15:00 P.M.
Tak terasa hari-hari berlalu begitu cepat, waktu yang singkat, seperti mengedipkan mata dan menjentrikan jari. Padahal, barusan Zee merasakan canda dan gurau bersama teman-temannya, dan entah sejak kapan bel pulang sekolah sudah berbunyi begitu cepet, sehingga kelas menjadi kosong dikala sore hari, dan hanya ada ia sendiri disana yang sedang merapikan bukunya di dalam loker.
Seperti biasa, saat hendak pulang kerumahnya. Zee pasti akan singgah terlebih dahulu ke rumah keduanya, yaitu rumah penampungan anak jalanan, karena itu sudah menjadi rutinitas nya sehari-hari. Sebelum Zee sampai dirumah keduanya, biasanya ia akan mencari bekal untuk anak jalanan, seperti nasi, kue, dan cemilan lain untuk malam hari, pagi hari dan siang hari berikutnya.
Namun, saat Zee hendak membeli bakpau di Kedai Wongso (kedai langganannya). Ia tak sengaja bertemu dengan Gama yang sedang membeli sesuatu disana juga.
Sontak ia kaget. "Kak... Gama?" gumamnya pelan, tak bermaksud untuk memanggilnya. Namun, seseorang yang bernama Gama tersebut langsung menengok, saat mendengar namanya dipanggil.
Gama ikut terkaget, apalagi saat melihat ekspresi gadis tersebut yang tak bisa diutarakan. "Eh.. Elu.." ujarnya, sambil menunjuk Zee dengan jari telunjuknya.
Zee membatin, Kenapa nih orang harus denger sih padahal gue ngomongnya pelan juga. Ia menepuk dahinya, pelan.
"Mungkin kita... Jodoh kali" ujar Gama, sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
Sontak ia terkaget, saat mendengar hal tersebut. Zee langsung berdehem. "Engg-enggak juga kok... Kak" ujarnya gugup, sambil tersenyum masam. Namun, ada ke-grogian didalam hatinya.
"Masa sih?" ujar cowo tersebut, menyikunya.
Sialan nih cowo, gue grogi cok. Batinnya
Zee menghentak-hentakan kakinya, menghilangkan rasa grogi, takut kalau Gama mendengar irama detak jantungnya yang sedang berdisko di dalam sana.
Mereka pun kembali terdiam, saat makanan yang ia pesan sudah datang dimeja kasir. "Kak, duluan ya" ujar Zee tergesa-gesa. Ia ingin sekali secepatnya menghindar dari cowo tersebut.
Namun. "Eh, bareng aja kali. Bentar gue bayar dulu" gadis itu dengan terpaksa menghentikan langkahnya.
Selesai membayar, Gama langsung menghampiri Zee yang sudah berdiri diambang pintu.
"Pulang sendiri?" tanyanya kepada gadis tersebut.
Zee mengangguk singkat. "Iya kak"
"Hm.. Mau gue anter?" ujar Gama, setengah tak yakin.
"Eh.. Gausah kak, aku ada urusan dulu"
"Oh... Yaudah deh, hati-hati ya"
"Iya kak. Hati-hati juga"
Zee pun langsung mempercepat langkahnya, sambil meninggalkan tempat tersebut.
*****
Sesampainya, gadis tersebut dirumah keduanya. Anak-anak yang lain langsung menyambutnya dengan ramah, sambil memeluknya.
"Kakak cantik lama banget" ujar sang anak perempuan yang berumur sekitar 7 tahunan, sambil memeluknya dengan manja.
"Iya nih kakak, kita kan kangen" ujar anak cowo yang berusia sekitar 9 tahunan.
"Dan juga laper kak" lanjut yang lain.
"Hehe maaf ya adik-adik, tadi kakak ada urusan dulu jadi lama deh. Tapi kakak bawa banyak makanan nih buat kalian" Zee langsung membukakan satu persatu makanan untuk anak-anak tersebut.
"Yeahhh" sorak mereka dengan semangat.
*****
Gama melihat gadis tersebut seperti sedang terburu-buru, langkahnya makin dipercepat oleh dirinya sendiri, sehingga bayangannya sudah tak terlihat dimata Gama. Namun, ia masih penasaran dengan apa yang dilakukan Zee setiap pulang sekolah seperti ini.
Karena rasa penasarannya lebih kuat. Tanpa pikir panjang, Gama langsung mengikutinya dari kejauhan.
Ia melihat gadis tersebut yang sedang berbelok ke kiri menuju gang yang sangat sempit. Namun, ia masih terus mengikuti. Sampai akhirnya, ia melihat gadis tersebut berhenti disebuah rumah. Rumah tersebut tidak kecil dan juga tidak besar, namun cukup bagus untuk menampung anak jalanan.
Gama mengintip dari arah luar, kebetulan memang pintunya sedang terbuka lebar. Terlihat disana, Zee sedang bercanda gurau dan memeluk seseorang anak dan ada banyak anak lain disana.
Ia mengernyit dan kemudian membatin. Kenapa ada banyak anak disana? Lalu itu anak siapa aja?
KAMU SEDANG MEMBACA
One Four Three
Teen FictionKetika, seorang siswi teladan seperti Azhira Adriani, atau yang kerap disapa Zee menyukai seniornya diam - diam. Senior yang selalu membuat ulah disekolahnya, bahkan keluarganya pun berbanding terbalik dengan keluarga Zee yang harmonis. Pria itu ada...