l a s t

236 39 7
                                    

[ 5 September 2016 ]

Armenia memasuki aula hotel dengan senyum indah yang terpancar dari bibirnya. Ini hari bahagia untuknya. Sudah pasti ia takkan melewatkannya.

Suara bising khas resepsi pernikahan terdengar sangat jelas baginya. Armenia berjalan menuju kedua pasangan yang baru saja melangsungkan akad nikah di pagi hari tadi. Ia bahkan masih ingat bagaimana wajah gugup Hendri saat ingin mengucapkan ijab kabul, dan bagaimana wajah penuh syukurnya saat menyebut nama panjang Nensha dengan benar. Hahaha, untung saja Armenia tidak lupa mengabadikannya.

Armenia naik ke atas panggung pernikahan dengan semangat. Nensha yang melihatnya langsung menjadi belingsatan seperti biasa.

"IHH ... ARMENIA DATEEENGG!!!" Nesha memeluk Armenia kuat saat gadis itu berada di depannya. Armenia memukul-mukul lengan Nesha karena merasa sesak.

"Eh, Yang. Itu Armenia kececik. Anak orang, heh."

Nensha yang mendengar teguran dari Hendri itu langsung melerai pelukannya. Saat Armenia melihat wajah sahabatnya itu, ia terbelalak karena airmata mengalir deras dari mata Nensha.

"Sha, Sha. Yaampun, Sha. Jangan nangis, weh. Ntar dikira gue ngapa-ngapain lo, bego," Armenia berujar panik. "Duh, kak Hendri, ini istrinya mulai sinting lagi. Gimana nenanginnya, Kak?"

Hendri tertawa mendengar ucapan Armenia. Ia mengacak rambut Armenia gemas, sedangkan sebelah tangannya yang lain memeluk bahu Nensha untuk mencoba menenangkannya.

"Kakak nggak tau, nih. Kamu bawa balon nya kan, Ar?"

"YANG!"

Tawa Armenia pecah begitu saja. Hari ini benar-benar hari yang membahagiakan baginya.

Oh, ya. Hubungan Armenia dengan Hendri berjalan baik-baik saja. Enam tahun yang lalu, saat Armenia memutuskan hubungan mereka, Hendri langsung mencecarnya untuk kembali menjadi pacarnya. Hal tersebut tentu ditolak mentah-mentah oleh Armenia. Ia tetap takkan menghancurkan hati seseorang lagi. Apalagi hati milik Hendri.

Menurut yang Armenia tahu, Hendri berusaha mendapat informasi dari sahabatnya, Nensha. Ia selalu meminta Nensha untuk membujuk Armenia. Bahkan mereka sering membuat pertemuan rahasia saat itu.

Armenia sendiri bersyukur saat satu tahun kemudian Hendri menemuinya, dan menyatakan bahwa dia sudah 'menyerah'. Saat itu Armenia merasa lega yang luar biasa. Bukan karena tak mau didekati oleh Hendri, namun ia lebih menyukai untuk menganggap Hendri sebagai kakaknya. Dan benar saja. Sekarang hubungan mereka hanyalah sekedar kakak dan adik.

Nensha juga tidak pernah cemburu saat melihat Armenia dan Hendri yang semakin dekat dengan korteks yang berbeda. Padahal seminggu sebelum Hendri memutuskan untuk menyerah, Nensha dan Hendri sudah memulai hubungan. Armenia sangat salut dengan kesabarannya.

"Udah ah, pada ngantri, tuh," Armenia menunjuk pada antrian di belakangnya yang mulai memanjang. Setelah berfoto bersama dan berdadah-dadah ria, Armenia turun dari panggung tersebut.

Hidupnya selama enam tahun ini berjalan mulus. Perjalanan cintanya pun tidak ia lanjutkan lagi sejak putus dengan Hendri. Dan jujur saja, Armenia merasa nyaman akan hal itu.

Setelah ke luar dari hotel tempat resepsi Nesha dan Hendri, Armenia memacu mobilnya ke arah rumah besar yang sudah sering ia datangi.

Lima September ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang