"inget ya, kalau sudah mulai malam, jendela ditutup dan pintu dikunci,kamu bantu jaga ya Ran" Mbak Aya berkata dengan wajah khawatir pada kami berdua, Mbak Aya merupakan kakak dari sahabatku Dania, mereka berdua tinggal jauh dari orangtua mereka yang berada di kota lain. Di sini mereka tinggal menumpang di rumah tante mereka yang tinggal sendirian, Aya bekerja sementara Dania dan aku masih merupakan siswa kelas 1 SMA.
saat itu aku diundang Dania untuk menemaninya di Rumah, tante dari Aya dan Dania sedang dirawat di rumah sakit karena DBD dan mbak Aya harus menjaga tantenya tersebut sekarang, sementara siang hari merupakan tugas Dania untuk berjaga.
"siap kak, jangan khawatir begitu, aku dan Rani bisa jaga diri." Dania meyakinkan kakaknya .
Mbak Aya memeriksa kembali tas yang hendak dibawanya, lalu menghela nafas, "yasudah, pokoknya hati-hati." tepat ketika Mbak Aya membuka pintu, dia kembali berhenti dan menanyakan pertanyaan yang cukup aneh, dia bertanya, "sekarang hari apa?"
Dania memekik kaget, "ya ampun mbak, sekarang jumat."
"ada apa memangnya?" tanyaku, namun pertanyaanku tidak digubris oleh mereka berdua yang sekarang sedang berpandangan dengan wajah panik.
"pokoknya kamu sudah tahu peraturannya kan." Mbak Aya memandang tajam Dania.
Dania mengangguk, aku kembali menanyakan pertanyaan yang sama, "ada apa."
"tiap jumat bulan ketiga, kita selalu didatengin sama orang sebelah, kita ngga terlalu suka sama dia jadi tiap dia datang biasanya kita cuekin." jelas Dania.
"ooh," ujarku, aku ingin sekali melongok keluar memandang ke arah tetangga dari Mbak Aya dan Dania untuk melihat seperti apa sih orang yang tidak mereka sukai itu, namun tidak kulakukan.
Mbak Aya pergi meninggalkan rumah, Dania dan aku memutuskan untuk bermain permainan di laptop milik Dania, agak tidak nyaman sebenarnya karena tiap beberapa saat Dania pasti memandang jam dinding seakan ada yang dia tunggu.
"emang pasti dateng ya tetanggamu itu, emang dia ngapain sih?" akhirnya aku ngga tahan lagi melihat tingkah Dania.
"bukan tetangga, kita ngga pernah tahu dia mau ngapain karena memang ngga kita bukain pintu." balas Dania.
"loh katanya?" aku tidak sempat menyelesaikan perkataanku karena Dania melesat pergi setelah melihat jam sudah menunjukkan pukul 8 malam.
aku membantu Dania menutupi pintu dan jendela dan ketika semuanya selesai Dania enggan melanjutkan permainan komputernya dan memilih hanya duduk di ruang depan sekali lagi, sambil terus-terusan melihat jam dinding.
"emang tetangga lu itu nakutin banget ya?" tanyaku lagi.
"bukan tetangga, orang sebelah." balas Dania, "sejam lagi."
kami berdua duduk dalam diam, aku dengan rasa peasaranku tentang kenapa Dania terus terusan bersikeras orang yang tinggal di sebelah bukan tetangganya, sementara Dania dengan, yah, apalah yang ada di pikirannya. kemudian pintu depan diketuk.
Aku bergerak gelisah, Dania meletakkan telunjuknya di depan bibirnya menyuruhku diam, pintu diketuk tiga kali kemudian sunyi, kemudian diketuk tiga kali lagi begitu seterusnya. aku bangkit, Dania terlambat menahanku, aku beranjak ke pintu depan yang memiliki lubang intip dan mengintip melalui lubang tersebut.
di halaman yang hanya diterangi cahaya kuning suram lampu pijar, berdiri sesosok pria, sekujur tubuh pria tersebut terluka bakar hebat, matanya gelap dan mulutnya yang berasap bergerak-gerak. Akhirnya aku sadar kenapa Dania selalu menyebut pengganggu ini sebagai orang sebelah, dia mengacu pada keadaan fisik orang tersebut, bagian sebelah kiri orang itu tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Midnight Ghost Stories Vol.4
HorrorAnthologi dari 7 Cerita Horror berdasarkan cerita nyata, baik yang gue denger sendiri maupun yang berasal dari riset tentang hantu.