Mengenang Hujan- 03

430 20 0
                                    

Mereka bilang, hujan yg jatuh ke bumi itu indah. Membawa segala macam kenangan indah yang memabukkan.

Mereka bilang, hujan yg jatuh ke bumi itu romantis. Dengan tetesan-tetesannya yang menyentuh kulit, membawa segala aura dingin yang membuat tangan-tangan nakal merengkuh tubuh-tubuh itu. Menguarkan Petrichor yang membuat hujan terlihat semakin romantis.

Tapi tidak bagi Awan. Menurut Awan, hujan yg jatuh ke bumi itu egois. Dia selalu mau datang, dan pergi begitu saja setelah membawa seluruh kebahagiaan. Menyisakan air mata yang jatuh ke tanah untuk menggantikannya.

Hujan yg jatuh ke bumi itu tidak indah, karena dia hanya membawa kenangan yang menyedihkan.

Seperti kemarin. Hujan yang jatuh kebumi membawa pergi Hujan. Pergi untuk menyusul sang pelangi.

Awan menangis dibawah siraman hujan. Memaki Hujan agar mengembalikan Hujannya.

Hujan --ayahnya-- meninggal karena tertabrak mobil demi melindunginya. Pada saat itu hujan deras. Hujan dan Awan berjalan beriringan dibawah naungan hujan deras itu. Dengan sebuah payung, mereka berjalan diselingi derai tawa. Namun, baru beberapa langkah berjalan, sebuah mobil tampak mendekati keduanya, karena hujan yang behitu deras dan tertutup kabut, mobilpun terlambat untuk mengerem. Hujan pun mendorong Awan hingga jatuh. Dan akhirnya Hujanlah yang tertabrak.

"Ayaaaaaahhh..."

Awan berlari mendekati Hujan yang penuh darah. Darah yang dibasuh oleh tetesan-tetesan air hujan.

"Sa...yang. Ayah pergi, menyusul Pelangi Ayah. Ingat, ini bukan salahmu. Tetaplah hidup, untuk Hujan dan Pelangi."

Setelah mengatakannya, Hujan pergi. Menjemput Pelangi. Sementara Awan berteriak memaki pada Hujan. Menyumpah pada hujan yang telah merenggut Hujannya.

Dan dari situlah, Awan membenci hujan yang turun kebumi, namun dia tetap mencintai Hujannya.

Awan itu berjalan memasuki tubuhku. Karena akulah si Awan itu. Dan cerita ini, adalah kilasan masa lalu tentang betapa Hujan yang begitu mencintai Awan dan Pelangi.

Hujan yang pergi karena Hujan di kota Hujan.

*Terima kasih bagi yang sudah membaca. Ini hanyalah sepenggal kisah tentang Hujan. Maaf jika ada bahasa yang tidak dimengerti.

With Love,

Wirarastuti

Mengenang Hujan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang