Matahari hampir hilang dari peraduannya, aku dengan wajah ditekuk masih berdiri di sebuah taman kampus menunggu seseorang datang menjemputku. Tanganku sibuk memainkan Handphone dan berusaha menghubunginya. Berpuluh-puluh kali aku berusaha menghubungi orang itu, tapi tidak juga ada jawaban. Aku sudah hampir menyerah, akhirnya panggilan teleponku dijawabnya.
"Hallo.." Belum sempat laki-laki itu meneruskan ucapannya sudah ku potong lebih dulu.
"Kemana aja sih? ditelpon daritadi nggak diangkat-angkat! Lupa lagi sama janjinya mau jemput? Lagi-lagi sibuk sendiri sama temen-temen, gitu?"
terdengar helaan napas yang panjang dari sebrang sana."Gue nggak janji mau jemput lo kan? Lo aja yang maksa, kan gue udah bilang nggak bisa! Emang kalo gue nggak bisa harus gitu nomor satuin lo terus dan janji gue sama orang gue tinggal gitu aja?"
"Tapi kan lo bisa ngabarin, lo nggak punya pulsa apa lo lupa punya HP? Lupa juga punya cewek? Seenaknya sendiri!"
"Dy, dengerin gue ya, gue tuh capek lo maunya suka-suka lo terus. Nggak semua apa yang lo mau bisa gue turutin. Gue inget kok punya pacar, tapi gue kenal temen-temen gue duluan jauh sebelum gue kenal lo. Jadi, kalo lo mau nerusin aksi ngambek lo yang kaya gini mending lo tutup telepon lo sekarang dan lo mikir apa yang salah dari diri lo dan diri gue? Nanti kalo lo udah nemu jawabannya dan otak lo udah normal lo hubungin gue lagi." Tiba-tiba sambungan telepon terputus, laki-laki itu menutup teleponnya.
Aku kesal dan segera kulangkahkan kakiku ke depan gerbang kampus dan langsung saja ku stop ojek yang lewat yang langsung mengantarkanku ke rumah Widya sahabatku. Selama perjalanan cuma ada air mata dan memori yang terus diputar dalam kepalaku mengingat kebersamaan yang ada selama enam bulan belakangan ini. Dia, laki-laki itu bernama Ryno, orang yang selama ini menjadi pacarku.
Dia sosok laki-laki yang tegas dan sangat berprinsip, sedikit gila namun serius. Ada beberapa hal yang akan membuatnya menarik perhatianku. Ryno bukan orang yang akan selalu menuruti keinginan pacarnya, dia bukan seorang yang pengalah kalau permintaan pacarnya dianggap berlebihan. Bukan berarti tidak perhatian, karena sebenarnya dia sangat memerhatikan kebutuhanku, hanya saja keinginanku yang tidak selalu dipenuhinya setiap saat seperti kejadian sore ini.
Perjalan ke rumah Widya membawa ingatanku kembali pada setahun yang lalu.
****Aku mengenalnya setahun yang lalu saat aku baru menjadi mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial di sebuah Universitas Negeri, dia kakak tingkatku yang kebetulan saat itu mengospek angkatanku. Saat itu kami tidak sering bertegur sapa, tapi banyak moment kegiatan yang kulakukan tertangkap kameranya karena dia betugas sebagai sie HPD. Tapi itu bukan berarti aku langsung lebih dekat mengenalnya, itu hanya kuanggap sebagai kebetulan belaka.
Satu semester sudah kulalui, hubunganku dengannya saat itu hanya sampai tahap saling menyapa karena dia senior yang punya kesan untukku. Dia tegas dan sangat berkomitmen menjalankan tugasnya dalam keanggotaan BEM tapi bukan berarti dia orang yang tidak membaur dengan anggota lain, bahkan dia bisa menjadi sangat gila kalau sedang mengobrol dan bercanda dengan yang lainnya. saat itu pun sudah masuk dalam keanggotaan BEM namun berbeda divisi dengannya.
Kami sering terlibat dalam satu kepanitian bersama. Saat sedang ada kegiatan BEM di out door, tepatnya di monas aku menghabiskan waktuku bersamanya. Acara itu hanya sampai pukul 13.00, tapi aku ternyata secara tidak sengaja menghabiskan satu hari penuh dengannya. Hari itu, aku mengenalnya lebih dekat, dari berbagai sisi dalam sudut pandang yang berbeda sosoknya semakin menarik di mataku.
Saat itu langit sudah menghitam, lampu-lampu monas menyala dan berkelip dia bilang, "Gue suka lo kaya cowok ke cewek. Lo mau nggak jadi pacar gue? Itu pun kalo lo lagi sendiri alias jomblo." Dia menyelipkan candaan diakhir kata-katanya.
Aku hanya tersenyum dan tertawa lalu mengangguk mengiyakan. "Tapi gue orangnya egois kan, lo tahan kalo nanti gue banyak maunya?" Kataku berusaha memperingatkannya, dia menggandeng tanganku dan menggenggamnya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Dy And Ry
ContoDy, cewek egois, songong, manja, kritis dan cemburuan banget sama pacarnya. Gimana ngga cemburu kalo cowoknya bisa keliatan cool tapi juga rada gila. Cowok yang bikin Dy uring-uringan ga jelas tapi bikin dia juga senyum-senyum ga jelas. Cowok ini be...