Bab Lima

4.3K 436 282
                                    

"Apa gerangan Anda memanggil saya ke sini, Pak Ferri?"

Beberapa menit terdiam sembari berdiri dan tak berkenan untuk duduk santai di depan meja coklat panjang yang sebelumnya pernah ia hajar, ia pun mengeluarkan pertanyaan yang setidaknya bisa mengisi kebisuan.

Ferri Elvart, sengaja membuat ruangannya itu senyap tanpa ada musik apapun yang akan bermanfaat untuk menghilangkan stres, memilih membungkam mulut dan membisukan keadaan, namun kedua tangan terus sibuk pada beberapa dokumen. Ia mengalihkan pandangan dari dokumen di genggaman, kemudian menatap gadis bersurai merah muda yang sedari tadi terus memperhatikan dan meminta penjelasan.

"Lulu, apa kau penasaran kenapa aku melantik diriku menjadi Wakil Kepala sekolah? Bukannya menjadikanku Ketua Kepala sekolah? Kau pernah bertanya pada dirimu sendiri tentang jabatanku ini?" Ferri tersenyum seraya melempar pertanyaan yang sontak membuat gadis itu jelas melebarkan mata.

Lulu Cristallia, hanya bisa mendecih pelan setelah ia malah diserang balik dengan pertanyaan yang baginya itu sangatlah tidak penting, sepele, tak nyambung. Ia berusaha tak melampiaskan rasa kesalnya ini dengan tongkat sihirnya. Bisa saja ia mampu melenyapkan penyihir yang tengah duduk santai dengan sekali ayunan tongkat, itu akan lebih membuatnya gila karena akan dicap oleh masyarakat dunia sebagai seorang pembunuh. Ia tidak ingin itu terjadi.

"Apa saya harus bertanya tentang itu sekarang?"

"Aku tak memaksa. Tapi mungkin, aku harus sedikit menjelaskan kenapa dan alasannya. Kemudian aku akan memberitahumu kenapa kau aku panggil."

Ferri mengacuhkan semua dokumennya ke dalam laci. Ia tersenyum sembari membuka tudung hijau yang selalu ia pakai setiap hari.

"Orang yang menjadi Ketua Kepala saat ini sedang tak ada di sini sejak lama. Dia pergi karena aku telah mengusirnya dari sini."

"Hah?"

Tak ada balasan yang bisa Lulu tuangkan selain melongo tak mengerti. Tapi yang jelas, ia seperti telah dipermainkan. Dan itu membuatnya kehabisan kata-kata. Sangat membuang-buang waktu.

Mathew Craig, hanya diam tak ikut bicara dan tetap betah berdiri di dekat pintu. Sedikit namun pasti, ia menguping pembicaraan kedua insan yang ada di depannya. Bersikap diam dan cara mengimplikasikan diri adalah keahliannya.

"Coba pikir. Jika ada orang yang baik pada kita, tetapi di dalamnya kita tak tahu apakah dia juga baik ataukah malah sebaliknya. Semua orang memiliki jalan pikiran dan watak masing-masing. Namun, jika tak bisa memilih, kau akan berakhir dengan penyesalan."

Lulu terdiam sebentar. Ini sulit. Otaknya yang sedikit lambat menerima dan memahami kalimat ambigu, sukses mengerutkan dahi. Susah payah, ia memutar otaknya sembari menatap tajam pada lelaki bersurai hijau tua itu.

"Berakhir dengan penyesalan?" lirih Lulu.

"Ya." Ferri tersenyum simpul. "Kau tidak mengerti?"

Lulu yakin, lirihannya tadi sangat pelan dan tak mungkin bisa terdengar. Namun kenyataan malah terbalik. Sihir memang begitu berguna dan pantas teknologi canggih semakin dilupakan.

"Maksud Anda .. Anda mengusir Ketua Kepala dari Everon karena dia .... benarkah itu? Ketua Kepala menjadi penyihir jahat? Kenapa?"

"Semakin hari, sihir meningkat seiring berjalannya waktu. Bagi orang-orang yang merasa tidak kenal cukup, mereka akan memanfaatkan sihir untuk melakukan kejahatan agar bisa menguasai dunia yang sebenarnya mustahil. Sihir bisa berakibat fatal dan itu tidak boleh terjadi."

LuluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang