Cahaya matahari yang berubah menjadi oranye, juga pepohonan dan rerumputan yang bergoyang, menghiasi suasana kota tercinta disore hari ini. Jalanan yang sudah hampir seluruhnya tertutupi oleh ribuan kendaraan, membuat seluruh orang yang mendapat panggilan darurat kewalahan, karena tak bisa menemukan jalanan yang cukup lancar, contahnya seperti pria yang satu ini.
Sudah satu jam, Gama menunggu kemacetan tersebut. Namun, tak kunjung larut juga. Kalau bukan karena mamanya yang menyuruhnya untuk membeli makanan dahulu di Kedai Wongso, mungkin sekarang ia sudah terkapar diatas kasurnya.
Namun, kalau dipikir untuk kedua kali. Gama mempunyai kesalahannya juga, terutama karena ia yang sangat ingin tahu masalah orang lain. Sampai akhirnya, ia mengintai Zee seperti itu.
Lagian ngapain juga sih tadi gue ngikutin Zee gitu, mana pake segala ditungguin sampe pulang, jadinya gue yang kena macet deh ah. Gerutunya didalam hati.
Tetapi jujur, didalam benaknya. Gama masih ingin tahu banyak hal tentang gadis itu, alasannya mengapa ia selalu ada urusan di saat jam pulang sekolah? Apa karena anak-anak tersebut yang membuat Zee menjadi tak tepat waktu untuk pulang kerumahnya?.
Dalam perjalanan menuju keheningan senja dikala sore hari. Ia yang masih terus mengingat kejadian satu jam yang lalu. Semakin lama ia mengingat kejadian tersebut, semakin juga ia memikirkan kejadian yang entah sejak kapan, membuat isi kepalanya menjadi pening. Apakah ia harus mencari tahu dahulu, agar pikirannya tak terpenuhi dengan hal yang berbahas tentang Zee selain rasa cintanya, karena hanya dia dan hatinya lah yang tahu.
*****
Waktu sudah menunjukkan pukul 19:00 P.M. Akhirnya Gama sudah sampai dirumahnya, dengan wajah yang sangat letih dan juga berjalan menyeret kakinya dilantai. Mungkin akibat kelelahan yang tadi dialaminya sepanjang perjalanan.
"Yaampun... Kamu kenapa nak?" tanya wanita paruh baya, yang ternyata adalah ibunya Gama.
Namun, Gama tak bergeming. Ia hanya menghela nafas, sebelum menatap ibunya dengan wajah datar. "Nih" lalu ia memberikan plastik hitam yang berisi makanan, kepada ibunya.
Ibunya mengambil sebuah plastik tersebut dan mengernyitkan alisnya. "Apa ini nak?" lalu ia membuka plastiknya perlahan.
"Titipan ibu tadi siang ditelfon" ujar Gama, sembari ingin berlalu meninggalkan ibunya.
"Oh... Makasi ya nak, kirain ibu kamu gak bakal mau belikan" ujar sang ibu membalikkan badannya ke arah belakang, ingin menghampiri anaknya yang ternyata sudah berlalu begitu cepatnya. "Loh... Tuh anak cepet banget ngilangnya".
Ternyata Gama sudah lebih dulu sampai dikamarnya, sedang menghempaskan tubuhnya begitu saja dikasur. Terkapar tak berdaya, sembari memijit keningnya yang terasa pening.
Baru ia ingin berancang-ancang untuk mengerjapkan mata, dan merilekskan pikirannya sebentar. Namun, handphonenya berdering berkali-kali. Membuatnya menjadi tak nyaman lagi.
Pasti line nih. Pikirnya.
Dengan terpaksa, ia mengambil handphonenya yang berada disaku celananya. Kemudian, membuka pesan masuk dari notif line yang tertera di handphonenya tersebut.
You have a new message!
Ternyata setelah ia membukanya. Pesan masuk yang sedaritadi berdering tersebut, berasal dari grupnya yang bernama 'Sukijan' yang hanya beranggotakan 5 orang saja, termasuk dirinya.
Dammar Mahendra: eh kunyuk, diajakin sparing tuh ama anak sma sebelah
Kevin A: latihan aja dulu cups
Dammar Mahendra: gampang itu mah
Rendi Dwiki: gampang pala lu bejat
Dammar Mahendra: pala gue mah barbie
Rendi Dwiki: HA LUCU!
Kevin A: danta lah
Rendi Dwiki: lah bodo amat muka lu tuh kaya pelek mobil
Kevin A: lah? gue ga ngomong sama lu pentil ban
Dammar Mahendra: pentil yang mana hayo???
Rendi Dwiki: pentil lu mar, pake nanya lagi-_-
Shawn N: ada paan nih rame banget?
Dammar Mahendra: eh saun de ship baru nongol, mentang mentang lagi ngomongin pentil, keikut jorok nih
Gamaliel Revano: bacot jablay!
Shawn N: buset, gue baru nongol udah dibentak lu aja ga
Shawn N: yehh emang gue elu mar pikirannya jorok mulu
Dammar Mahendra: gama lagi pms, maklumin aja
Gamaliel Revano: lu jablay nya mar. Ganggu gue tidur, dasar jamban
Kevin A: HAHAHAHA
Kevin A: mpus lu mar
Gamaliel Revano: lu juga berisik bego
Kevin A: :")
Dammar Mahendra: gue sih jadi lu left aja vin, malu-maluin sumpah
Rendi Dwiki: eh ada bang gama
Gamaliel Revano: ngapa lu ren manggil-manggil, ada maunya?
Shawn N: kayanya bener deh gama lagi pms
Gamaliel Revano: bodo tai.
Rendi Dwiki: jahat banget ya kamu sayang, setelah apa yang aku lakuin buat kamu waktu itu dikamar, terus sekarang hanya sia sia? terlalu
Dammar Mahendra: dikamar? wah ngapain tuh.....
Gamaliel Revano: idih, ngapain juga sama sama pedang
Kevin A: HAHAHA TOLOL LU GAMA SILUMAN
Shawn N: HAHAHA TOLOL LU GAMA SILUMAN (2)
Dammar Mahendra: HAHAHA TOLOL LU GAMA SILUMAN (3)
Rendi Dwiki: HAHAHA TOLOL LU GAMA SILUMAN (1017393892728+)
Rendi Dwiki: kali ini aku serius ga
Gamaliel Revano: apaansi sempak bekas
Rendi Dwiki: jangan ngatain aku sempak bekas dong, nanti aku ga kasih kontak cewe tercantik kamu lohh
Gamaliel Revano: hah? lu udah dapet?
Rendi Dwiki: kamu mau?
Gamaliel Revano: serius nyet
Rendi Dwiki: iya anj:) gue serius:)
Gamaliel Revano: yaudah cepetan kasih
Rendi Dwiki: kalo gue kasih, kaya entar bakal dichat aja HEHE
Rendi Dwiki: you sent a contact.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Four Three
Novela JuvenilKetika, seorang siswi teladan seperti Azhira Adriani, atau yang kerap disapa Zee menyukai seniornya diam - diam. Senior yang selalu membuat ulah disekolahnya, bahkan keluarganya pun berbanding terbalik dengan keluarga Zee yang harmonis. Pria itu ada...