Part 3

31 4 0
                                    

Harry mengepalkan kedua tangannya. Tanpa melihat siapa yang baru saja merendahkannya bersama teman-temannya, dia sudah tahu siapa yang berbicara. Selena Gomez, gadis menyebalkan yang baru saja di usilkannya, sekaligus menjadi teman sebangku Harry selama hampir satu tahun ini.

Liam mendekati Selena, "dimana James?"

"James mana?" Tanya Selena sambil menelengkan kepalanya.

"Kau pikir nama James itu banyak sekali di kelas kita? Hah?!" Harry menyambung dengan suara beratnya kemudian berjalan mendekati keduanya. Selena mundur beberapa langkah, takut Harry akan menerkamnya secara tiba-tiba. Harry adalah tipe orang yang tidak pandang bulu, siapa pun yang membuatnya kesal akan di beri pelajaran.

Selena menunjuk Niall yang masih sibuk menyapu, "Nama tengahnya James, bukan?"

"Ini tidak lucu, Selena. Cepat beritahu kami, dimana James Corden?" Ujar Liam dengan tegas. Wibawanya sudah keluar, menampakkan bahwa Liam adalah pemimpin sejati.

"Oh, si gemuk yang hobbi menyebar fitnah itu? Dia di parkiran." Sahut Selena santai membuka sebuah permen dan melemparkan bungkusnya ke tanah.

Melihat kejadian itu Louis berteriak kesal, "HAI NONA GOMEZ, AKU MELIHATMU! CEPAT AMBIL KEMBALI SAMPAH ITU ATAU WAJAHMU AKAN KUSIRAM!"

"Wohoooo... Galak sekali dia." Komentar Selena. Gadis itu memungut kembali bungkus permennya sebelum Louis bertindak nekat untuk menyiraminya.

Harry memandangi Selena cukup lama. Dari pandangannya terlihat bahwa ada sesuatu yang di rasakan Harry kepada cewek yang memiliki rambut super badai itu. Dan Selena juga tahu bahwa Harry tengah memandanginya.

"Mau apa kau menatapku seolah-olah aku ini Cinderella?! Kau menyukaiku, kan?!" Ujar Selena tersenyum puas lalu mengibaskan rambutnya kebelakang.

Harry memutar bolamatanya, kenapa cewek ini kepercayaan dirinya selalu tinggi?!

"Jangan bermimpi!" Ucap Harry lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

***

Pria berambut coklat itu memegang tangan seorang gadis cantik yang tengah duduk di hadapannya. Menatap mata hitam kecoklatan itu dalam-dalam. Jantungnya berdetak lebih cepat, dan lidahnya seakan-akan mati rasa. Keringat mulai turun perlahan di dahinya, pria itu mengelap dengan kasar,eninggalkan bekas merah di dahinya,

"Will," nafasnya mulai tercekat saat ujung kata itu akan di luncurkan, "...you b-be my gi-irl?"

Kedua alis gadis itu saling bertautan, menatap pria di hadapannya dengan wajah bingung, "kenapa? Kenapa aku yang kau pilih?" Tanyanya gusar. Perasaannya campur aduk, antara bingung, schock.

"Kau sempuna di mataku, k-ka..."

"Stt..." Gadis itu melepaskan tangannya dari genggaman dan menempelkan telunjuknya di bibir pria itu, "jangan berkata seperti itu. Aku jauh dari kata sempurna. Banyak kekurangan yang kumiliki, kau tidak akan pernah bisa bangga jika memiliku menjadi kekasihmu.

Aku tidak cantik, aku tidak sangat pintar, aku... ak-ku, BAHKAN MENGGORENG MAKANAN PUN AKU TIDAK BISA! Satu-satunya kelebihanku adalah aku jago bermain snake xenia di handphone." Katanya bersunggut-sunggut.

Pria itu menyingkirkan telunjuk yang ada di bibirnya, dan kemudian tertawa, "yeah, it's okay. Aku bisa menerima semua kekuranganmu yang segudang itu."

"Kau mau mendengar jawabanku?" Pria itu mengangguk antusias, "so, jawabanku adalah...."

***

"Kau menyebalkan!" Gerutu Liam sambil menjitaki kepala James dengan geram.

Bel pulang sekolah sudah lama berbunyi, namun ke lima pemuda itu masih bertahan di dalam kelas. Alasannya mereka harus mengikuti pelajaran yang mereka lewatkan saat di beri hukuman oleh Mrs. Ellen tadi pagi.

Mr. Daniel akan masuk beberapa menit lagi, Louis dan Harry menghabiskan waktu dengan tidur di dalam ruangan, Niall memilih makan untuk menyelamatkan perutnya yang kelaparan.

Sementara James Corden sedang di azab habis-habisan oleh Liam.

James mengaduh kesakitan saat Liam menjitaknya untuk kesekian kali, "aduh! Bisakah kau berhenti? Ini sakit!"

Liam menggeleng murka, "ini balasanmu, gendut! Siapa suruh kau menyebarkan berita sampai ke telinga Mrs. Ellen?!" Sebuah jitakan kembali melucur mulus.

"Mana aku tahu kalau Mrs. Ellen akan mengetahui beritanya! Lagian Harry yang menyuruhku untuk menyebarkannya!"

"Fuck! Jangan bawa-bawa namaku sialan!" Ujar Harry mengacungkan jemari tengahnya walaupun kepalanya masih berada di atas meja.

"Hei! Lagian hukumanku jauh lebih berat daripada kalian semua!" Balas James yang kini sudah di biarkan bebas. Pria berbadan gempal itu memilih duduk di samping Niall yang langsung menjauhkan makanannya dari James. Niall tampak tidak tertarik untuk bergabung menghakimi James.

Liam duduk di meja tepat di samping Louis yang tengah terlelap akibat kelelahan, "memangnya kau di suruh apa oleh Mrs. Ellen?" Tanyanya menatap James.

"Mencuci bus sekolah!"

Semburan tawa meluncur deras dari Niall, sampai-sampai meja yang tak bersalah pun menjadi korban karena Niall terus tertawa sambil memukul-mukul apa saja yang ada di dekatnya, "untung saja bukan aku yang melakukan pekerjaan itu." Katanya di sela-sela tertawa.

"Yeah, belum pernah kulihat kendaraan yang lebih mengerikan daripada bus sekolah kita."

James menghela nafas berat, "sudahlah. Ini memang nasib buruk jika mengikuti ide Harry."

"F*CK! JANGAN BAWA-BAWA NAMAKU, JAMES!" Teriak Harry berang.

----------------------------

I love you❤❤

Nina Hrm

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang