Chapter 6 : The Nest.

235 65 14
                                    


Aku tidak tahu, apa langkah yang kupilih ini benar? Karena ini mempertaruhkan nyawaku.

Tapi, aku rasa tidak apa. Terlebih lagi, setelah aku kehilangan seluruh ingatanku, aku merasa seperti tak punya kehidupan.

Aku ingin menorehkan kenangan baru, ingatan baru, dan juga kehidupan baru. Mungkin, dengan aku bergabung dengan S.E.E.S aku dapat menemukan kehidupan yang bermakna untukku.

-Miyazuki  Miwa








-0-

Tomoe berjalan, di bawah derasnya hujan. Dengan tubuh yang penuh darah. Matanya nampak memancarkan aura keputusasaan. Napasnya terengah-engah sembari berjalan dengan kaki yang pincang. Tubuhnya terluka parah.

Ia sudah tak tahan lagi menahan berat tubuhnya, hingga ia tersungkur di tanah. Menatap ke atas langit.

"Apa kau puas!? Hah!?"

"Sudah berapa kali!?"

"Sudah berapa kali hal yang sama terulang, hah!?!?"

Tomoe berteriak, mengutuk sang langit. Ia menutup matanya dengan tangannya. Melindungi matanya dari ratusan titik hujan yang menghantamnya.

Hingga, ia merasakan ratusan titik hujan tak lagi berguguran menghantam wajahnya.

Ia menyingkirkan lengannya, melihat ke atas.

Seorang wanita bersurai biru malam, tengah mengadahkan payungnya di atas tubuh Tomoe.

"Hei, ada apa?"

"Ikutlah bersamaku!" wanita itu menjulurkan tangannya kepada Tomoe.

-0-

Suara alarm membangunkan Tomoe dari mimpinya. Mimpi mengenai kenangan di masa lalunya. Lantas ia mendapati sesosok wanita bersurai biru malam tengah membuka korden kamarnya. Membiarkan cahaya memasuki kamar Tomoe.

Tomoe segera bangkit dan menghampiri ibunya. Lantas memeluknya dari belakang.

Ibu Tomoe menolehkan pandangannya ke belakang.

"Selamat pagi, Tomoe," ia tersenyum.

"Terima kasih... atas semuanya, Nhil-sama."

Tomoe tersenyum, senyumannya nampak menyiratkan kesedihan.

"Hei! Kan aku sudah bilang, panggil aku ibu!" ujar Ibu Tomoe.

Sebuah senyuman tersungging di wajahnya.

"He~ Aku rasa kau terlalu menghayati peranmu sebagai ibu-ku, Nhil-sama," balas Tomoe seraya menekan kata ibu saat mengucapkannya.

Perempuan yang Tomoe panggil Nhil-sama terkekeh kecil mendengar ucapan Tomoe.

-0-

Kutarik koper berwarna orange. Lalu berhenti di sebuah dorm dengan tembok berwarna cokelat, bertingkat tiga. Bangunan ini terlihat sederhana, tetapi nampak elegan dengan sentuhan vintagenya.

Kubuka pintu tersebut dan melangkah masuk. Mataku menangkap sosok Kirijo-senpai, Tomoe, dan sesosok lelaki tua bersurai cokelat sepanjang bahu dan mengenakan topi fendora, serta kacamata.

"Ah, kau Miyazuki Miwa, kan? Aku Ikutsuki Doujima, yang bertanggung jawab atas dorm dan S.E.E.S ini. Silahkan duduk," sapanya.

Aku mengagguk membalas sapaannya dengan senyuman. Lantas segera duduk di samping Tomoe. Aku mengedarkan pandanganku ke setiap sudut ruangan. Memperhatikan setiap sudut ruangan. Lampu-lampu dan furniture bergaya tahun 80'a ruangan tamu yang luas ini. Ruangan yang luas membuat tempat ini terasa hampa.

Unspeakable Truth ~The Lost Memories You Must Recall~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang