Part 2 "pembalasan"

49 9 11
                                    

Bug!

"Adooooowww!!"

Mrs. Ellen tampak sangat shock, begitu pula dengan gadis yang berada di samping guru killer itu. Liam cengar-cengir sambil beberapa kali menyisiri rambutnya dengan jemari. Zayn hanya bisa membulatkan matanya, begitupula dengan kekasihnya, Gigi Hadid. Semua yang berada di dalam ruangan ikut terkejut dengan apa yang di lakukan oleh seorang Harry Styles.

"Kenapa kau meninjuku, bung!" Gerutu Louis sambil mengusap-usap punggungnya yang terasa sakit akibat hantaman bogem mentah dari Harry.

Curly itu tertawa, memperlihatkan dimplesnya yang menawan, "karena suaramu bagaikan stereo, man. Ayolah, lihat sisi positifnya, gadis itu sudah bangun!" Tunjuk Harry tepat di depan wajah gadis itu. Hampir saja Harry menyemburkan tawanya begitu melihat penampilan gadis itu sangat berantakan, dengan coret-coretan spidol memenuhi wajahnya. Dan RIP yang tertulis jelas di keningnya.

"Mau apa kau lihat-lihat!" Bentak gadis itu kurang senang karena Harry terus-terusan berusaha menahan tawa di depan wajahnya. Gadis itu menoleh pada Mrs. Ellen, "ada apa ramai-ramai seperti ini, Mrs. Ellen?" Tanyanya polos.

Mrs. Ellen mendelik kepada empat serangkai,- yang dimana salah satu dari serangkai itu tidak mengetahui apa-apa tentang kejadian sebelumnya, Niall. Irish yang satu itu memenuhi panggilan alam saat Harry mulai usil bersama Liam dan Louis. "Tidak apa-apa, Selena."

"Lagipula, kau tidur seperti orang mati saja. Aduh....., punggungku sakit sekali... Kau harus pertanggung jawabkan perbuatanmu ini Styles, kalau tidak, aku tidak akan menjadi temanmu lagi." Kata Louis menatap tajam Harry. Yang ditatap hanya tertawa getir, Liam ikut membantu Louis mengusap punggungnya sambil tertawa-tawa.

Selena mendegus sebal lalu berdiri, "memang pantas kau ditinju, Lou, ayo sini, Harry, giliranku yang meninjumu!"

"Cukup! Cukup! Sekarang kalian berempat ikut saya kekantor!" Mrs. Ellen langsung menarik pergelangan tangan Harry yang langsung menarik Louis, tidak mau sahabatnya ketinggalan, Liam juga langsung ditarik oleh Louis, sementara Niall di seret oleh Liam.

Pria berambut blonde itu terus menyumpah serapah, "kalian gila! Aku tidak ada sangkut pautnya dengan masalah ini!" Gerutu Niall yang berjalan sejajar dengan ke-tiga sahabatnya dibelakang Mrs. Ellen. Mereka bahkan sudah pasrah untuk masuk ke dalam ruangan kesiswaan.

"Kebersamaan, Nialler. Kebersamaan.." Liam mengatakan 'kebersamaan' dengan penuh penekanan disetiap huruf. Hingga Harry dan Louis ikut tertawa.

Mrs. Ellen berbalik ke belakang, "diam kalian semua!"

***

"Mrs. Ellen adalah guru terparah di dunia semesta!" Louis membuka percakapan dengan suara yang memilukan.

Bagaimana tidak? Mereka adalah para pria populer yang namanya selalu di elu-elukan setiap mereka melintas di depan para gadis-gadis. Dan sekarang Mrs. Ellen memperlakukan mereka seperti tukang kebun di taman sekolah. Bisa-bisa muka mereka berempat bisa tercoreng!

Harry mengangguk lesu, "aku akan membalas perbuatan kejamnya ini." Katanya frustasi sambil memotong-motong tanaman dengan sembarangan. Liam yang berada di samping Harey mengeryit ngeri begitu Harry hampir saja memotong lengan seragamnya.

"Umm, Haz..."

"Apa? Jangan sekarang, daddy, aku lagi tidak ingin di ganggu." Harry masih saja memotong asal tanaman di hadapannya.

Liam menghela nafas lalu merebut gunting taman yang di pegang oleh Harry, "biar aku saja. Kau, kumpulkan saja daun-daunan kering ini. Nanti biar Niall yang akan menyapunya!" Curly itu hanya mengangguk mengikuti perintah Liam.

Sementara merasa namanya di bawa-bawa, Niall berteriak kesal, "sudah kukatakan aku tidak ikut-ikut kaliann, tapi kenapa kalian membuatku ikut bersalah di depan Mrs. Ellen!!!" Lalu Niall menyapu dedaunan kering itu dengan cepat menuju ke tempat Liam dan Harry. Namun Niall sama sekali tidak memperhatikan bahwa Louis ada beberapa langkah darinya, sedang menyirami tanaman-tanaman yang masih kecil.

"Aku akan membunuhmu, Niall!" Ujar Louis emosi begitu dedaunan kering itu terlempar di wajahnya. Moodnya sudah sangat rusak hari ini. Niall buru-buru merubah arah menyapunya.

Bel istirahat berbunyi dan ke empat pria itu masih belum menyelesaikan pekerjaan mereka. Mrs. Ellen masih memperhatikan mereka dari depan ruang guru, membuat Louis mengacak-acak rambutnya frustasi,

"Seharusnya aku tidak mengikuti rencanamu, brengsek!" 

Harry hanya mengukir sebuah senyum penyesalan, "seharusnya ini bukan ide yang bagus."

"Kau memang tidak pernah memikirkan ide bagus, Harry." Dengus Niall kesal sambil menatap sebal Harry Styles. Dirinya masih kesal karena Harry menyeretnya dalam suatu masalah yang berakibat sangat memalukan.

"Tapi Niall, dimana sahabatmu itu?" Tanya Liam.

Niall menaikkan sebelah alisnya, "siapa maksudmu?"

"James Corden sialan! Dia seharusnya juga di beri hukuman oleh Mrs. Ellen!!" Jawab Louis berapi-api.

Semakin lama semakin banyak yang berlalu-lalang di sekitar taman sekolah. Itu karena tempatnya sangat mencolok, di tengah-tengah sekolah. Lebih mencolok lagi dengan keberadaan ke empat sahabat dekat itu. Louis yang sedari tadi sudah kesal, memelototi orang-orang yang menatap mereka. Alhasil, orang-orang itu pada bergegas untuk menjauhi area taman.

Namun seseorang masih berdiri di dekat tamanan bonsai, menatap lurus ke arah empat pemuda itu sambil tersenyum mengejek. Kedua tangannya terlipat di dada, angin mengibarkan rambutnya yang panjang, sekilas dia terlihat seperti ibu tiri yang tengah berada di puncak kejayaan,

"Hahaha.... Kalian memang pantas mendapatkannya! Itu balasan untuk kalian!"

MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang