Sinar cahaya matahari telah menyusup masuk ke jendela, lalu mulai menyinari seisi kamar berwarna pink soft. Dan tampaknya sang pemilik kamar mulai terusik oleh sinar cahaya yang telah datang melalui jendelanya, ia pun terduduk ditepi ranjang dan mengusapi matanya, lalu ia melirik ke jam wekernya masih jam tujuh kurang sepuluh batinnya, kemudian detik berikutnya ia langsung membulatkan matanya sempurna, setelah melirik jam wekernya itu untuk kedua kalinya whattt?! Sepuluh menit lagi, gue harus kesekolah secepatnya gumamnya dalam hati, tanpa pikir panjang ia langsung mengambil handuknya dan bergegas ke kamar mandi.
Sepuluh menit sudah, ia habiskan waktu itu dirumahnya untuk bersiap-siap. Dan tak butuh waktu yang lama, ia sudah sampai disekolahnya dalam jangka waktu lima belas menit, dua puluh delapan detik. Walaupun... Pada akhirnya tetap telat.
"Mampus deh gue!" Zee menepuk jidatnya saat melihat gerbang sekolah sudah ditutup. Kemudian diliriknya jam yang melingkar di pergelangan tangan. Udah telat lima belas menit batinnya.
"Ehh.... Sini ikut gue" Zee tersentak kaget, saat tiba - tiba terdengar suara seseorang dibelakangnya, otomatis ia pun menoleh ke belakang saat mencium aroma rokok yang sangat menyengat, dan membuatnya mual.
Namun, saat ia menoleh. Lagi - lagi, ia pun tersentak kaget untuk kedua kalinya. "Kak Gama...?".
"Telat?" tanya Gama, santai.
"I-iya kak" Zee tergugup, lemas. Antara malu dengan Gama dan juga takut akan ketelatannya.
Kemudian, mata Zee memerhatikan Gama dengan penuh intens. Kemeja sekolahnya tidak dimasukkan ke dalam celana, tidak memakai dasi, rambutnya yang berantakan seperti preman. Benar - benar sangat urakan.
Tumben kak Gama seperti ini, biasanya dia sangat rapih batinnya
"Kakak telat juga, ya?" tanya Zee, terdengar pelan. Namun, cowok tersebut hanya membalas dengan anggukan, singkat.
"Oh iya, mau gue bantuin ga? Biasanya sih jam segini gerbang samping masih dibuka, soalnya gue kalo telat sering lewat situ, lebih aman".
Ia mengernyit "emang disana gak ada satpam yang jaga, kak?" tanyanya, heran.
"Ada sih, tapi biasanya satpam yang jaga gerbang samping tuh datengnya jam 8an gitu deh" ujar Gama dengan nada sok-tahu nya. Zee hanya membalas ber-oh ria saja.
"Jadi gimana, mau ga? Gue mau kesana nih" tanya Gama kembali, sambil mematikan puntung rokoknya.
Zee pun bingung. Ia menimbang - nimbang, karena seumur hidupnya dia tidak pernah mencoba untuk menyelusup masuk. Namun, akhirnya ia menjawab dengan terpaksa "yaudah deh kak, mau".
Gama pun berjalan terlebih dahulu, Zee hanya mengikutinya dari belakang. Sesekali ia juga berdoa dan meminta ampun "kaku amat sih-" ujar Gama, menepuk pundak Zee "-gih masuk barisan sana, awas ada pengawas upacara yang ngeliat" lanjutnya. Kemudian, Zee pun mengikuti perintah yang diusulkan oleh Gama tersebut, dan hingga pada akhirnya ia tak jadi dihukum.
*****
Seperti biasa, saat istirahat. Zee habiskan waktunya untuk memandangi sang pujaan hati yang sedang bermain basket, bersama teman-temannya. Tak lupa, ia juga membawa sebuah buku berwarna silver dengan cover love ditengahnya.
Zee memandangi Gama dengan sangat teliti, namun ia mendesis terheran "kok beda banget ya" gumamnya.
"Apanya yang beda, Zee?" lagi - lagi, ia tersontak kaget untuk ketiga kalinya hari ini. Saat Sarah dan juga Ara sudah berada dibelakangnya.
Ia membatin Sejak kapan mereka disini?
"Lo berdua dari kemaren ngagetin gue mulu deh" Zee mengerucutkan bibirnya.
Sarah dan juga Ara tertawa puas mendengar ocehan lucu, temannya tersebut. "Abisnya, lo suka ngomong sendiri sih... Kaya apa, Ra?" tanya Sarah kepada Ara.
"Orang gila. Idie!" Ara melanjutkan.
"Au ah gelap, lu tuh ngapain pake left segala tadi malem?" ungkit Zee kepada Ara, tak mau kalah.
Namun, Ara pun juga begitu, ia tetap tak mau kalah "terus tadi apanya yang beda ya, Zee? Hmm" ujarnya, sambil menempelkan jari telunjuk didagu.
Oh iya, btw gue jadi heran. Kenapa kak Gama kalau diluar sekolah urak - urakan, tapi pas udah masuk di lingkungan sekolah dia rapih banget batinnya, kembali.
"Zee, jangan melamun terus" Sarah menggerakan tubuh Zee dengan kasar, sehingga ia tersadar dari lamunannya.
"Iya iya. Ke kelas yuk" ajak Zee, langsung berdiri dan berlalu meninggalkan mereka yang belum sempat membalas perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Four Three
Ficção AdolescenteKetika, seorang siswi teladan seperti Azhira Adriani, atau yang kerap disapa Zee menyukai seniornya diam - diam. Senior yang selalu membuat ulah disekolahnya, bahkan keluarganya pun berbanding terbalik dengan keluarga Zee yang harmonis. Pria itu ada...