"Yes! Gue lulus!" Gadis itu berteriak senang saat melihat namanya yang berada di mading dengan keterangan lulus. Hari ini adalah hari kelulusan untuk SMP Mulya Sakti, bahkan murid di SMP ini dinyatakan lulus 100%. Dan bahagianya lagi bahwa nama gadis ini--Venus Qistiara--berada di peringkat ke-3 seseangkatannya.
Venus mulai berbalik diantara kerumunan siswa-siswi yang memenuhi mading, ia melihat sosok tinggi semampai sedang berjalan ke arah mading. Tentu, ia sangat mengenali sosok itu. "Iyus! Lo belom liat yang di mading, ya? Cepet liat lo lulus apa nggak? Trus, lo peringkat berapa? Cepet, gih. Nanti balik lagi kesini, kasih tau gue."
Merkurius tersenyum, kemudian ia melangkah maju menuju mading yang sedang dikerumuni oleh anak-anak. "Eh, eh minggir dong. Orang ganteng mau lewat." Setelah berhasil di posisi paling depan, ia memainkan jarinya ke daftar nama siswa untuk melihat namanya. Iya tersenyum, dalam hati berkata, Alhamdulillah.
Masih dengan senyum yang merekah di bibir pink nya, Merkurius berbalik menuju Venus yang tengah menunggunya. "Iyus! Gimana hasilnya? Oiya, lo mesti tau Yus! Gue seneng banget, gila. Gue peringkat 3 seangkatan!" Venus berteriak heboh sambil mengguncang-guncanglan lengan Merkurius.
"Gue peringkat pertama." Terlihat wajah Venus yang semula berseri-seri menjadi tatapan yang kaget disertai bola matanya hampir keluar dan mulutnya menganga. "Gilak! Kok lo pinter, sih? Ya ampun Iyus! Lo pinter banget, sumpah. Selamat ya!"
Merkurius memutar bola matanya, kemudian tersenyum, "Yang pertama, lo bareng sama gue dari SD tapi nggak tau kalo gue pinter, yang kedua, emang bener gue pinter dari orok, dan yang ketiga makasih buat ucapan selamatnya. Oh ya, selamat juga buat lo."
Venus mengangguk, "Iyus, ke starbucks yuk! Traktir ya, kan lo udah berhasil jadi yang pertama di angkatan."
Merkurius menghela napasnya, kemudian mengangguk pasrah.
Selama di perjalanan, Venus tidak ada henti-hentinya berbicara. Betapa cerewetnya dia, sampai Merkurius sendiri pusing dengan ocehan Venus yang didominasi suaranya yang cempreng namun imut.
"Yus, kok lo bisa sih peringkat 1 gitu?" Venus bertanya menghadap Merkurius yang fokus menyetir.
Merkurius menghela napasnya, "Ya bisalah, lo nggak inget apa? Pas SD gue selalu 3 besar. Pas SMP gue juga 3 besar, mentok-mentok peringkat 4."
Terlihat Venus yang sedang berpikir, dengan gaya mengetuk-ngetukan jari telunjuknya di dagu. Tak lama, ia manggut-manggut, "Iya juga ya, oh iya Yus. Kok gue nggak nyadar ya."
Merkurius memutar bola matanya kesal, "Lo pinter, tapi kok lemot banget. Gue masih nggak percaya lo sering ikut olimpiade."
Venus mengerucutkan bibirnya, "Iyus mah! Gue emang lemot, tapi kalo soal pelajaran justru gue langsung ngerti."
"Udah sampe." Merkurius mematikan mesin mobilnya, kemudian membuka pintu mobil disusul dengan Venus.
"Ya ampun gue masih gak nyangka, dikit lagi gue putih abu-abu. Ah, gue seneng bangetttt!" Venus sedari tadi tidak ada henti-hentinya memekik kesenangan karena ia akan memasuki masa putih abu-abu yang menurutnya sangat menyenangkan.
"Heran gue punya sahabat kayak lo, Astaghfirullah." Merkurius geleng-geleng kepala sambil mengelus dadanya.
"Tapi lo bahagia kan selama ini bareng sama gue, ya kan? Ya kan?" Venus tersenyum menggoda sambil mencolek-colek dagu Merkurius.
"Ish bawel, cepetan mau mesen apa?" Tanya Merkurius sambil mendengus jengkel. Pasalnya, gadis yang disebelahnya ini masih histeris untuk menghadapi masa putih abu-abu. Padahal sih, menurut Merkurius itu biasa saja.
BINABASA MO ANG
Merkurius & Venus
Teen FictionIni bukan tentang planet. Tapi ini kisah tentang dua sahabat. Apa kalian memperkirakan salah satunya menyimpan rasa lebih? Kalian dapat jawabannya setelah baca cerita ini. Dan ya, jangan menebak endingnya. Karena ini bukan tempat untuk tebak-tebaka...