P R O L O G

36 5 2
                                    

"Ers nggak mau dijodohin, Pi!" teriak Eriska marah. Ia menatap tajam pria yang merupakan ayahnya itu.

"Terserah kamu, Ers, mau kamu menolak seribu kali pun percuma. Kamu akan tetap Papi jodohkan," ujar Harry tanpa ingin menerima bantahan. Pria yang masih gagah walaupun umurnya sudah menginjak lebih dari 40 tahun itu bangkit dari duduknya. "Atau kamu bisa memilih. Papi akan membiarkan kamu memilih."

Eriska mengangkat wajahnya dan melihat wajah dingin Harry. "Beneran?"

Harry balas menatap putri sematawayangnya itu. "Ya. Perjodohan atau kamu tinggal di asrama." Pilihan yang diberikan Harry itu membuat Eriska membatu. "Semuanya terserah kamu, Ers. Dan kalau kamu tetap ingin menolak perjodohan itu, silakan mulai bersiap membereskan barang-barang kamu. Oh ya, satu lagi. Seluruh fasilitas yang Papi kasih sama kamu, Papi tarik." Setelah menyelesaikan kalimatnya, Harry meninggalkan Eriska yang masih terpaku.

..........................

"Untuk malem inagurasi, akan kita buat berbeda dengan tahun sebelumnya. Kalau sebelumnya mahasiswa baru yang mesti ngajak seniornya buat jadi pasangan, kali ini kita seniornya yang ngajak mereka jadi pasangan kita," jelas Fairuz ketika rapat untuk persiapan ospek serta inagurasi yang mulai dilaksanakan sebulan lagi.

Seluruh orang di ruangan itu mengerang protes. Bagaimana mungkin mereka yang mengejar junior baru mereka untuk dijadikan pasangan pada malam inagurasi?

Fairuz mengangkat sebelah tangannya menyuruh teman-temannya untuk diam. "Kami udah nyiapin nama-nama mahasiswa baru yang bakal ikut ospek dan malam inagurasi nanti. Cewek dan cowok udah kami pisahin. Nah, karena jumlah kita sama mahasiswa baru nggak sebanding, jadi dari kita ada yang nggak dapat pasangan."

Suasana kembali gaduh membuat Fairuz hanya bisa menghela napas panjang. Kali ini ia menepuk meja di depannya beberapa kali untuk kembali mendiamkan teman-temannya.

"Di dalam sini," Fairuz mengangkat dua wadah bulat ke atas dan memperlihatkannya pada semua orang, "udah ada nama-nama mahasiswa baru. Di antaranya ada kertas kosong. Kalau kalian dapat kertas kosong, itu artinya kalian nggak dapat pasangan. Dan kalian boleh datang dengan pasangan kalian sendiri. Baik itu teman kuliah atau teman dari luar."

Kali ini suasana tidak segaduh tadi. Mereka menganggukkan kepala sambil berpikir bahwa mereka harus mendapat kertas kosong. Fairuz memberi isyarat pada teman di sampingnya untuk memulai proses pengundian pasangan.

Di salah satu sudut ruangan, Keenan dan Danish duduk dan di tangan mereka sudah ada masing-masing segulung kertas kecil. Danish memberi isyarat pada Keenan untuk membuka kertasnya lebih dulu. Keenan membukanya dan merutuk ketika melihat sebuah nama tertulis di sana.

Eriska Bratajaya.

o000o

One SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang