tanpa pelindung," cetus Alex. Seketika laki-laki itu turun dari atas meja dan berjalan mendekat.

  Yui menatap sekelilingnya. Semua orang memandangnya dengan tatapan lapar, bahkan dua di antara mereka tampak menyeringai seolah gadis itu adalah menu sarapan yang cocok di pagi ini.

  Yui melangkah mundur, "Kalian ... aneh."

Dalam buku fiksi yang pernah ia baca, gadis itu baru menyadari suatu hal. Potongan-potongan imajinasi yang ia dapatkan dari susunan kalimat fantasy seketika terbesit di kepalanya ketika memasuki ruangan ini.

   Rumah ini termasuk dalam jajaran rumah beraksitektur kuno seperti model rumah zaman dulu. Atau bahkan memang rumah ini adalah rumah tua yang telah dibangun sejak lama. Letaknya yang terasingkan dari permukiman penduduk dan dekat dengan hutan membuat gadis itu berpikir bahwa orang-orang di rumah ini sangat tertutup terhadap dunia luar. Namun, isi dalam rumah yang terlihat sangat mewah dengan alat elektronik modern masa kini seperti tv LED menyangkal pernyataan itu.

   Selanjutnya, hal yang menurutnya aneh berikutnya ialah sosok para penghuni yang nampak berbeda dari kebanyakan orang. Kulit mereka lebih putih, bahkan mendekati kata pucat. Wajah mereka terlihat rupawan dengan masing-masing orang memiliki dagu kokoh yang khas.

   Mereka bisa berbahasa Jepang dengan fasih tanpa terselip logat bahasa lain. Yang berkemungkinan besar mereka telah hidup lama di sini.

   Yui mempersiapkan tubuhnya untuk melindungi diri. Barulah matanya membulat sempurna lantaran mendapati sesuatu yang tak lazim di balik seringai Alex.

The Idol And VampiresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang