Bab Dua

6.7K 615 98
                                    

Lulu membuka mata. Pagi yang cerah menyambut hangat. Ia merasakan tubuhnya tidak ingin bangun dari ranjang. Bantal empuknya seolah lengket tak bisa lepas dari kepalanya. Ditambah selimut yang setia menghangatkan tubuh dari dinginnya malam. Mata beriris orangenya kembali memejam.

Seraya memejamkan mata, ia teringat hukuman dari Wakil Kepala Sekolah kemarin. Hukuman itu membuatnya kelelahan. Ia tidur lebih awal dari pada Amy.

Amy membiarkan Lulu tidur lebih dulu. Ia tengah sibuk menghafal 99 mantra beserta arti kemudian berakhir tertidur di meja belajar.

Lulu yakin ia merasakan sesuatu yang berbeda saat berbaring di ranjang. Terasa ada yang mengganjal di sampingnya. Ia menggerakkan tubuh ke kanan. Terhirup jelas bau napas seseorang. Dan juga merasa tak berbaring sendiri. Penasaran, ia membuka matanya kembali. Penglihatan terasa silau dan tak lama kembali normal.

Ia melotot melihat ranjang tidurnya ada .....

"AAAAAAA!!!!!!"

Lulu berteriak histeris, terkejut sampai ia melompat dari ranjang. Ia melihat seseorang tidur di ranjang merah muda pastelnya.

"Ke-kenapa dia tidur di sini???" panik Lulu sambil menunjuk-nunjuk orang itu. Seorang lelaki.

Mendengar teriakan Lulu, lelaki itu terbangun. Ia mengucek mata beriris hijaunya kemudian melihat Lulu yang sedang berdiri dengan ekspresi yang sama sekali tak santai.

"Kau! Kenapa kau tidur di sini??" tanya Lulu histeris sembari melirik Amy yang masih tertidur nyenyak, berharap agar gadis bersurai coklat itu tidak bangun dulu untuk tak melihat penyusup asrama perempuan itu kini.

"Kenapa?" balasnya datar, menatap Lulu penuh pertanyaan.

"Hei! Aku tanya padamu! Kenapa kau? Bagaimana kau bisa masuk ke sini? Di sini wilayah asrama perempuan! Ini pelecehan! Dan juga harusnya kau tidak mengetahui letak kamarku!" bentak Lulu kasar.

Sudah lama ia tidak marah.

Lelaki itu hanya diam melihat Lulu mengomel. Pikirannya serasa kosong tak terisi.

"Aku ... tidak mau sendirian. Di sana penuh kegelapan. Mengerikan sekali."

Lelaki itu meracau tak jelas, telak membuat Lulu menaikkan sebelah alis.

Lulu terdiam mendengar lirihan yang nyaris tak terdengar itu. Ia berpikir Pangeran mungkin sedang mengidap trauma atau apalah ia juga tidak mengerti. Entah ia kini tertegun sambil memandang lelaki itu tengah sembunyi di dalam selimut.

Ia mengatur napasnya pelan berusaha menghilangkan rasa kesal. Kedua tangannya meraih selimut dan melihat Pangeran tengah terbaring imut. Ia menyambar tangan lelaki itu menyuruhnya untuk segera bangkit dari ranjang tidur.

"Oke, aku mengerti. Sekarang, kau pergi ke kamarmu. Setengah jam lagi kelas Sihir akan segera dimulai."

Glevion menggeleng kuat. Lulu menghela napas berat .. ah, tidak. Lebih tepatnya mendesah kuat seraya memutar bola mata.

"Kenapa?" tanya Lulu malas.

"Di luar sana ada banyak orang. Aku tidak suka tatapan mereka," jawabnya masih datar kayak tembok tak berhias.

LuluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang