PART 3 - NEW PAGE OF STORY

22.5K 1.3K 11
                                    

"If you had have a happiness ending, you would have done a good start of your story. Best starting, of course it will be best ending."

oOo

Pagi ini masih sama seperti kemarin, dimana matahari terbit dari timur dan menerangi setiap sudut rumah yang bisa dilewati cahayanya. Namun, pagi ini akan terasa sangat berbeda karena hari kemarin. Ya seperti itu.

(Namakamu) terbangun dengan sebuah tangan-seperti biasa-melingkar di pinggangnya. Sebuah senyuman tersungging di bibirnya saat ia mengingat pembicaraan mereka kemarin. Lebih tepatnya kemarin malam, saat di mobil.

Paginya kali ini terasa sangat bahagia. (Namakamu) mulai merasakan hidup barunya bersama Iqbaal akan segera di mulai tepat di pagi ini. Lembaran baru, cerita baru, dan suasana baru tentunya akan terjalin di sini, di rumah baru mereka. Meski ia tidak tahu bagaimana membayangkan itu semua, (Namakamu) yakin akan selalu bahagia bersama Iqbaal. Jika apa yang akan mereka lalui sekarang atau mungkin esok, di lakukan dengan sepenuh hati dan penuh harapan akan memberikan hasil yang baik pula.

"Iqbaal, hei bangun. Hari ini kerja kan? Jangan sampe telat di hari pertama kerja, masa kalah bangun sih sama ayam?"

(Namakamu) menepuk pelan pipi Iqbaal, mengingat hari ini adalah hari pertama Iqbaal akan mulai bekerja di kantor Herry, ayah mertuanya. Iqbaal mengatakan itu semalam, dan tentunya menjadi berita bagus untuknya juga. Maka dari itu, Iqbaal harus segera bangun agar tidak terlambat di hari pertamanya ini.

Gadis itu terus membangunkan Iqbaal, tapi yang di dapat hanyalah gerakan tangan sejenak dan kembali dalam posisi tidur. Mata Iqbaal tetap terpejam tanpa memberi tanda-tanda akan bangun atau sekedar membuka matanya. Kali ini, (Namakamu) harus melakukannya perlahan dan juga sabar. Kalau bukan karena Iqbaal bekerja hari ini, (Namakamu) tidak perlu susah payah membangunkannya. Mau bagaimana lagi, ini sudah menjadi tugasnya menjadi seorang istri.

"Ayolah Iqbaal. Kamu nggak mau telat di hari pertama kerja kan? Atau kamu malah pengen kena marah Ayah?" Ujar (Namakamu) masih terus membangunkan Iqbaal. Menepuk pipi pria itu dan sesekali menggoyangkan bahunya agar segera bangun.

"Mmmh, satu menit lagi oke?" Akhirnya Iqbaal merespon, tapi malah merajuk. (Namakamu) berdecak sebal.

"Awas kalo nggak bangun. Beres masak, aku cek ke sini lagi dan kamu harus udah beres mandi. Nggak ada penolakan ya."

Karena Iqbaal tidak mau bangun, maka (Namakamu) memutuskan untuk turun dari tempat tidur dan berniat memasak di dapur. Namun, gadis itu sempat-sempatnya menjahili Iqbaal dengan menjepit hidung pria itu, lalu terkikik pelan.

"(Namakamu), jangan nakal."

Iqbaal berusaha menangkap tangannya, namun gagal. Pastilah gagal, matanya saja masih tertutup. (Namakamu) kembali tertawa dan melangkah keluar kamar. Entah mengapa sisi jahilnya mulai keluar setelah mereka bersepakat untuk memulai semuanya dengan serius. Seakan tidak ada lagi rasa canggung yang mengelung hatinya saat bersama Iqbaal. Mungkin bisa dikatakan, sekarang ini (Namakamu) mulai nyaman. Hanya nyaman.

Lalu ia pun sampai di dapur. Membuka kulkas untuk melihat apa saja yang bisa ia masak pagi ini. Dan sebuah pemikiran seketika keluar dari kepalanya. (Namakamu) memutuskan untuk memasak beberapa sayuran yang nantinya akan ia tumis. Hari ini ia akan memasak menu makanan sehat untuk Iqbaal yang mulai bekerja. Pria itu membutuhkan makanan yang sehat agar selalu fokus mengerjakan tugas kantornya. (Namakamu) mulai memotong bahan masakannya dengan senandung kecil di bibirnya.

Sementara itu di kamar, masih dalam keadaan yang sama seperti saat (Namakamu) meninggalkan kamar itu.

Iqbaal perlahan mulai menggerakkan tangannya, mengangkatnya ke atas mencoba merenggangkan ototnya yang kaku setelah tidur selama hampir 8 jam. Bersamaan dengan kelopak matanya yang berangsur membuka dan mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya benar-benar terbuka.

My Happiness (Sudah Terbit!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang