Bukan Filosofi Kopi

560 20 4
                                    


"Es krim itu"—menerawang—"manis, lembut, meleleh di mulut. Penikmatnya tak pandang bulu. Pria, wanita, tua, muda, alay, jablay, semua menyukainya. Seakan memakannya tak cukup sekali. Lidah pasti mau lagi dan lagi. Aku ingin seperti es krim, bisa membangkitkan mood yang sedang jatuh, disukai dan dicintai semua orang."

"Berhentilah untuk menjadi yang selalu disukai orang-orang. Kamu akan lelah kalau mengejar hal itu, karena tak semua orang berfikir sama. Banyak kepala yang harus kamu beri pengertian. Lagi pula kamu mau jadi es krim? Es krim itu lemah. Manisnya hanya sebentar karena akan habis meleleh."

"Terdengar pesimis." Hara mencibir. "Kalau kamu? How 'bout your lovely coffe?" Hara balik bertanya sambil bertopang dagu tanpa melepas sendok es oleh tangan kanannya.

"Aku suka kopi, selain karena cita rasanya, kopi mengingatkanku pada kahidupan. Nggak ada kehidupan yang selalu manis kayak es krimmu."

%m

Bukan Filosofi KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang