☕☕☕
AUTHOR POV
"Berhentilah membenturkan kepalamu sendiri ke meja." Ahra memperingatkan Hyeji yang masih saja mencoba pembunuhan atas dirinya sendiri saat mereka sedang kumpul di caffe Appa Hyeji seperti biasa.
"Sepertinya anak itu sudah gila. Atau aku yang sudah hampir gila?." Tanya Hyeji sambil mengangkat kepalanya.
"Saat dia bilang begitu apa kau langsung menolaknya?." Sojin bertanya dengan antusias seperti biasa.
"Aku tidak tahu. Saat itu aku berteriak lalu pergi." Ucap pelan Hyeji sambil mulai membenturkan kepalanya lagi secara pelan ke meja.
'Seingatku dia pernah bilang kalau dia sering minum ice coffee di cafe-ku?. ' pikir Hyeji dalam hati.
"Astaga di-dia akan kesini. Ah tidak, apa jangan-jangan dia sudah ada disini.?. AH BAGAIMANA INI?!." teriak Hyeji dengan panik dan membuat kedua temannya kebingungan dengan tingkahnya. Dengan cepat Hyeji melarikan diri, lebih tepatnya mengumpat ke belakang dapur cafe.
"Yaampun kau ini kenapa lagi." Tegur Namjoon yang melihat Hyeji berlari kedalam dapur saat dia sedang mencuci gelas-gelas.
"Oppa apa ka-kau kenal Jeon Jungkook?." Tanya Hyeji sambil memasang wajah stress-nya.
"Tentu saja. Dia langganan cafe ayahmu ini." kata-kata Namjoon membuat Hyeji semakin berfikir bahwa namja itu akan benar-benar datang ke cafe ini lagi.
☕☕☕
HYEJI POV
Astaga kemana Ahra dan Sojin. Aku sempat bersembunyi ke belakang dapur cafe tapi entah kemana mereka pergi saat aku kembali.
"Wah hari ini kau kesini lagi yah?." Tunggu. Suara itu. Aku seperti pernah mendengarnya...
"Ju-jungkook?."
"Iya ini aku, nunna." Astaga dia tersenyum manis lagi padaku. Apa yang harus aku lakukan. Dan, tadi dia bilang apa?. Nunna?. Ja-jadi dia lebih muda dariku?.
"Bi-bisakah kita bicara ditempat lain?." Tanyaku sambil melihat kesekeliling cafe. Takut-takut Sojin dan Ahra melihatku, aku yakin mereka akan teriak dengan antusias setelah melihat Jungkook nanti. Aku segera mengambil tas dan menarik tangan Jungkook keluar cafe.
"I-ini mobilmu?." Aku seakan terpaku saat dia membukakan pintu mobilnya. Dia menyuruhku masuk sambil tersenyum senang seperti anak kecil. Ini, bukan mobil biasa. Apa anak ini benar-benar anak orang kaya yang sekolah di Cheondamdong Art School itu?. walau aku tidak pernah melihat seperti apa sekolah itu, hanya saja aku ingat kata-kata kedua temanku adalah sekolah itu untuk para anak pewaris harta kekayaan orang tuanya. Hey, untuk apa aku berfikir begini untuk saat ini.
"Hem, masuklah." Aku masuk kedalam mobil sport mewah berwarna merah miliknya. Selama di perjalanan aku merasa dia memandangiku secara diam-diam sambil memegang ponselnya.
Ommo, apa dia penguntit?.
"Masuklah." Dia mempersilahkanku masuk ketempat tujuan setelah membukakan pintu mobilnya untukku. Aku masuk kesebuah restaurant mewah bergaya klasik dengan hitam putih cat dindingnya. Pelayan disana menyuruhku duduk di tempat duduk yang terlihat disediakan sebelumnya. Tapi anehnya, tempat ini terlihat sangat sepi. Hanya ada aku dan namja ini. Apa dia mereservasi tempat ini sebelumnya?.
"Nunna kau mau pesan apa?."
"Tidak, tunggu dulu. bisakah kita berbicara sebentar sebelum makan?." Kataku dengan pelan agar aku tidak salah biacara pada anak ini. aku melihat Jungkook mengangkat tangannya dan dengan cepat pelayan yang membawa daftar menu disamping pergi dengan sopan. Woaah ini sungguh menakutkan. Bahkan si pelayan itu pun seakan menuruti perintah namja ini.
"Apa yang ingin nunna bicarakan padaku?."
"Banyak. Banyak sekali. Sampai aku tidak tahu harus mulai dari mana."
"Hahaha kau lucu sekali." Astaga dia selalu tertawa dan tersenyum seenaknya sementara aku yang melihatnya hanya bisa merinding dan melted seketika.
☕☕☕
JUNGKOOK POV
Sudah hampir dua tahun aku menanti saat-saat seperti ini. Dimana aku bisa bicara secara langsung didepannya. Rasa gugupku sudah teratasi jika aku menatapnya dan melihat mata indahnya secara dekat. Sudah dua tahun aku hanya bisa menatapnya dari jauh, melihatnya bergandengan tangan dengan namja lain. Dan sekarang kenyataan ini seperti mimpi, bahwa aku ada didekatnya.
"Kau, bagaimana bisa kau mengenalku?. Apa karena aku pemilik cafe tongkronganmu?."
"Hem, awalnya begitu. Tapi..."
"Lalu berapa umurmu?." Hyeji bertanya dengan cepat dan penasaran sebelum aku melanjutkan kata-kataku.
"Umurku 16 tahun. Makanya aku memanggilmu nunna." Aku mencoba tersenyum manis padanya. Tapi kurasa itu tak berhasil karena dia masih memandangku dengan tatapan aneh.
"Aish aku hampir gila." Ucapnya pelan sambil mengacak-acak rambutnya seperti biasa.
"Nunna, aku menyukaimu. Apa kau tidak mau jadi pacarku?. Aku akan lakukan apapun untukmu." Aku memberanikan diri untuk mengungkapkannya. Walau aku yakin dia pasti menolakku dengan cepat.
Satu menit.
Dua menit.
Tiga menit waktu berlalu dengan suasana sepi tanpa jawaban apapun. Aku menarik nafas untuk mendengar penolakannya.
"Aish baiklah baiklah. Ayo kita lakukan. Kau mau jadi pacarku kan?. Ayo kita kita berpacaran. Aku lapar cepat pesankan aku makanan." Dia sangat manis, itu yang ada difikiranku. Mendengar itu dari mulutnya aku merasa bomb selama dua tahun yang ada di dalam badanku meledak dengan keras. Dia, menerimaku. Haha walau ini aneh tapi aku cukup senang.
☕☕☕
KAMU SEDANG MEMBACA
⭕Cafe - Jungkook BTS ✔
Short Story[Ini short story, pendek banget kayak Jimin] . . . Menurut Hyeji berpacaran dengan namja yang umurnya dibawahnya bukan sama sekali gayanya. Tapi bagaimana ceritanya jika seorang namja yang sempurna namun lebih muda dari Hyeji datang dan menyatakan c...