Prolog

18.2K 1.2K 232
                                    

Kau percaya pada takdir?
Seperti takdir yang mempertemukan kita
Kemudian kita bertemu lagi pada kehidupan selanjutnya?
Percaya ataukah tidak, namun
Aku merasakan kalau aku telah lama mencintaimu.
. . .

Hening. Tidak ada suara gaduh apapun tercipta di dalam senyap remang malam penuh bintang itu. Kunang-kunang menyala menghiasi gelap malam. Rumput dan daun-daun pohon melambai lembut sesuai irama angin seolah menyambut kedatangan dua insan yang kian mendekat ke salah satu pohon besar.

Setiap langkah, jejak yang mereka tinggalkan ialah bercak merah yang terus menetes deras mengotori rumput yang telah dipijak. Cairan merah pekat yang bersumber dari seorang gadis bersurai pendek sebahu yang kini tengah ada digendongan seorang lelaki. Lelaki itu menggendong gadis itu selembut mungkin seolah tengah memegang kristal yang begitu rapuh dan hancur jika berlaku kasar, sembari menahan air mata yang nyaris jatuh.

Sampailah di bawah pohon, lelaki itu duduk menyandarkan diri di badan pohon. Gadis yang sekarang berada direngkuhannya itu hanya diam tak berkutik. Lelaki itu merebahkan kepala gadis itu ke pergelangan tangan kanannya. Kemudian memandang sayu dan perih ke arah gadis itu yang kini sedang sekarat.

Di samping itu, ia merasakan dirinya juga akan ikut pergi. Melihat kedua tangannya perlahan memudar akan segera terhapus dari dunia ini. Secara perlahan, namun tenang. Begitu tenang.

"Apa itu menyakitkan?" Lelaki itu bersuara.

Tampak gadis itu membuka mata dan menoleh pelan, disela menahan rasa sakit yang kian semakin menyakitkan. Melupakan darah yang semakin deras keluar. Menatap lelaki di depan mata dengan senyum hangat.

"Tidak."

"Tidak?"

"Tidak selama kau tetap berada di sisiku."

Gadis itu membuka tangan. Mengangkat tangan kirinya dan memegang lembut pipi lelaki di depan matanya. Melempar senyum manis di bibir berwarna cerinya, yang perlahan mengeluarkan tetes cairan merah pekat di sudut bibir.

Lelaki itu memegang lembut tangan hangat gadis itu. Disela ringisan sedih yang pada akhirnya meneteskan cairan bening di kedua mata yang selama ini ia bendung pun keluar sederas hujan. Sesegukkan kecil lelaki itu kian mengisi kesunyian malam.

"Tenanglah, aku tidak akan hilang di dalam hatimu, karena hatiku akan tetap mencintaimu. Jangan menangis. Tidak akan terjadi apa-apa pada kita."

Lelaki itu semakin memekik tangis setelah mendengar lirihan gadis itu sekali lagi. Membasahi baju gadis itu yang sekarang sudah bermandikan cairan darah segar. Mengeratkan pegangan tangan gadis itu dengan rasa sayang yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.

"Aku juga mencintaimu."

Semakin berjalannya waktu, keberadaan lelaki itu kini semakin memudar dan penglihatan serta kesadaran gadis itu pun semakin berkurang.

Sudah waktunya.

***

-Lette-
13 Mei 2016

*Selesai direvisi dari Fanfic menjadi Fantasy (Pengubahan nama tokoh)*

LuluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang