Sekarang gue lagi di kantin karena gue udah selesai sama tantangannya, jadi gue boleh istirahat. Ini Merkurius mana ya kok belum nongol-nongol, sih? Gue kan mau cerita.
Baru aja diomongin, eh dia udah nongol dan sekarang dia udah duduk dihadapan gue. "Iyus, kemana aja sih? Daritadi gue cariin juga," tanya gue.
"Tadi, gue dikerebutin sama OSIS cewek, lenjeh-lenjeh banget. Nggak suka gue. Mana pada minta foto lagi," keluh Merkurius sambil memasang wajah bete nya.
Gue terkekeh, lucu banget muka Merkurius kalo lagi bete. "Udah lah, resiko orang ganteng."
Merkurius berdecak, "Alay, kayak nggak pernah liat orang ganteng aja."
"Ngomong-ngomong soal ganteng, tadi gue abis berduaan sama Kakak ganteng. Lo tau? Dia senyumin gue, bilang gue cantik. Terus juga tadi gue foto berdua. Ah, Iyus gue seneng banget!" Cerita gue panjang lebar sambil antusias sendiri. Tapi ya, itu kebawa suasana saking senengnya.
Muka Merkurius berubah jadi kayak nggak seneng gitu, ini gue yang salah memperkirakan apa emang dia beneran nggak suka kalo gue cerita gitu? Emangnya apa yang salah sih? Gue kan lagi curhat, emang biasanya gue selalu curhat kok. Dan Merkurius nanggepinnya baik-baik aja. Tapi kok, sekarang ini agak beda, ya?
"Siapa orangnya?" Tanya Merkurius agak ketus. Ini anak ada apa sih? Kayak gue salah ngomong aja.
"Kak Gio, itu lho Waketos," jawab gue sambil menyeruput jus mangga yang tadi gue pesan.
Merkurius tersenyum maksa, "Oh, jadi lo suka?" Demi apapun, gue nggak suka senyum Merkurius kayak gitu. Nggak ikhlas banget.
Gue hanya mengangguk ragu, takut-takut salah lagi. Soalnya, baru kali ini gue cerita tentang cowok.
Merkurius cuma manggut-manggut, kemudian ngeluarin handphone dari saku seragamnya. "Anjir, ini notif gue jebol," pekik dia sambil memainkan handphonenya.
"Kenapa, Yus? Kok jebol? Emang diapain? Rusak, dong?" Tanya gue berturut-turut, soalnya gue nggak ngerti kok jebol sih? Emangnya abis diapain?
Merkurius menghela nafasnya, "Venus sahabatku yang sangat pintar, maksudnya jebol tuh penuh gitu loh. Ini instagram gue banyak yang follow, line gue banyak yang add, aduh semua sosial media gue deh pokoknya," ucap Merkurius panjang lebar sambil mengacak rambutnya dengan kesal.
Gue manggut-manggut karena baru ngerti, "Oh gitu, enak dong kalau gitu. Intasgram lo jadinya banyak followersnya. Ih, Iyus gue juga mau."
Merkurius menyentil jidat gue, "Aduh oon, risih tau nggak sih? Nanti yang ada pada nge line gue. Berasa buronan gue kalo gini caranya."
Anjir ni anak songong banget sih pake nyentil-nyentil jidat gue segala. Jidat gue udah jenong, tambah jenong dah nih.
"Bego, sakit. Lo mah sepi salah, rame salah. Serba salah hidup lo kayak Raisa," ucap gue sambil ngelus-ngelus jidat gue yang kasian ini.
Merkurius memutar kedua bola matanya, "Ya tapi nggak gitu juga kali."
"Hai, Merkurius," sapa seorang cewek yang tiba-tiba nongol di hadapan gue dan Merkurius. Ni cewek apaan sih? Suaranya sok seksi banget, iyuh basreng. Ya emang sih cantik, tapi keliatan banget lenjehnya.
Merkurius melirik cewek itu dengan malas. Cewek itu ngulurin tangannya ke arah Merkurius, "Nama gue Flora," ucap cewek itu sambil tersenyum sok manis. Ini gue dikacangin, anjir. Berasa kambing conge.
Merkurius membalas uluran tangan si Flora-Flora itu sekilas, "Merkurius."
Flora berdehem, "Gue boleh duduk disini nggak? Soalnya gue masih belum punya temen," ucap Flora sambil masang muka pengen dikasianin.
YOU ARE READING
Merkurius & Venus
Teen FictionIni bukan tentang planet. Tapi ini kisah tentang dua sahabat. Apa kalian memperkirakan salah satunya menyimpan rasa lebih? Kalian dapat jawabannya setelah baca cerita ini. Dan ya, jangan menebak endingnya. Karena ini bukan tempat untuk tebak-tebaka...